Berita Kubar Terkini
Kisah Sukses Peternak Babi di Kutai Barat yang Bergelar Magister Hukum UGM
Di Kampung Keay, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur terdapat peternakan babi yang digeluti seorang pemuda bergelar Magister Hukum
Penulis: Zainul | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SENDAWAR - Di Kampung Keay, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur terdapat peternakan babi yang digeluti seorang pemuda bergelar Magister Hukum dari perguruan tinggi negeri ternama.
Ilmu di bangku kuliahnya tidak ada hubungannya dengan peternakan babi, namun pemuda ini tidak sungkan untuk beternak babi.
Pemuda itu bernama Alexander.
Dalam hidupnya, Alexander memegang prinsip keinginan untuk menjadi orang sukses merupakan cita-cita bagi setiap orang agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidup serta dapat membanggakan keluarga.
Namun, kata dia, untuk menjadi orang sukses tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Melainkan harus memerlukan usaha, pengorbanan, ketekunan dan juga kesabaran serta mampu melawan rasa gengsi dalam diri.
Baca juga: Virus ASF Ancam Peternak Babi, Dinas Pertanian Malinau Akan Batasi Mobilisasi Komoditas
Dia berujar, pendidikan juga menjadi hal penting dalam menempuh jalan kesuksesan.
Sebab, dengan pendidikan dapat menghasilkan kemampuan manajemen atapun pengendalian diri serta kemampuan melihat peluang usaha.
Namun bagaimana jika setelah menyelesaikan pendidikan kuliah, malah akhirnya profesi yang digeluti justru tidak sejalan dengan jurusan perkuliahan yang sudah ditempuh?
Apakah juga bisa menjadi orang sukses?
Jawabannya tentu saja sangat bisa. Dan hal itu sudah dibuktikan oleh kebanyakan orang. Salah satunya Alexander A Kurniawan.
Baca juga: PDRB Kaltim Sektor Peternakan Capai Rp 2,19 Triliun, Jumlah Sapi Belum Cukup Kategori Swasembada
Alexander merupakan lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta bergelar Magister Hukum.
Bukannya menjadi seorang advokat (pengacara) atau notaris, Alex justru memilih fokus menggeluti usaha peternakan babi yang diberi nama "Alex Trio (AT) Farm".
Usaha ini tergabung dalam kelompok tani Karya Ternak Sentawar.
Peternakan Babi Terbesar di Kubar
Alexander menceritakan usahanya berternak babi itu dimulai sejak tahun 2020.
Dan kini memiliki 1 ekor babi pejantan, 30 ekor betina dan lebih dari 500 ekor anakan yang sudah dijual termasuk yang dipelihara saat ini.
Tak tanggung-tanggung, peternakannya tersebut saat ini sudah menjadi peternakan babi terbesar di Kutai Barat, bahkan menjadi penyuplai utama daging babi di wilayah Kutai Barat dan sekitarnya.
"Kalau beternak ini awalnya Ibu. Nah, pas saya lulus tahun 2020, diajak melihat peternakan babi di Solo. Lalu kita ke sana, ya senang aja, tertarik, lalu muncullah keinginan untuk mencoba," ujar Alexander, saat ditemui di lokasi Kandang Babi miliknya di Kampung Keay, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat, Jumat (25/6/2021).
Baca juga: Kasus Kematian Babi, Dinas Pertanian Bulungan Sebut Belum Dapat Hitung Kerugian Peternak
"Dan disini kan memang saya belum ada melamar kerja sama sekali, karena memang tujuannya membantu Ibu dulu. Ya, akhirnya berjalan sampai sekarang, selama satu tahun terakhir, sambil belajar," lanjut Alex.
Lebih lanjut, Alex menceritakan pengalaman beternak ini didapatkan selama satu tahun terakhir.
Namun sebelum itu, dirinya mencari informasi dan langsung dipraktikkan.
