Virus Corona di Berau
Walaupun Kasus Positif di Berau Melandai, Kematian Akibat Covid-19 Diakui Masih Tinggi
Dinas Kesehatan atau Dinkes Berau, mengakui adanya penurunan tapi tidak sebanding dengan angka kematian yang masih terjadi setiap hari
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Perkembangan kasus aktif di Bumi Batiwakkal diakui menurun dalam beberapa hari terakhir.
Dinas Kesehatan atau Dinkes Berau, mengakui adanya penurunan tapi tidak sebanding dengan angka kematian yang masih terjadi setiap hari.
Seperti data rilis terakhir per 22 Agustus 2021 kematian bertambah 5 dengan total keseluruhan yakni 335 kasus.
Sedangkan terkonfirmasi positif secara keseluruhan yakni 897 kasus. Dengan total kesembuhan per hari mencapai 158 kasus.
Menanggapi itu, Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi menyampaikan, meski cukup senang dengan penurunan kasus Covid-19, namun pihaknya menyampaikan duka mendalam akibat korban jiwa yang terus berjatuhan.
Baca juga: Kisah Nurul Awaliyah, Sulung dari 8 Bersaudara di Berau yang Menjadi Yatim Piatu Akibat Covid-19
“Tingginya angka kematian menjadi konsentrasi kami. Kami berupaya semaksimal mungkin agar kasus kematian tidak semakin bertambah,” jelasnya kepada Tribunkaltim.co, Senin (23/8/2021).
Pihaknya mencatat, banyak kasus kematian akibat terlambat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Begitu juga pasien isoman yang meninggal dunia mencapai sebanyak 20 kasus.
Masih banyak masyarakat terpapar Covid-19 memilih dirawat di rumah, yang seharusnya dirawat di rumah sakit. Terutama yang mengalami gejala berat.
“Ada beberapa pasien yang meninggal saat melakukan isolasi mandiri,” ungkapnya.
Tak jarang, keluarga pasien menyerahkan ketika kondisi pasien sudah sangat lemah. Ketika saturasinya sudah di bawah 80 baru dibawa ke rumah sakit untuk meminta penanganan.
Baca juga: Pasien Covid-19 Dijemput Paksa Keluarga dari RS Berujung Kematian, Kadinkes Berau Beber Kronologinya
Iswahyudi menjelaskan, kasus positif bukan hanya sekedar tes antigen lalu reaktif dengan tanda garis dua, namun didukung pula oleh radiologi, alat laboratorium dan kondisi fisik pasien. Tiga langkah itu menjadi penentu dalam menentukan seseorang terpapar atau tidak.
“Hal itu menjadi dasar untuk mengambil kesimpulan positif, jika sudah begitu rumah sakit tidak bisa lepas tangan jika dinyatakan Covid-19,” ungkapnya.
Kendati, pasien yang datang sudah tidak bisa tertolong lagi, karena terlambat dirujuk.
“Kalau saturasinya sudah 70, itu sudah susah. Sekalipun menggunakan alat bantu pernapasan HNFC (high flow nasal cannula) dosis tinggi, sudah tidak mampu,” ujarnya.
Padahal, pihaknya berulang kali melakukan edukasi kepada masyarakat dalam pemberian oksigen kepada pasien Covid-19.
Baca juga: Pasien Covid-19 di Berau Diambil Paksa Keluarga, Berujung Kematian, Polisi Segera Bertindak?