Virus Corona
Pemerintah Hapus Data Kematian Covid-19, Dokter Tirta: Harusnya Diperbaiki bukan di 'Delete'
Dihapusnya angka kematian dari indikator itu membuat 26 kota dan kabupaten mengalami penurunan level PPKM, dari level 4 menjadi 3.
TRIBUNKALTIM.CO - Sorotan terkait keputusan pemerintah menghapus angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 terus berdatangan.
Kebijakan menghapus angka kematian itu mendapat kritikan dari sejumlah pihak.
Sebelumnya, pemerintah menghapus angka kematian dari indikator pengendalian atau penanganan Covid-19.
Hal itu karena ditemukannya kesalahan dalam menginput data yang menyebabkan akumulasi kasus kematian pada beberapa minggu sebelumnya.
Baca juga: Sindiran Keras dr Tirta Tanggapi Aturan PCR Jadi Syarat Masuk Mal, Minta Luhut Pikirkan Risikonya
Dihapusnya angka kematian dari indikator itu membuat 26 kota dan kabupaten mengalami penurunan level PPKM, dari level 4 menjadi 3.
Salah satu yang menyoroti kebijakan tersebut yakni, relawan tenaga medis Covid-19 sekaligus influencer Tirta Mandira Hudi.
Pria yang akrab dengan sapaan Dokter Tirta ini melontarkan kritikan lewat akun Twitter-nya, @tirta_hudhi, Selasa (10/8/2021).
Dilansir dari Tribunnews.com dengan judul artikel Luhut Hapus Angka Kematian Covid-19, Epidemiolog Sebut Berbahaya: Bisa Salah Strategi dan Ekspektasi, dr Tirta menyayangkan keputusan pemerintah untuk menghapus kematian dari indikator penanganan Covid.

Baca juga: Benarkah Semua Penyakit Masuk Rumah Sakit Pasti Dicovidkan? Dokter Tirta Beri Jawaban
Menurutnya, perbaikan data kematian bisa disegera dilakukan, tanpa harus menghapusnya.
"Kalo ada telat input data kematian, perbaiki kondisi lapangannya, biar input data cepet ga rapel an."
"Bukan malah delete angka kematian dari indikator."
"Apakah sesusah itu merapikan data? Makanya : delete saja?" tulis Tirta.
Alasan Pemerintah Menghapus Angka Kematian Covid-19
Pemerintah menghapus angka kematian dari indikator pengendalian atau penanganan Covid-19.
Hal itu karena ditemukannya kesalahan dalam menginput data yang menyebabkan akumulasi kasus kematian pada beberapa minggu sebelumnya.