CPNS 2021
Kabid GTK Disdikbud Kaltara Bantah Putuskan secara Sepihak Lokasi Ujian Kompetensi PPPK
Kabid Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kalimantan Utara (Kaltara) dituding memutuskan secara sepihak lokasi ujian kompetensi PPPK.
Frangki yang sudah 11 tahun menjadi guru honor di SMPN 4 Krayan itu mengatakan, biaya transportasi yang mereka keluarkan dari Krayan ke Nunukan bukanlah angka yang kecil.
Apalagi dalam sebulan pendapatan Frangki dari profesinya tidak menentu.
Gaji paling besar yang pernah ia dapatkan sebesar Rp 500 ribu.
"Biaya yang saya keluarkan untuk tiket pesawat saja Rp 456 ribu. Biaya rapid antigen Rp 175 ribu. Belum lagi barang overbagasi saya bayar Rp 800 ribu. Itu bukan biaya yang kecil bagi kami guru honor di perbatasan," ucapnya.
Belum lagi, kata Frangki, saat di Nunukan ia tak memiliki sanak keluarga.
Sehingga mau tidak mau, bapak dua anak itu terpaksa menyewa rumah dengan biaya sewa Rp 600 per bulan.
"Saya di Nunukan sudah tiga hari. Saya di sini kontrak rumah sama teman-teman. Karena saya tidak ada keluarga. Saya ambil satu bulan jadi Rp 600 ribu. Karena tidak bisa sewa harian," ujarnya.
Frangki menuturkan, kendala transportasi di wilayahnya membuat mereka harus melakukan pesan tiket jauh hari.
Bahkan, beberapa rekan Frangki lainnya terpaksa harus transit di Malinau, lantaran jadwal penerbangan rute Nunukan terbatas.
"Ada yang berangkat tanggal 24 Agustus, ada yang tanggal 25 Agustus. Flight pertama 12 orang begitu juga flight kedua. Jadi kami tersebar. Rute pesawat Krayan-Nunukan sangat terbatas. Jadi transit di Malinau, baru mereka naik speedboat ke Nunukan," tuturnya.
"Penerbangan Krayan-Nunukan hanya satu jam. Kalau transit di Malinau agak besar lagi biayanya karena naik speedboat lagi ke Nunukan. Kalau tiket pesawat ke Malinau Rp 300 lebih," tambahnya.
Tak hanya itu, Frangki juga mengeluhkan bila harus bertahan di Nunukan hingga jadwal tes dimulai, tak sedikit biaya hidup yang mereka akan keluarkan.
"Kami rencana pulang kembali ke Krayan hari ini atau besok. Kalau di sini biaya hidup besar. Masa kami hanya numpang tidur saja," ungkapnya.
Dia berharap kepada pemerintah, untuk mempertimbangkan nasib guru di perbatasan RI-Malaysia itu, terutama mereka yang sudah mengabdi sebagai guru honor belasan tahun.
Selain itu, Frangki juga berharap kepada pemerintah provinsi agar menambah jadwal penerbangan rute Krayan-Nunukan, begitupun sebaliknya.