Kini, ia sudah mengembangkan usaha peternakanannya tersebut dengan menambah jumlah bangunan kandang.
Dia juga menceritakan awal memulai usahanya itu bermula dari 8 ekor indukan dan 1 ekor pejantan, bahkan pernah gagal.
Sekarang Alex sudah menikmati hasil usahanya yang kini ada ratusan ekor anakan babi, yang tersedia di puluhan kandang miliknya yang dibangun di belakang rumah.
"Pengalaman saya untuk pelihara babi ini susah-susah gampang. Karena kalau kita buat untuk anakan ini memang rawan sakit dia," katanya.
Ini saja, dari 160 yang ada sekarang, dari total sebelumnya 200an ekor, yang mati itu ada sekitar 20 ekor, lainnya terjual.
Karena memang proses anakan ini, kata Alex, dari lahiran umur 1-7 hari itu paling susah perawatannya.
Dan di umur itu juga sangat rawan untuk mati.
"Kalau pengalaman saya selama ini, di umur satu sampai tiga hari paling sering terjadi kematian, ada satu sampai dua ekor yang mati dalam satu kali kelahiran," ungkap Alex.
Ternak yang dikeola saat ini, lanjut Alex, jenis babi lokal dan babi Bali yang bibitnya didatangkan dari luar daerah seperti Samarinda.
Termasuk lokalan dari daerah Kecamatan Melak, Kabupaten Kutai Barat.
Adapun pakannya sisa makanan kantin, singkong dan sawit.
Hanya saja, karena situasi pandemi Covid-19, usahanya tersebut juga mengalami kesulitan.
Terutama dari sisi pemasaran yang mengalami penurunan dari kondisi normal.
Otomatis berpengaruh pula terhadap pendapatan bulanan.
"Kalau pemasarannya ini kan masih lokalan saja, dominannya di daerah Kecamatan Damai, Barong Tongkok dan Kecamatai Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat.
Cuma karena kondisi pandemi sekarang ini, pemasarannya juga sulit, ya tentu mempengaruhi pendapatan.
Kalau sebelum pandemi Covid-19, lumayan lah. Anakannya bisa laku sampai 8 ekor dalam sebulan, kalau sekarang paling banyak 4 ekor yang laku per-bulannya," terang Alex.
Terlepas dari bisnis ternaknya tersebut, ternyata Alex tidak menanggalkan pendidikan liniernya di UGM begitu saja.
Pengetahuannya selama di bangku kuliah tetap dipergunakan bekerja di perusahaan keluarga.
"Sekarang, kebetulan saya juga bekerja di CV Alex Trio. Kalau ada kontrak, saya nge-review kontraknya. Jadi, ngurus berkas-berkas kontrak dan lain sebagainya, di samping menjalankan bisnis ternak saya ini," paparnya.
Alex berpesan kepada generasi milenial di Kutai Barat, jangan pernah takut untuk mencoba, terus berinovasi, salah satunya di bidang pertanian.
Karena prinsipnya, hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha dan kerja keras yang dilakukan setiap orang.
"Kalau bagi saya, untuk teman-teman yang masih muda, jangan pernah takut untuk menjadi petani," tegasnya.
Pemuda berusia 28 tahun itu juga menjelaskan di peternakan AT Farm miliknya itu, anakan babi dijual ratusan ribu hingga jutaaan rupiah.
Dengan kisaran harga Rp 800.000 sampai Rp 1.500.000 per ekor untuk umur 1,5 sampai 5 bulan, sesuai ukuran minimal 5 kilogram hingga 20 kilogram.
Sedangkan untuk babi ukuran besar di atas 100 kilogram dijual kisaran harga Rp 40.000 sampai Rp70.000 untuk per kilogramnya.
"Kita menekuni, keuntungannya tidak akan kurang. Intinya tidak perlu takut untuk menjadi petani milenial," pesan Alexander. (*)