Virus Corona di Tarakan

Mengenal H Momo, Sosok Pengusaha Sukses Sebatik, Kerap Bantu Warga dan Nakes Tangani Pandemi Covid

Pandemi Covid-19 mulai merebak dan memasuki Kaltara di awal Maret 2020 lalu. Saat itu, tak ada sama sekali persiapan menghadapi gempuran wabah yang c

DOK/PUSKESMAS SEBATIK
Penyerahan bantuan APD oleh H. Momo, salah seorang pengusaha asal Sebatik kepada Kepala Puskesmas Sebatik, Dokter Andi Syahriful sebagai upaya membantu menangani pandemi Covid-19. 

“Karena saat itu gejala yang muncul kan flu dan pneumonia. Jadi minimal divaksin untuk membantu mengurangi gejala jika terpapar walau saat itu dua vaksin ini belum direkomendasi untuk menangani Covid-19. Ini hanya inisiatif saat itu,” ujarnya.

Biaya vaksinnya sendiri saat itu ditaksir bisa mencapai Rp 9 juta per dosis.

Tiap dosis disuntikkan bagi nakes yang berhadapan kontak erat.

Lalu, lanjut Dokter Syahriful, saat melakukan tugas di posko, semua petugas dirapid antibody untuk mengecek kondisi kesehatan.

Saat itu harga rapid antibody masih mahal dan lagi-lagi oleh H.Momo mendatangkan alat itu secara gratis untuk digunakan seluruh tim satgas yang bertugas di posko.

“Bisa dibilang kami sering sekali kontak erat dengan orang banyak saat itu. Harganya mahal sekali selain itu sulit sekali didapat,” jelasnya.

Dia menambahkan, setelah mulai stabil dan pemerintah pusat sudah mulai melakukan penerapan protokol kesehatan 3M, kegiatan terus berlanjut.

Sosialisasi penggunaan masker, pengadaan handsanitizer, mulai digalakkan.

Dan masih tetap ikut terjun bersama nakes, H. Momo dan sejumlah pengusaha di Sebatik tak lepas tangan.

Mereka tetap membantu dalam hal pemberian hand sanitizer, masker, fasilitas cuci tangan di beberapa titik.

Tak berhenti sampai di situ, kasus konfirmasi positif semakin memuncak.

H. Momo kembali berinisatif melakukan pengadaan mesin PCR yang harganya dikisarkan mencapai Rp 2,5 miliar saat itu. Mesin PCR merupakan produk Jerman.

“Kami saat itu kami ditanya kendala menghadapi Covid-19. Kami sampaikan kadang kami kesulitan membaca hasil swab pasien bisa sampi 10 hari baru diketahui hasilnya. Keburu sembuh pasiennya baru diketahui positif.

Karena saat ambil sampel, kami kirim ke Nunukan. Nunukan kirim ke Tarakan, Tarakan kirim ke Surabaya. Panjang sekali birokrasinya,” beber Syahriful.

Mendengar keluhan petugas nakes kala itu, lagi-lagi H. Momo sudah berniat ikut terlibat membantu dalam pembelian mesin PCR.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved