Virus Corona
PENTING! Orang yang Pernah Kena Corona Disarankan Cek Kesehatan, Periksa Jantung, Paru-paru & Darah
Orang-orang yang pernah terinfeksi covid-19 ini disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (medical cek up)
TRIBUNKALTIM.CO - Ada saran penting untuk orang-orang yang sudah pernah terinfeksi covid-19.
Orang-orang yang pernah terinfeksi covid-19 ini disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (medical cek up).
Organ yang terutama harus diperiksa, yakni jantung, paru-paru dan darah.
Pasca sembuh, penyintas masih mengalami beberapa gejala Covid-19 dalam jangka panjang atau hingga berbulan-bulan.
Baca juga: Kisah Pilu Bocah Yatim Piatu yang Hidup Sendiri, Kedua Orangtuanya Barusan Meninggal akibat Covid-19
Adapun gejala yang umumnya dirasakan yakni:
- kelelahan
- kesulitan bernapas
- nyeri sendi
- nyeri dada
- kehilangan bau atau rasa
- gangguan memori dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dengan baik atau sulit fokus hingga masalah tidur.
Ahli Mikrobiologi Sumsel, Profesor Yuwono, mengatakan, umumnya gejala long Covid-19 yang dialami berupa rasa lemas yang bisa terjadi sampai satu bulan sejak sembuh.
"Keluhan subyektif rasa sesak juga kadang timbul," katanya, Kamis (22/7/2021), seperti dilansir Sripoku.com di artikel berjudul Orang yang Pernah Terinfeksi Covid-19 Disarankan Cek Kesehatan, Terutama Paru-paru, Jantung & Darah.
Yuwono menyarankan, orang yang pernah terinfeksi virus corona melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) ke dokter.
Baca juga: UPDATE Corona Indonesia Terkini dan di Dunia 22 Juli 2021, Jumlah Kasus Aktif Hari Ini: 13.340.164
Upaya pengecekan ini bertujuan mengetahui kondisi berbagai organ vital.
Misalnya saja seperti CT scan paru untuk mengetahui dampak infeksi pada paru-paru.
Hal ini karena paru-paru merupakan organ yang paling mengalami dampak besar akibat paparan virus.
Kemudian, pemeriksaan jantung dengan teknik Echocardiography untuk memeriksa fungsi jantung.
Selanjutnya, pemeriksaan kekentalan darah (D-dimer) dan pemeriksaan organ lain seperti kulit saluran pencernaan.
"Sebaiknya setelah sembuh lakukan cek kesehatan untuk memastikan efek sisa terpapar covid-19," ujarnya.
Saat kembali beraktivitas normal setelah dinyatakan negatif dari virus, penyintas juga mesti menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Terlebih, potensi reinfeksi atau penularan ulang bisa kembali terjadi sampai beberapa kali.
Menurut Yuwono, gejala infeksi ulang Covid-19 ini akan lebih ringan dibandingkan infeksi pertama.
"Mungkin saja bisa terinfeksi lagi tapi dengan gejala ringan," jelasnya.
Ciri-ciri terpapar covid-19 varian terbaru
Perkembangan penyebaran virus Corona atau Covid-19 khususnya varian delta kian mengkhawatirkan belakangan ini.
Untuk itu, kenali gejala awal Covid terbaru atau gejala virus Corona terbaru dan ciri-ciri terpapar Covid varian Delta.
Selain informasi tentang gejala awal Covid terbaru atau gejala virus Corona terbaru dan ciri-ciri terpapar Covid varian Delta, simak juga informasi penting lainnya.
Di beberapa daerah, seperti dilansir Tribunnews.com di artikel berjudul Ciri-ciri Gejala COVID Varian Delta, Apakah Sama dengan Gejala pada Umumnya? Berikut Penjelasannya, sudah terjadi lonjakan kasus yang cukup signifikan bahkan rumah sakit sampai kewalahan menerima pasien.
Kasus virus corona setiap hari terus mengalami lonjakan dan terus merenggut banyak korban.
Kini masyarakat juga kembali dihebohkan dengan kemunculan Virus Corona Varian Delta.
Varian Delta pertama kali diidentifikasi muncul di daerah India, dan sifatnya sangat mudah menular dan lebih berbahaya.

