Cover Story
1 Juli Hari Bhayangkara, Retno Ariani Ungkap Ikhlas Jalani Cita-cita Sebagai Polwan Selama 10 Tahun
1 Juli Hari Bhayangkara, Retno Ariani Ungkap Ikhlas Jalani Cita-cita Sebagai Polwan Selama 10 Tahun
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - 1 Juli Hari Bhayangkara, Retno Ariani ungkap ikhlas jalani cita-cita sebagai Polwan selama 10 tahun.
Tepat 1 Juli diperingati sebagai Hari Bhayangkara. Dimana pada tahun ini, Polri memperingati HUT ke-75 Hari Bhayangkara.
Hari Bhayangkara merupakan hari Kepolisian Republik Indonesia yang diambil dari terbitnya sebuah Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1946 pada tanggal 1 Juli 1946.
Berdasarkan informasi dari Divisi Humas Polri, kata Bhayangkara sendiri diambil dari istilah kerajaan Majapahit yang kala itu Patih Gajah Mada menggunakan kata itu sebagai pasukan pengamanan kerajaan.
Lantaran itu pula simbol Kepolisian RI adalah Gajah Mada.
Sebagai bentuk penghormatan Polri juga membangun patung Gajah Mada di depan Kantor Mabes Polri dan nama Bhayangkara dijadikan sebagai nama pasukan kepolisian.
Berbicara tentang profesi Polisi, simak kisah Polwan cantik Retno Ariani SH SIK yang kini sudah menjalani profesi sebagai Polwan selama 10 tahun.
Setiap orang pasti memiliki karier impian.
Kendati demikian, tidak semua orang berkesempatan untuk bekerja di bidang yang menjadi cita-citanya.
Retno Ariani SH SIK, seorang Polisi Wanita (Polwan) asal Sumatera Utara, bercerita jika sejak kecil dirinya selalu ingin menjadi dokter. Namun seiring berjalannya waktu, kini ia justru menjadi seorang Polwan, meski tidak pernah membayangkan dirinya akan menekuni bidang ini.
"Sudah sekitar 10 tahun saya menjadi Polwan. Awalnya sama sekali tidak pernah berencana akan berkarier di bidang ini, bahkan orangtua atau keluarga saya pun tidak ada yang berkarir di kepolisian," ungkap Retno Ariani.
Dimulai pada tahun 2008, wanita penyuka makanan manis ini, mengatakan jika saat itu orangtuanya menyarankan Retno Ariani untuk mengikuti tes seleksi penerimaan Akademi Kepolisian (Akpol).
Kebetulan penerimaan kala itu dikhususkan bagi calon peserta dengan gelar strata 1.
"Pada saat itu, saya juga baru lulus dari Universitas Sumatera Utara dan sedang tidak dalam kondisi bekerja," kenang Retno Ariani.
Atas saran orangtua, wanita keturunan Jawa-Melayu ini, akhirnya memberanikan diri untuk mengikuti seleksi tersebut.