Virus Corona
Inilah 5 Kriteria Pasien Covid-19 yang Dilarang Jalani Isolasi Mandiri, Fatal Jika Dipaksakan
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tidak semua pasien Covid-19 boleh melakukan isolasi mandiri
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Ikbal Nurkarim
TRIBUNKALTIM.CO - Meningkatnya angka kasus positif Covid-19, membuat sejumlah pihak rumah sakit kewalahan menerima pasien.
Bahkan, ada di antaranya rumah sakit yang sudah tidak dapat lagi menampung pasien karena membludaknya kasus positif Covid-19.
Namun demikian, tidak semua yang terpapar positif Covid-19 harus dirawat, ada juga yang harus menjalani isolasi mandiri, dan tidak semua pasien harus menjalani isolasi mandiri.
Ada sejumlah hal-hal yang harus diperhatikan.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tidak semua pasien Covid-19 boleh melakukan isolasi mandiri ( isoman).
Baca juga: Imigrasi Nunukan Bagikan 100 Paket Sembako Buat Pasien Isolasi Mandiri Covid-19
Menurut Wiku, ada lima kriteria pasien yang dilarang melakukan isoman selama masa perawatan.
Pasien yang mengalami gejala sedang dan berat dilarang untuk isoman.
Kemudian, pasien berusia di atas 45 tahun, memiliki komorbid dan tidak memiliki tempat isoman yang memadai.
"Kami mohon untuk tidak isolasi mandiri," kata Wiku dalam konferensi pers daring, Kamis (29/7/2021), Kompas.com.
Alih-alih isolasi mandiri, pasien dengan kriteria tersebut dianjurkan untuk memanfaatkan fasilitas isolasi terpusat yang disediakan pemerintah daerah.
Baca juga: Fakta Polisi di Berau Rela Rumahnya Jadi Tempat Isolasi Mandiri 12 Santri, Ada Yatim Piatu
Wiku menyebutkan, pasien yang berada di fasilitas isolasi terpusat mendapat pengawasan dan pemantauan langsung oleh tenaga kesehatan, baik tanda vital gejala, pola makan, dan obat-obatannya.
Dengan demikian, apabila terjadi pemburukan kondisi, maka pasien bisa langsung ditangani.
Pasien boleh melakukan isolasi mandiri apabila tak memiliki gejala, bergejala ringan dan berusia kurang dari 45 tahun.
Selain itu, pasien tidak memiliki komorbid, dan memiliki tempat yang memadai, sehingga bisa menghindari kontak dengan anggota keluarga lain yang tinggal dalam serumah.
"Pastikan selama isolasi mandiri untuk makan makanan bergizi, minum obat, dan secara berkala mengecek temperatur dan saturasi oksigen," ujar Wiku.
Baca juga: 3 Pasien Isolasi Mandiri di Berau Meninggal dalam Sehari, Kadinkes Beberkan Kondisi Rumah Sakit
Wiku mengingatkan, angka kematian pasien Covid-19 masih tinggi.
Keterlambatan penanganan terhadap pasien gejala sedang, berat, dan atau kritis bisa jadi penyebab melonjaknya angka kematian.
Selama dua minggu belakangan, kematian pasien Virus Corona di Indonesia bertambah lebih dari 1.000 kasus setiap harinya.
Wiku mengatakan, angka kematian tertinggi selama pandemi Covid-19 di Tanah Air terjadi pada Juli.
Hingga Rabu (28/7/2021), total ada 30.168 kematian selama bulan Juli.
Baca juga: Pria di Karang Mumus Samarinda Ditemukan tak Bernyawa, Polisi Beber Sedang Isolasi Mandiri
Angka tersebut melonjak drastis dibandingkan dengan Juni, yakni 7.913 kasus kematian.
"Masih terjadinya peningkatan kematian ini tentunya perlu untuk terus dievaluasi. Untuk itu penting dipahami bahwa kita semua dapat melakukan upaya terbaik untuk menekan angka kematian ini," kata Wiku.
Hal yang Harus Diperhatikan Bagi Anak Jalani Isoman
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat tajam dalam beberapa minggu ini.
Tak hanya orang dewasa, kini Covid-19 juga banyak menginfeksi anak-anak.
Bahkan angka infeksi pada anak-anak juga terus naik.
Lantas, seperti apa anak yang terinfeksi Covid-19?
Melansir akun resmi Instagram Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta, Kamis (1/7/2021), anak yang terinfeksi Covid-19 mengalami sejumlah gejala seperti:
- demam
- kelelahan
- tidak nafsu makan
- sampai sakit kepala
Tentu sebelumnya anak harus dikonsultasikan pada dokter apakah anak boleh isolasi mandiri atau harus dirawat di rumah sakit.
Jika anak diperbolehkan isolasi mandiri, berikut ini panduan isolasi mandiri pada anak yang bisa orang tua lakukan dari link ini.
Pada kasus Covid-19 di anak-anak, gejala-gejala lain yang dialami anak, misalnya:
- Apakah batuk bertambah
- Gangguan penciuman
- Gangguan pendengaran
- Muntah
- Diare
Maka, orangtua harus memantau 2 kali per hari yakni setiap pagi dan sore.
Serta lakukan pencatatan, seperti:
- Suhu
- Laju napas
- Saturasi oksigen
- Asupan makanan
- Aktivitas makanan
- Aktivitas anak
- Tanda dehidrasi
- Gejala-gejala
Untuk itu, orangtua harus mengkomunikasikan pemantauan dengan tenaga medis, terutama jika kondisi di luar nilai normal.
Berikut ini 9 tanda bahaya covid atau perhatian khusus yang harus diperhatikan orangtua pada anaknya yang sedang isolasi mandiri:
1. Anak banyak tidur atau kesadaran menurun.
2. Napas cepat.
3. Cekungan di dada, hidung kembang kempis.
4. Saturasi oksigen kurang dari 95 persen.
5. Muntah, mencret dan tidak masuk asupan.
6. Tanda dehidrasi.
7. Kejang.
8. Demam terus menerus disertai mata merah, ruam dan leher bengkak.
9. Anak dengan penyakit penyerta atau penyakit kronik.
Jika menemui hal-hal tersebut, maka orangtua harus segera ke dokter atau fasilitas kesehatan yang menangani Covid-19. (*)