Dikutip dari forbes.com, varian delta dikenal juga sebagai B.1.617.2, menjadi jenis baru dari virus corona Covid-19.
Risiko yang ditimbulkan dari varian delta tampaknya lebih mengerikan dari virus corona pada umumnya.
Varian Delta menyumbang sekitar 25 persen kasus, meningkat setiap harinya di Kansas.
Lalu apa bedanya gejala umum virus corona dengan varian delta?
Baca juga: Tiap Pekan Dua Anak Meninggal Dunia Karena Terinfeksi Covid 19, Datang ke IGD, Parah dan Meninggal
Dikutip dari who.int, gejala virus corona yang paling umum hingga yang parah:
- Demam
- Batuk kering
- Kelelahan
- Kehilangan rasa atau bau
- Hidung tersumbat
- Konjungtivitis (juga dikenal sebagai mata merah)
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot atau sendi
- Berbagai jenis ruam kulit
- Mual atau muntah
- Diare
- Menggigil atau pusing
- Sesak napas
- Kehilangan selera makan
- Kebingungan
- Nyeri atau tekanan terus-menerus di dada
- Suhu tinggi (di atas 38 °C)

Gejala Varian Delta/tanda covid delta
- Sakit perut
- Hilangnya selera makan
- Muntah
- Mual
- Nyeri sendi
- Gangguan pendengaran
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Pilek Demam
Selain informasi gejala awal Covid Delta atau ciri-ciri Covid varian baru, simak juga informasi penting lainnya.
Jika Anda mengalami gejala-gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan Isolasi Mandiri.
Dalam Instagram resminya Kementerian Kesehatan dituliskan bahwa isolasi mandiri dilakukan selama 10 hari sejak dinyatakan terjangkit COVID-19.
Jika tidak berkurang, tambahkan waktu isolasi selama 3 hari hingga Anda terbebas dari gejala demam dan gangguan pernapasan.
Dikutip dari Instagram @kemenkes_ri, berikut ketentuan melakukan Isolasi/Karantina Mandiri:
- Ventilasi dan pencahayaan yang baik
- Kamar mandi terpisah, tetapi jika tidak teredia lakukan desinfeksi rutin pada permukaan yang sering disentuh
- Kamar tidur terpisah
- Hindari kontak dengan orang lain serta tidak bepergian dan tidak menerima tamu
- Gunakan masker dengan benar
- Cuci tangan dengan sabun
- Jaga jarak
- Disinfeksi/bersihkan permukaan dengan disinfeksi secara berkala
- Tangani sampah dengan hati-hati
- Gunakan alat tersendiri (makan/minum/mandi)
- Pemantauan harian gejala
- Berkoordinasi dengan puskesmas
- Jika muncul gejala yang semakin parah segera lapor petugas
- Orang yang merawat harus tetap memperhatikan protokol kesehatan 3M.
Untuk mengatasi agar virus tidak terus tersebar, WHO juga menyarankan agar masyarakat mau melakukan vaksin.
Dikutip dari who.int, Vaksin berguna untuk mengatasi penularan terus terjadi, namun masyarakat dianjurkan juga untuk terus mengenakan masker, membersihkan tangan, memastikan ventilasi yang baik di dalam ruangan, menjaga jarak secara fisik, dan menghindari keramaian.
Dikutip dari Instagram @kemenkes_ri, selain virus corona jenis baru varian delta, masyarakat juga perlu mewaspadai varian B.1.1.7 atau varian Inggris dan varian B.1.3.5.1.
Tingkat penularan dari varian baru Covid-19 di Indonesia mencapai 36 hingga 75 persen.
Maka Kementerian Kesehatan menghimbau agar masyarakat mengurangi mobilitas dengan tetap berada di rumah dan mematuh aturan protokol kesehatan yang berlaku.

Apa Itu Anosmia, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Selain soal ciri-ciri Covid varian Delta dan ciri-ciri atau gejala Covid-19 secara umum, dan gejala awal Covid Delta, simak juga informasi penting lainnya.
Anosmia adalah kondisi di mana hidung tidak bisa merasakan bau atau kehilangan indera penciuman.
Anosmia kerap dijumpai pada pasien yang terkena Covid-19.
