Berita Kubar Terkini
Kisah Sukses Peternak Babi di Kutai Barat yang Bergelar Magister Hukum UGM
Di Kampung Keay, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur terdapat peternakan babi yang digeluti seorang pemuda bergelar Magister Hukum
Penulis: Zainul | Editor: Budi Susilo
Dan kini memiliki 1 ekor babi pejantan, 30 ekor betina dan lebih dari 500 ekor anakan yang sudah dijual termasuk yang dipelihara saat ini.
Tak tanggung-tanggung, peternakannya tersebut saat ini sudah menjadi peternakan babi terbesar di Kutai Barat, bahkan menjadi penyuplai utama daging babi di wilayah Kutai Barat dan sekitarnya.
"Kalau beternak ini awalnya Ibu. Nah, pas saya lulus tahun 2020, diajak melihat peternakan babi di Solo. Lalu kita ke sana, ya senang aja, tertarik, lalu muncullah keinginan untuk mencoba," ujar Alexander, saat ditemui di lokasi Kandang Babi miliknya di Kampung Keay, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat, Jumat (25/6/2021).
Baca juga: Kasus Kematian Babi, Dinas Pertanian Bulungan Sebut Belum Dapat Hitung Kerugian Peternak
"Dan disini kan memang saya belum ada melamar kerja sama sekali, karena memang tujuannya membantu Ibu dulu. Ya, akhirnya berjalan sampai sekarang, selama satu tahun terakhir, sambil belajar," lanjut Alex.
Lebih lanjut, Alex menceritakan pengalaman beternak ini didapatkan selama satu tahun terakhir.
Namun sebelum itu, dirinya mencari informasi dan langsung dipraktikkan.
Kini, ia sudah mengembangkan usaha peternakanannya tersebut dengan menambah jumlah bangunan kandang.
Dia juga menceritakan awal memulai usahanya itu bermula dari 8 ekor indukan dan 1 ekor pejantan, bahkan pernah gagal.
Sekarang Alex sudah menikmati hasil usahanya yang kini ada ratusan ekor anakan babi, yang tersedia di puluhan kandang miliknya yang dibangun di belakang rumah.
"Pengalaman saya untuk pelihara babi ini susah-susah gampang. Karena kalau kita buat untuk anakan ini memang rawan sakit dia," katanya.
Ini saja, dari 160 yang ada sekarang, dari total sebelumnya 200an ekor, yang mati itu ada sekitar 20 ekor, lainnya terjual.
Karena memang proses anakan ini, kata Alex, dari lahiran umur 1-7 hari itu paling susah perawatannya.
Dan di umur itu juga sangat rawan untuk mati.
"Kalau pengalaman saya selama ini, di umur satu sampai tiga hari paling sering terjadi kematian, ada satu sampai dua ekor yang mati dalam satu kali kelahiran," ungkap Alex.
Ternak yang dikeola saat ini, lanjut Alex, jenis babi lokal dan babi Bali yang bibitnya didatangkan dari luar daerah seperti Samarinda.
Termasuk lokalan dari daerah Kecamatan Melak, Kabupaten Kutai Barat.
Adapun pakannya sisa makanan kantin, singkong dan sawit.