Berita Nasional Terkini

Dapat Bocoran Info, Dahlan Iskan Ungkap Hal Baru soal Sumbangan Rp 2 Triliun Akidi Tio di Palembang

Sumbangan Rp 2 trilun dari pengusaha Akidi Tio di Palembang, Sumatera Selatan ternyata mendapat perhatian dari Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan

Editor: Doan Pardede
Humas Polda Sumsel via Tribun Sumsel
Proses penyerahan bantuan dana Rp 2 Triliun dari keluarga alm. Akidi Tio, pengusaha sukses asal Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur untuk penanganan covid-19 di Sumsel, Senin (26/7/2021). 

TRIBUNKALTIM.CO - Sumbangan Rp 2 trilun dari pengusaha Akidi Tio di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ternyata mendapat perhatian dari Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.  

Saat ini, publik masih menanti-nanti kepastian sumbangan segede Rp 2 triliun dari kelurga konglomerat Akidi Tio.

Kabar terbaru, sumbangan jumbo Akidi Tio akan cair, Senin 2 Agustus 2021 ini.

Jika ini benar, ini akan menjadi catatan sejarah sumbangan terbesar di Indonesia dari pebisnis Indonesia, bahkan sumbangan Akidi Tio ini akan menjadi sumbangan terbesar ke dua dunia, setelah Bill Gates.

Baca juga: Bantuan Akidi Tio Rp 2 Triliun Belum Cair, Mantan Walikota Palembang ESP Minta Jangan Suudzon

Mengutip Kontan.co.id di artikel berjudul Dahlan Iskan telusuri: Sumbangan Rp 2 triliun Akidi Tio cair, Senin 2 Agustus ini, kabar proses pencairan sumbangan Akidi Tio ini terungkap dari unggahan tulisan Dahlan Iskan dalam blognya: disway.id.

Kata mantan Menteri BUMN dalam blognya bertajuk Perjuangan Rp 2 T, dalam penelusuran Dahlan berujung ke perempuan yang ia sebut si Cantik yang mengenal baik dengan anak bungsu Akidi Tio: Heryati .

Tak mengungkap sosok si Cantik, kecuali perempuan dengan lima ‘I’.

Dahlan mengisahkan obrolannya dengan sosok yang Dahlan sebut sebagai sosok terhormat, punya pekerjaan terhormat dan menguasai bahasa Inggris, Prancis, Jerman, hingga Belanda.

Si Cantik ini mengenal dekat dengan Heryati dan yakin duitnya ada.

Keluarga mereka juga sangat dekat. Selain Heryati, si Cantik ini juga mengenal kakak Heryati: Aghwan.

"Ada. Mungkin paling lambat Senin lusa cair," jawab perempuan itu saat ditanya Dahlan terkait perjalanan sumbangan Rp 2 T dalam tulisan di Diway.id, Minggu (1/8).

Si Cantik ini bisa mengetahui dana sumbangan Rp 2 triliun itu akan cair karena baru menelepon Heryati.

Baca juga: Akidi Tio Sumbang Rp 2 Triliun untuk Penanganan Covid-19 di Sumsel, KPK Imbau Dikelola Transparan

“Saya baru saja telepon Heryanti. Dia bilang begitu," jawab perempuan itu.

Kata si Cantik, uang tersebut ada di bank di Singapura. Uang itu milik ayah Haryanti, Akidi Tio yang biasa dipanggil Aki.

Aki meninggal tahun 2009 di umur 89 tahun, adapun istri Aki.

Istri Aki meninggal empat tahun sebelumnya.

Uang itu hasil usaha Aki dengan partner bisnis di Singapura dan Hong Kong.

Di sana, mereka juga punya aset dalam bentuk gedung-gedung.

Bambang Soesatyo ungkap sosok Akidi Tio

Sosok Akidi Tio juga sedikit terungkap dari Instagram Ketua Majalelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo.

Kata Bambang, Akidi Tio pernah hidup di Palembang. Akidi memulai bisnisnya dengan usaha kecap sampai memiliki pabrik kecap sendiri.

Akidi Tio, tulis Bambang, memiliki kelenteng di 10 Ulu serta beberapa tempat di Palembang.

Baca juga: INILAH PROFIL Akidi Tio & Usaha yang Digeluti di Palembang, Beri Sumbangan Rp 2 T buat Tangani Covid

Akidi juga memiliki punya Cipta Futura Sawi di Muara Enim.

Penelusuran Kontan di di situs perusahaan, PT Cipta Futura adalah perusahaan sawit terintergrasi dari kebun sampai minyak kelapa sawit di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan.

Berdiri sejak tahun 1989, perusahaan mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 8.381 hektare. Hanya, di situs perusahaan itu tak disebutkan manajemen perusahaan termasuk tak terungkap sosok sang pemilik Akidi Tio.

Kembali ke informasi Bambang Seosatyo, Akidi Tio pernah hidup bersama keluarga Thong Ju, pengusaha China Palembang yang kaya era Presiden Soekarno.

Akidi juga bukan orang sembarangan. Kata Bambang, paman Akidi adalah Menteri Perdagangan Singapura, tanpa menyebut nama dan eranya.

Akido Tio juga pengusaha tambang batu dolomit, pembuat pupuk.

Semasa hidupnya, kata Bambang, Akidi Tio pernah bersumpah kepada Thong Ju kalau dia kaya maka ia akan memberikan sumbangan ke rakyat Palembang yang kemudian ia tuangkan dalam surat wasiat yang kini akan keluarga cairkan.

Dus, jika informasi si cantik lewat cerita Dahlan Iskan ini benar bahwa sumbangan akan cair Senin 2 Agustus, sejarah akan mencatat Akidi Tio adalah sosok paling dermawan di Indonesia dengan sumbangan Rp 2 triliun.

Mantan Menteri era SBY ingatkan 3 kejadian di masa lalu

Keluarga besar Akidi Tio bungkam usai mengklaim mau menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan covid-19 di Palembang Sumsel.

Banyak yang kagum dan memuja ketulusan itu, sebab di tengah lilitan utang negara dan derita akibat Covid-19 ada warga negara yang memberikan hartanya untuk kemaslahatan orang banyak.

Namun pandangan lain disampaikan oleh mantan Menteri Hukum dan HAM RI Hamid Awaluddin.

Dilansir Kompas.com, Hamid Awaludin memiliki pandangan yang berbeda.

Berikut pandangan lengkapnya berjudul Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat

Saya tidak bertepuk tangan. Saya tidak memberi rasa kagum, apalagi pujian.

Saya malah kian sanksi mengenai akal waras kita semua.

Saya kian teguh bahwa para pejabat di negeri ini, sama sekali belum belajar dari berbagai kejadian masa lalu.

Sejumlah orang telah melecehkan akal sehat dan memarjinalkan tingkat penalaran para pejabat negeri ini.

Hingga uang Rp2 triliun tersebut benar-benar sudah di tangan, saya tetap menganggap bahwa di negeri ini masih banyak orang yang ingin mempopulerkan diri dengan cara melecehkan akal waras para pejabat.

Belum terlampau lama ke belakang, seorang yang mendeklarasikan diri sebagai pilantropis dunia, telah mendeklarasikan ke publik bahwa ia menyumbang lebih seribu rumah di Palu, Sulawesi Tengah, yang baru saja dilantakkan oleh bencana alam, likuifasi.

Orang yang sama juga telah memaklumatkan bahwa ia menyumbang beberapa ribu unit rumah yang telah diterjang oleh badai gempa bumi di Nusa Tenggara Barat.

Sang tokoh, sebelum kejadian di dua provinsi kita itu, juga membiarkan dirinya diliput pers bahwa ia membangun secara sukarela asrama prajurit pasukan elite kita.

Hingga kini, sekian tahun kemudian, semua deklarasi itu, adalah hampa belaka.

Yang lebih hebat lagi, sang pemberi janji, diganjar dengan penghargaan Bintang Mahaputra. Hebat khan?

Akibat janji-janji yang tak ditepatinya itu, Wakil Presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla berteriak kencang: “Cabut gelar kehormatan itu.”

Sejarah Terulang Lagi Bung Karno pada era 50-an, pernah menerima sepasang suami isteri di Istana Negara.

Mereka adalah Raja Idris dan Ratu Markonah.

Mereka mengklaim diri sebagai raja dan ratu dari suku Anak Dalam di Jambi.

Mereka mendeklarasikan bisa membantu pembebasan Irian Barat.

Semua mengagumi kedua orang tersebut.

Tepuk tangan dan senyum sumringah para pejabat di negeri ini terhambur lepas.

Berbunga-bunga.

Hebat. Kedok penipuan pun tersingkap beberapa hari kemudian.

Raja Idris ternyata adalah pengayuh becak, sementara Ratu Markonah adalah pelacur kelas bawah di Tegal, Jawa Tengah.

Para pejabat terkibuli secara sistematis, yang sekaligus berarti, dua orang telah melecehkan daya nalar pejabat kita ketika itu.

Kita pernah juga dikagetkan oleh Menteri Agama Said Agil Husin Al-Munawar.

Ia mengklaim bahwa ada harta karun besar yang bisa dipakai untuk melunasi seluruh utang negara.

Harta tersebut berupa emas batangan, sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran, tersimpan di bawah Prasasti Batutulis, Bogor.

Heboh luar biasa. Rasa kagum mencuat seketika. Harapan dan optimisme pun kian berkecambah.

Sebentar lagi Indonesia bebas dari utang.

Menko Kesra Ketika itu, Jusuf Kalla, meminta Said Agil datang menemuinya. Kementrian Agama memang di bawah kordinasi Kementerian Kesra.

Tahu tidak, berapa utang luar negeri Indonesia, begitu pertanyaan Jusuf Kalla ke Menteri Agama. Menteri Agama tak bisa menjawab. Jusuf Kalla lalu memberi hitungan dengan enteng.

Jumlah utang luar negeri kita saat itu, awal tahun 2000, kurang lebih Rp 1500 trilyun.

Harga emas setiap gram kala itu, adalah Rp 250 ribu per gram.

Maka, untuk melunasi utang pemerintah, kita butuh sekitar 6 ribu ton emas batangan.

Bila emas batangan tersebut kita angkut dengan truk yang berkapasitas 4 ton, dengan asumsi, panjang truk adalah 5 meter, maka kita butuh jejeran truk sepanjang 5 km, Itu artinya, truk-truk tersebut berbaris mulai dari Kebayoran Baru hingga Bundara Hotel Indonesia.

Kira-kira ada tidak emas batangan sebanyak itu di Batutulis, tanya Jusuf Kalla.

Menteri Agama terdiam lesu. Sekali lagi, akal sehat pejabat dipreteli. Logika berpikir para pejabat dianiaya.

Sayangnya, semua itu berdampak kepada masyarakat.

Setidaknya, masyarakat mempercayai kebohongan yang sistematis seperti itu. Tahun 2007, sidang kabinet dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tiba-tiba saja, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, melapor dengan semangat berapi-api.

“Bapak Presiden, sebentar lagi Indonesia akan memiliki tiga kilang minyak baru. Dua di antaranya di kampung Pak Wapres JK, yakni di Pulau Selayar dan Parepare," ujarnya.

Tak membutuhkan waktu terlampau lama, Wapres, Jusuf Kalla, langsung angkat bicara.

Sebaiknya para menteri bila memberi laporan ke sidang kabinet, memeriksa betul akurasi data yang hendak disajikan.

Mohon menggunakan logika yang benar.

Ada dua persyaratan untuk membangun kilang minyak. Pertama, harus dekat dengan sumber daya minyak.

Kedua, dekat dengan pasar penjualan.

Kedua hal itu tidak ditemukan di Parepare dan Selayar.

Parepare itu, kampung Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaluddin, hanya tempat bertransaksi ikan terbang, kata Jusuf Kalla dengan kesal.

Dengan nada kecewa, Jusuf Kalla menguraikan lebih lanjut. Tidak mungkin pengusaha dari Kuwait yang Menteri ESDM sebutkan itu sebagai investor, akan membangun kilang minyak di tiga tempat di Indonesia.

"Dari mana uangnya? Utang cicilan mobil Toyota di kantor saya di Makassar saja belum dilunasi," tegas Jusuf Kalla.

Jelas sudah, bagaimana dengan entengnya para pejabat kita bisa dikibuli dan dibuai dengan rayuan gombal tanpa logika.

Jelas sudah, para pejabat kita bisa dengan enteng membiarkan dirinya dipasung dengan ketidakwarasan.

Gagal paham jika percaya Kembali ke soal keluarga Akidi Tio yang mendekarasikan diri akan mendonasikan dua triliun rupiah kekayaan mereka.

Ini sebuah gagal faham bila hendak mempercayai, sebelum benar-benar uang itu ada. Akido Tio bukanlah seseorang yang memiliki jejak jelas di bidang usaha.

Dari mana uang sebanyak itu?

Apakah lembaga perpajakan pernah mengetahui dan memungut pajak dari Akidi sedemikian banyak?

Rentetan pertanyaan logis yang harus dipakai sebelum mempercayainya.

Yang mungkin terjadi, ahli waris almarhum Akidi Tio, menemukan catatan-catatan tercecer almarhum, yang memilik kesamaran tentang harta almarhum.

Lalu, para ahli warisnya membangun mimpi-mimpi indah disertai dengan halusinasi mengenai catatan-catatan tersebut.

Untuk mewujudkan halusinasi itu, ada baiknya meminjam tangan negara melalui para pejabat dengan seribu janji.

Namanya usaha.

Pertanyaan yang relevan di sini, ialah, apa keuntungan para pejabat yang mempromosikan atau mengamini orang-orang yang dengan enteng membuat janji hampa itu? Jawabannya singkat.

Para pejabat ingin menjadi pahlawan, seolah diri merekalah yang membantu meringankan beban rakyat. Jawaban etisnya, yang bisa jadi juga, ada motif lain. Wallahu alam bissawab.

Rentetan kejadian menghebohkan tentang dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan, semuanya bermuara pada kebohongan.

Maka, ada baiknya bangsa kita membuat aturan tentang para pejabat yang memperkenalkan dan mengamini segala ketidakbenaran seperti deretan fakta yang telah melecehkan akal sehat bangsa kita itu.

Orang atau pihak yang menggunakan para pejabat untuk memaklumkan ketidakbenaran, juga harus juga diberi hukuman.

Harus ada ganjaran karena apa pun alasannya, memaklumkan ketidakbenaran kepada publik adalah pubic deception. Ini baru adil dan mendidik bangsa kita menjadi bangsa yang rasional. 

Berita Nasional Terkini Lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved