Virus Corona di Tarakan

PCR Mulai Langka bagi Pelaku Perjalanan di Tarakan, Dialihkan untuk Kegiatan Tracing Kontak Erat

Beberapa hari terakhir jelang Idul Adha, lonjakan kasus konfirmasi positif Covid-19 meningkat secara signifikan.

TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Tampak ruang dalam bertekanan negatif untuk uji swab RT PCR di Rumkital Ilyas Tarakan saat awal launching 2020 lalu. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH 

TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN – Beberapa hari terakhir jelang Idul Adha, lonjakan kasus konfirmasi positif Covid-19 meningkat secara signifikan.

Hal ini menyebabkan sejumlah rumah sakit yang selama ini menyediakan layanan PCR bagi pelaku perjalanan dialihkan untuk kegiatan tracing terhadap kontak erat konfirmasi positif Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan Tarakan dr. Witoyo membeberkan, layanan RT PCR di tiga rumah sakit selama ini digunakan untuk masyarakat umum yang ingin berangkat keluar Kaltara dan masuk ke daerah yang masuk dalam PPKM Darurat.

Tiga rumah sakit tersebut, di antaranya RSUD Tarakan Provinsi Kaltara, Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT) dan Rumah Sakit Angkatan Laut (Rumkital) Ilyas Tarakan.

“Dan memang sekarang seperti di RSUKT, petugasnya ada yang positif. RSUD juga sementara belum bisa buka layanan PCR lagi,” ujarnya.

Baca juga: Plt Dirut RSUD Tarakan Sebut Varian Virus Delta Lebih Cepat Menular

Saat ini diketahui baru Rumkital Ilyas Tarakan yang masih membuka layanan PCR bagi pelaku perjalanan, namun layanannya juga dibatasi.

“Kalau mau perjalanan mendadak disilakan ke KKP saja. PCR memang sementara ini terbatas. Kemarin sudah dirapatkan dan diusahakan mau ditambah. Sekarang rata-rata pakai PCR khusus daerah PPKM darurat,” bebernya.

Sementara itu Walikota Tarakan dr. Khairul, M.Kes mengatakan, memang saat ini pelayanan RT PCR sudah berjalan.

Namun, lanjutnya, saat ini PCR diprioritaskan untuk pasien dan tracing kontak.

Ia mengemukakan karena PPKM Darurat diperpanjang lagi di beberapa wilayah di Indonesia sangat berdampak di daerah yang tak masuk dalam PPKM Darurat.

“Harus disiapkan tentunya bagi mereka yang darurat membutuhkan. Misalnya ada orang tua meninggal, pelaku perjalanan bisa menggunakannya atau yang sakit ingin berobat, ini harus dipikirkan,” ujarnya.

Baca juga: Kasus Positif Covid Melonjak, Ruang Perawatan dan Isolasi RSUD Tarakan Terisi 30 Persen

Ia menambahkan saat ini tiga rumah sakit yang melayani RT PCR diprioritaskan kepada pasien konfirmasi positif Covid-19.

“Harus diprioritaskan untuk yang dirawat. Karena ada jangka laporan yang harus di-follow up. Sekian hari harus PCR lagi,” ujarnya.

Di sisi lain ia melanjutkan, ada juga tenaga medis yang bertugas di bagian pemeriksaan RT PCR terpapar Covid-19.

Dan mereka harus melakukan isolasi mandiri. Artinya semakin berkurang tenaga medis yang ahli dalam bidang itu.

“Ini kami usahakan urai mudah-mudahan ada solusi. Bagaimana atasi sementara waktu agar bisa membantu masyarakat mengikuti prosedurnya,” ujar Khairul.

Kemampuan mesin PCR dalam satu hari sendiri ada sekitar 90 sampel, 94 sampel, 80 sampel dan ada yang 100 sampel. Total dalam sehari mungkin yang bisa diperiksa oleh tiga rumah sakit yakni 200-an sampel.

“Jika yang ditracing banyak sekali. Yang diisolasi mandiri udah banyak, belum yang dirawat di rumah sakit ditambah kontak-kontak erat baru ini yang membuat over,” ujarnya.

Ia menambahkan, jika dalam dua hari jika misalnya ada 600-an sampel yang ingin diperiksa maka butuh tiga hari baru bisa diselesaikan dan bisa membaca hasil positif atau negatif.

“Sehingga mereka yang mau berangkat tidak bisa. Pasti fokusnya kan ke pasien dulu. Upaya rumah sakit lebih banyak ke pasien,” ujarnya.

Di satu sisi lagi, rumah sakit swasta belum membuka layanan PCR. Ia melanjutkan, selain dari Tarakan juga ada sampel kiriman dari luar Tarakan.

“Misalnya dari Bulungan, dari Malinau pastinya akan ke RSUD Tarakan milik Provinsi Kaltara mereka uji sampelnya. Maka mereka prioritas dirawat,” ujarnya.

Sementara mendatangkan alat PCR itu harganya tidaklah murah. Satu alat bisa sekitar Rp 1,9 miliar.

Sedangkan Rp 400 juta itu, lanjut Khairul, belum semua perangkatnya lengkap.

“Karena banyak alat pendukungnya, bisa sampai Rp 1,9 miliar,” jelasnya.

Untuk mesin PCR di RSUKT sendiri, menurutnya, ada dua mesin. Dulunya kapasitas sampel hanya 30-an saat ini bisa sampai 80 sampel per hari.

“Tapi yang satu ini KSO. Alatnya nggak kita beli tapi kerja sama,” ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved