Tahun Baru Islam
Makna Bubur Suro, Menu Khas Peringati Tahun Baru Islam 1 Muharram
Masyarakat Jawa menghadirkan bubur suran atau bubur suro pada malam menjelang datangnya 1 Suro atau malam Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H.
TRIBUNKALTIM.CO - Tahun Baru Islam 1443 H jatuh pada esok 10 Agustus 2021.
Tahun Baru Islam juga biasa disebut dengan 1 Muharram.
Dalam tradisi Jawa malam 1 Muharram bisa dikenal dengan malam 1 Suro.
Tanggal 1 Suro (1 Muharram dalam tarikh Islam atau 1 Asyura) diperingati oleh masyarakat Jawa dengan cara khas dan dilaksanakan secara turun-temurun selama berabad-abad.
Seperti halnya dalam tradisi dan budaya yang lain, setiap ritual pelintasan (rites of passage) selalu diiringi dengan elemen kuliner sebagai lambang.
Masyarakat Jawa menghadirkan bubur suran atau bubur suro pada malam menjelang datangnya 1 Suro atau malam Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H.

Baca juga: Bubur Suro dan Maknanya, Hidangan Khas Peringati Malam 1 Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharram
Dalam konsep Jawa, setelah lewat pukul empat petang dianggap sudah memasuki hari baru esok.
Harus diingat, bubur suro bukanlah sesajen yang bersifat animistik.
Bubur suro syarat dengan lambang, dan karenanya harus dibaca, dilihat, dan ditafsirkan sebagai alat (uba rampe dalam bahasa Jawa) untuk memaknai 1 Suro atau Tahun Baru yang akan datang.
Bubur suro dibuat dari beras, santan, garam, jahe, dan sereh.
Rasanya gurih dengan nuansa asin-pedas tipis.
Di atas bubur ini ditaburi serpihan jeruk bali dan bulir-bulir buah delima, serta tujuh jenis kacang.
Yaitu kacang tanah, kacang mede, kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tholo, kacang bogor – sebagian digoreng, sebagian direbus.
Diakhiri dengan beberapa iris ketimun dan beberapa lembar daun kemangi.
Bayangkan, bauran elemen bahan dan bumbu yang menghadirkan berbagai tekstur.
Klethik, klethuk, kriuk, krenyes … Hmm!
Lauk yang umum dipakai untuk mendampingi bubur suro adalah opor ayam yang mlekoh serta sambal goreng labu siam berkuah encer dan pedas.
Baca juga: Bubur Suro, Hidangan Khas Masyarakat Jawa Peringati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H
Campuran itu menjadikan bubur suro sangat bergizi.
Sebagai uba rampe, bubur suro tidak hadir sendiri.
Ada lagi uba rampe lain berbentuk sirih lengkap, kembar mayang, dan sekeranjang buah-buahan.
Hadirnya sirih lengkap melambangkan asal-usul dan penghormatan atau pengenangan kita kepada orang tua dan para leluhur – khususnya yang telah mendahului kita.
Sirih lengkap – biasanya diletakkan dalam bokor kuningan atau tembaga – selalu hadir sebagai kelengkapan dalam ritual pelintasan Jawa dengan makna yang sama.
Di Tanah Melayu, kita juga melihat tradisi sekapur sirih ini untuk menyambut tamu yang datang berkunjung.
Kembar mayang yang hadir pada peringatan 1 Suro berbeda dengan kembar mayang yang kita lihat pada upacara pernikahan masyarakat Jawa.
Disebut kembar mayang karena memang terdiri atas dua vas bunga.
Masing-masing vas berisi tujuh kuntum mawar merah, tujuh kuntum mawar putih, tujuh ronce (rangkaian) melati, dan tujuh lembar daun pandan.
Kenapa harus serba tujuh?
Tujuh melambangkan jumlah hari dalam seminggu.
Maknanya, dalam hidup setiap hari, kita harus selalu punya tekad dan keberanian untuk bertindak (dilambangkan dengan mawar merah).
Tetapi, semua tindakan itu harus dilandasi dengan niat yang bersih dan benar, seperti dilambangkan oleh mawar putih.
Akhirnya, semua tindakan itu harus mampu mengharumkan dunia umat manusia, seperti dilambangkan dengan rangkaian bunga melati dan daun pandan.
Sekeranjang buah-buahan juga diisi dengan tujuh jenis buah, dan masing-masing terdiri atas tujuh butir, misalnya: tujuh jeruk, tujuh salak, tujuh rambutan, dan lain-lain.
Maknanya adalah agar semua pekerjaan dan tindakan menghasilkan buah yang manis dan bermanfaat bagi sesama.
Di Tasikmalaya dan Garut, ada beberapa kelompok masyarakat yang juga merayakan tradisi 10 Muharram ini dengan bubur sura.
Yang pada intinya terdiri atas bubur merah dan bubur putih yang masing-masing disimpan secara terpisah.
Bubur merah dan bubur putih ini kemudian diusung ke masjid desa bersama hahampangan (berbagai makanan kecil) untuk disantap berjemaah.
Waktu Terbaik Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun
Ada saat atau waktu terbaik saat memanjatkan Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun menyambut Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1441 Hijriyah yang jatuh pada Minggu (1/9/2019).
Doa Awal Tahun dan Doa Akhir Tahun pada Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H dipanjatkan dengan waktu terbaik.
Tentunya, Doa Awal Tahun dipanjatkan saat memasuki tahun baru, dan Doa Akhir Tahun sebelum datangnya Tahun Baru Islam 2019.
Ada banyak amalan yang bisa kita lakukan untuk menyambut datangnya bulan Muharram.
Salah satunya adalah dengan membaca doa awal dan akhir tahun.
Doa Akhir Tahun dibaca untuk mengakhiri tahun ini, sementara Doa Awal Tahun dibaca untuk menyambut datangnya tahun baru.
Sedangkan waktu membacanya, baik Doa Akhir Tahun maupun Doa Awal Tahun memiliki waktu baca terbaik masing-masing.
Berikut ulasannya:
Doa Akhir Tahun
Doa Akhir Tahun dibaca untuk menutup tahun.
Doa ini biasanya dibaca pada akhir bulan Dzulhijjah.
Doa Akhir Tahun dianjurkan dibaca setelah Salat Ashar hingga sebelum Maghrib tiba.
Berikut doanya:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِى هَذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِى عَنْهُ فَلَمْ اَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلِمْتَ عَلَىَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِى وَدَعَوْتَنِى اِلَى التَّوْبَةِ بَعْدَ جَرَا ئَتِى عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّى اَسْتَغْفِرُكَ فَغْفِرْلِى وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِى عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَاَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ يَاكَرِيْمُ يَاذَ الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ اَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّى وَلاَ تَقْطَعَ رَجَائِى مِنْكَ يَاكَرِيْمُ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, Wa shallallaahu ‘ala sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam. Allaahumma maa ‘amiltu fi haadzihis-sanati mimmaa nahaitani ‘anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta ‘alayya ba’da qudratika ‘alaa uquubati wa da’autani ilattaubati minhu ba’da jur’ati alaa ma’siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii wa maa ‘amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa’adtani ‘alaihits-tsawaaba fas’alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni wa laa taqtha’ rajaai minka yaa karim, wa sallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihii wa sahbihii wa sallam
Artinya:
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan dan penghulu kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau.
Ya Allah.. Apa yang saya lakukan pada tahun ini tentang sesuatu yang Engkau larang aku melakukannya, kemudian belum bertaubat, padahal Engkau tidak meridloi (merelakannya), tidak melupakannya dan Engkau bersikap lembut kepadaku setelah Engkau berkuasa menyiksaku dan Engkau seru aku untuk bertaubat setelah aku melakukan kedurhakaan kepada-Mu, maka sungguh aku mohon ampun kepada-Mu, ampunilah aku.
Dan apapun yang telah aku lakukan dari sesuatu yang Engkau ridloi dan Engkau janjikan pahala kepadaku, maka aku mohon kepada-Mu ya Allah, Dzat Yang Maha Pemurah, Dzat Yang Maha Luhur lagi Mulia, terimalah persembahanku dan janganlah Engkau putus harapanku dari-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah.
Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau.
Doa Awal Tahun
Berbeda dari Doa Akhir Tahun, Doa Awal Tahun dibaca pada detik-detik memasuki hari pertama awal tahun.
Doa biasanya dibaca sebanyak tiga kali setelah Maghrib.
Berikut doanya:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اَنْتَ اْلاَ بَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرَمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلُ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ اَقْبَلَ اَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ
اَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِى اِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam. Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa ‘alaa fadhlikal-’azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam
Artinya:
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam (belas kasihan dan kesejahteraan) kepada junjungan dan penghulu kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat Beliau.
Ya Allah... Engkau Dzat Yang Kekal, yang tanpa Permulaan, Yang Awal (Pertama) dan atas kemurahan-Mu yang agung dan kedermawanan-Mu yang selalu berlebih, ini adalah tahun baru telah tiba: kami mohon kepada-Mu pada tahun ini agar terhindar (terjaga) dari godaan setan dan semua temannya serta bala tentara (pasukannya), dan (kami mohon) pertolongan dari godaan nafsu yang selalu memerintahkan (mendorong) berbuat kejahatan, serta (kami mohon) agar kami disibukkan dengan segala yang mendekatkan diriku kepada-Mu dengan sedekat-dekatnya.
Wahai Dzat Yang Maha Luhur lagi Mulia, wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih...
Amalan yang lain
Selain membaca doa akhir dan awal tahun, umat muslim juga dianjurkan untuk berpuasa.
Ada beberapa jenis puasa yang bisa dilakukan.
Puasa Asyura dianjurkan untuk dilakukan pada 10 Muharram.
”Puasa ’Asyura'akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Bila ingin melaksanakan, niat puasa sunah Asyura adalah:
نَوَيْتُ صَوْم عشرسُنَّة لله تَعَالى
“Nawaitu sauma Asyuro sunnatal lillahita’ala”
Artinya:
Saya niat puasa hari asyura, sunnah karena Allah ta’ala.
Ada juga puasa Tasu'a.
Puasa sunah Tasu'a dilaksanakan pada tanggal 9 Muharam. Ini berdasarkan pada hadits Nabi berikut:
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata : ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim).
Namun belum sampai di bulan Muharram tahun berikutnya, ternyata Rasulullah sudah meninggal dunia.
Adapun niat puasa sunah Tasu'a adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْم تَاسُعَاء سُنَّة لله تَعَالى
“Nawaitu sauma tasu’a sunnatal lillahita’ala”
Artinya: Saya niat puasa hari tasu’a, sunnah karena Allah ta’ala. (*)