Pernik

Hobi Numismatik Lily Epiphany Enggan Jual Uang Kuno Seri Soekarno, Langka & Untuk Koleksi Pribadi!

Hobi Numismatik Lily Epiphany Enggan Jual Uang Kuno Seri Soekarno, Langka & Untuk Koleksi Pribadi!

TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO
Hobi Numismatik Lily Epiphany Enggan Jual Uang Kuno Seri Soekarno, Langka & Untuk Koleksi Pribadi! 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Hobi Numismatik Lily Epiphany enggan jual uang kuno Seri Soekarno, langka & untuk koleksi pribadi!

Uang memiliki nilai nominal sebagai pengganti barang. Jika dulu uang hanya untuk kebutuhan sandang, pangan, atau papan.

Kini arti uang juga lebih kompleks. Misalnya saja menghabiskan uang untuk membeli uang.

Numismatik adalah hobi mengumpulkan benda-benda kuno seperti uang kertas, koin kuno, dan token yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembayaran.

Numismatik merupakan hobi yang tidak lekang digerus zaman.

Sedangkan Numismatis adalah kolektor uang kuno.

Seiring dengan semakin berkembangnya era modern, para Numismatis (kolektor uang kuno) justru semakin berjamuran di berbagai belahan dunia.

Lily Epiphany, seorang wanita asal Balikpapan, telah menggeluti hobi ini selama beberapa tahun terakhir.

Bermula dari sang suami yang juga suka mengoleksi uang kuno, hobi ini pun menurun ke dirinya.

"Suami saya suka mengoleksi uang sejak masih kecil. Setelah menikah, hobi ini masih diteruskan dan saya pun diajarkan hal-hal terkait dengan uang kuno," ujarnya.

Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan.
Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Sepeninggal sang suami, Lily Epiphany yang kadung ditinggali banyak koleksi itu akhirnya meneruskan aktivitas tersebut.

"Untuk koleksi uang kuno sendiri, kebanyakan dari tahun 1950 ke atas. Selain itu, karena jumlahnya cukup banyak dan tren permintaan uang kuno juga tinggi, akhirnya hobi ini dijadikan usaha," kata Lily Epiphany.

Adapun usaha yang dimaksud Lily Epiphany adalah usaha mahar untuk acara pernikahan.

"Uang itu saya jual per satuan, mulai dari harga Rp 10 ribu. Jadi harga tiap mahar berbeda, tergantung dari jenis uang dan berapa banyak yang digunakan" lanjut Lily Epiphany.

Kendati memiliki bisnis uang kuno, wanita ini mengatakan jika tidak semua koleksi uangnya ia jual.

Ada beberapa jenis uang kuno yang disimpan sebagai koleksi pribadi, salah satunya adalah uang dari seri Soekarno.

"Kebetulan saya punya koleksi dari setiap pecahannya. Mengumpulkan koleksi ini sangat sulit, sehingga tidak saya jual dan hanya dijadikan sebagai koleksi pribadi," ungkapnya.

Selain uang kertas, Lily Epiphany juga mengoleksi berbagai jenis uang logam.

Untuk koleksi paling tua dari uang logam, Lily mengaku jika ia mempunyai uang benggol tahun 1930an.

Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan.
Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk menggeluti hobi tersebut, Lily Epiphany menjelaskan jika ini tergantung dari kondisi uang itu sendiri.

"Hal yang menentukan harga uang bukan tahun produksinya, tetapi kondisi uang itu. Kalau punya uang kuno, usahakan jangan sampai terlipat. Karena jika kondisi uang lusuh, maka harganya pun akan jatuh," tutur Lily Epiphany.

Supaya uang kuno koleksi anda tetap mulus, Lily Epiphany memberikan saran jika uang kertas sebaiknya dibungkus dalam plastik dan diberi silica gel.

"Uang kertas jangan sampai diletakkan di tempat lembab. Karena uang kertas cukup mudah teroksidasi dan berjamur. Sedangkan untuk uang logam, tidak ada perawatan khusus yang diperlukan. Karena uang logam biasanya lebih mudah dibersihkan dan cukup ditaruh di tempat kering saja," jelasnya.

Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan.
Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Jual Koleksi Seri Wayang

Lily Epiphany juga mengoleksi mata uang negara lain, seperti Malaysia, Thailand, Eropa, dan Amerika. 

Ia mengaku jika dirinya pernah menjual koleksi dari seri Wayang dengan harga Rp 6 juta.

"Sebenarnya harga ini terbilang murah, karena sekarang harga jual seri Wayang bisa mencapai puluhan juta," ujarnya.

Lily juga menjelaskan untuk pemula yang ingin menggeluti hobi ini, wajib mengetahui peredaraan uang kuno di pasaran.

"Tidak semua uang kuno memiliki harga tinggi. Selain dipengaruhi dengan kondisi uang, ketersediannya juga turut mempengaruhi," jelasnya.

Lily Epiphany menyarankan agar sebaiknya pemula membeli uang kuno di kolektor saja.

"Pernah ada isu uang kuno dari seri Soekarno yang katanya bisa melingkar jika diletakkan d telapak tangan. Ini sebenarnya hanya uang suvenir. Kolektor biasanya tahu hal semacam ini. Jadi memang lebih aman membeli di kolektor, karena mereka paham seri dan keaslian uang tersebut," pungkasnya. 

Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan.
Lily Epiphany, kolektor uang kuno (numismatis) di Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/DWI ARDIANTO)

Berawal dari Cangkang Kerang

Bicara mengenai uang, tak adil rasanya jika tidak membahas sejarah mengenai uang itu sendiri.

Jauh sebelum zaman barter, manusia diketahui hidup secara mandiri dengan memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Jadi dapat dikatakan jika manusia era itu berperan sebagai produsen sekaligus konsumen.

Setelah manusia mengenal hidup berkelompok dengan kebutuhan yang jauh lebih kompleks, konsep barter pun muncul. Kegiatan barter ini dimulai sejak puluhan ribu tahun lalu hingga awal zaman manusia moderen.

Sekian lama konsep ini mampu bertahan. Hingga muncul permasalahan, ketika dua pihak yang ingin melakukan barter tidak setuju dengan nilai tukar suatu barang.

Biasanya hal ini terjadi jika salah satu pihak merasa tidak terlalu membutuhkan barang yang akan ditukar.

Untuk mengakali hal ini, muncullah ide uang komoditas.

Uang komoditas adalah konsep pembayaran dengan barang dasar yang dimiliki hampir setiap orang kala itu, seperti tembakau, teh, dan biji-bijian.

Konsep ini juga mengalami beberapa kali perubahan seperti pada era 9000 SM, di mana barang dasar yang digunakan adalah hewan ternak.

Beralih pada tahun 6000 SM, saat manusia sudah paham cara bertani, barang dasar yang digunakan pun berubah menjadi produk hasil pertanian.

Karena ukurannya yang besar dan memiliki batas waktu layak pakai, pada tahun 1200 SM manusia mulai beralih pada pemakaian cangkang kerang cowrie sebagai alat pembayaran.

Sistem pembayaran dengan konsep ini terbilang unik.

Saat itu populasi cowrie melimpah ruah di sekitar kepulauan Maladewa, sehingga saban hari anak-anak dan para wanita akan turun ke pantai untuk mengumpulkan kerang ini yang kemudian ditukarkan kepada para pedagang.

Pedagang inilah yang selanjutnya menyebarkan cowrie ke seluruh benua.

Hal yang lebih menarik, semakin jauh cowrie dibawa, maka harganya akan semakin tinggi.

Tak heran jika di ujung benua 1 cowrie bisa digunakan untuk membeli seekor sapi, sedangkan di sekitar kepulauan Maladewa hanya cukup untuk ditukarkan dengan sebongkah roti.

Memasuki abad ke-6 SM, konsep uang pertama akhirnya muncul. Sejak saat itu, setiap bangsa dan negara mulai mengembangkan mata uangnya sendiri hingga saat ini. (Bella Evanglista/Dwi Ardianto)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved