Virus Corona di Tana Tidung
Tantangan Orangtua di Tana Tidung Kala Mendampingi Sang Anak dalam Belajar dari Rumah
Di masa pandemi Covid-19 ini, para orangtua mau tidak mau menggantikan peran guru di sekolah saat anak-anak belajar dari rumah.
Penulis: Risnawati | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANA TIDUNG - Di masa pandemi Covid-19 ini, para orangtua mau tidak mau menggantikan peran guru di sekolah saat anak-anak belajar dari rumah (BDR) atau secara daring, dalam jaringan.
Ketua Tim Penggerak PKK Tana Tidung, Vamelia Ibrahim mengatakan pada Jumat 23 Juli 2021.
Kala masa pandemi Covid-19 ini, orangtua sebenarnya yang mengambil alih.
Setiap pembelajaran harus bisa diajarkan kepada anak-anaknya.
Baca juga: Disdikbud Tana Tidung Berlakukan Bahan Ajar Siswa yang Bermakna
Materi pelajaran yang kian hari kian berkembang ini, sering kali sulit dipahami anak.
Apalagi dengan penjelasan dari guru yang terkadang minim.
Dia menyampaikan, hampir 15 persen kendala yang dihadapi orangtua saat mendampingi anak belajar di rumah, yaitu kurang memahami materi pelajaran anak.
Sementara, 40 persen orangtua sulit menjelaskan pembelajaran kepada anak.
Baca juga: Hari Anak Nasional, TP PKK Tana Tidung Gelar Fashion Show Ibu dan Anak
Vamelia mengatakan, hal Inilah yang menjadi salah satu tantangan orangtua. Menjadi pengganti guru di sekolah, namun kurang memahami materi pelajaran anak.
Inilah yang terkadang buat orangtua stress. Sehingga tidak mungkin orangtua tidak melakukan kekerasan verbal.
"Pasti kekerasan verbal itu ada, seperti ngomel-ngomel," ujarnya dalam Talkshow Hari Anak Nasional,.
Berdasarkan hasil survei dari lembaga Unicef tahun 2020, sekitar 30 persen anak mengalami kekerasan verbal ketika mengikuti pembelajaran secara daring.
Baca juga: Hari Anak Nasional, Bupati Tana Tidung Ibrahim Ali: Dampingi Anak Belajar di Rumah secara Sabar
Kekerasan verbal, kata Vamel, mungkin dipandang biasa saja bagi orangtua, namun dampak negatif yang diterima anak, sangatlah membekas.
Memang tidak membekas secara fisik. Akan tetapi membekas di mental atau psikis anak.
Sehingga hal itu berdampak pada anak, salah satunya menjadi sulit mengambil keputusan
Kemudian bisa menimbulkan ketidakpercayaan diri pada anak.
Baca juga: Tingkat Partisipasi Belajar dari Rumah di KTT Capai 98 Persen, Bupati Antisipasi Learning Loss
Juga sulit bersosialisasi, mudah stress, bersikap terlalu agresif.
Dan lambatnya proses tumbuh kembang.
"Mungkin ini tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua, tapi tolong kedepannya diperhatikan," tandasnya. (*)