Namun bukan berarti anosmia hanya dialami oleh pasien Covid-19.
Selain infeksi virus Covid-19, anosmia juga bisa disebabkan oleh hal-hal lain.
Lalu apa saja penyebab anosmia? Berikut penjelasannya.
Penyebab anosmia
Selain informasi gejala awal Covid Delta atau ciri-ciri Covid varian baru, simak juga informasi penting lainnya.
Menurut ahli THT Raj Sindwani, anosmia bisa terjadi karena bawaan atau didapat.
Anosmia bawaan terjadi sejak lahir, sedangkan anosmia didapat terjadi karena penyebab tertentu seperti trauma kepala.
"Trauma frontal atau trauma kepala bisa menyebabkan trauma atau cedera geser yang mengakibatkan kerusakan pada saraf penciuman,” ucap Sindwani.
Berikut adalah penyebab hilangnya fungsi indra penciuman:
- penyakit parkinson
- penuaan
- polip hidung
- tumor hidung atau otak.
Tidak berbeda jauh, dilansir dari WebMD, penyebab anosmia bisa terkait gangguan pernapasan sampai kerusakan saraf, antara lain:
- Hidung tersumbat karena pilek, alergi, atau infeksi sinus
- Polip hidung atau pertumbuhan benjolan di hidung dan sinus
- Cedera pada hidung dan saraf karena operasi atau benturan di kepala
- Efek samping obat tertentu seperti antibiotik, antidepresan, antiperadangan, obat jantung, dll.
- Penurunan fungsi indra penciuman karena pertambahan usia
- Efek samping terapi radiasi untuk kanker kepala dan leher
- Kondisi medis seperti penyakit alzheimer, parkinson, multiple sclerosis, kurang gizi, gangguan hormon
- Penyakit anosmia bawaan
Ketika mengalami kehilangan fungsi indra penciuman, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk memastikan kondisi Anda.
Dokter akan merekomendasikan perawatan yang paling tepat untuk mengatasi anosmia.
Perawatan tersebut disesuaikan dengan penyebab mendasarnya.
Berikut beberapa cara mengatasi anosmia baik dengan obat atau secara alami:
Obat Anosmia

Melansir Healthline, jika anosmia disebabkan pilek atau alergi, dokter biasanya tidak memberikan obat khusus karena gangguan kesehatan ini bisa sembuh dengan sendirinya.
Jika gejala tak kunjung membaik setelah beberapa hari, periksakan diri ke dokter.
Penggunaan obat dekongestan dan antihistamin dapat mengatasi hidung yang tersumbat terkait pilek, flu, sampai alergi.
Dokter juga akan meresepkan antibiotik untuk mengobati anosmia karena karena infeksi bakteri.
Terapi indra penciuman Selain penggunaan obat, cara alami yang bisa digunakan untuk mengobati anosmia adalah dengan terapi indra penciuman.
Terapi ini belakangan jamak direkomendasikan untuk mengatasi anosmia karena cedera kepala dan infeksi virus.
Sejumlah penelitian menunjukkan, terapi indra penciuman efektif merangsang mekanisme pemulihan alami tubuh yang tidak peka bau.
Terapi indra penciuman untuk anosmia ini menggunakan minyak esensial untuk memicu respons sensorik.
Beberapa jenis minyak esensial yang digunakan memiliki aroma tajam seperti kayu manis, vanita, jeruk, dan pisang.
Operasi Anosmia terkait penyumbatan saluran pernapasan seperti polip, tumor, atau kelainan bentuk tulang di dalam hidung terkadang tidak bisa disembuhkan dengan obat.
Dokter, umumnya merekomendasikan operasi pengangkatan polip, tumor, atau tindakan bedah untuk mengatasi kelainan bentuk tulang di dalam hidung.
Setelah saluran pernapasan tersebut lapang tanpa sumbatan, penderita bisa kembali mencium bau.
Setop merokok
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengatasi anosmia adalah berhenti merokok.
Kebiasaan merokok dapat memperparah kondisi anosmia. Pasalnya, rokok dapat menumpulkan kepekaan beragam indra, termasuk penciuman.
Setelah diberi perawatan yang tepat, penderita yang mengalami anosmia bisa merasakan bau.(*)