Berita Nasional Terkini

Pengamat Bongkar 2 Misi Gatot Nurmantyo Mainkan Isu Komunis, Sebut TNI Disusupi Paham Komunis

Pengamat bongkar 2 misi Gatot Nurmantyo mainkan isu komunis, sebut TNI disusupi paham komunis

Editor: Rafan Arif Dwinanto
KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES
Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Kini Gatot kembali melontarkan isu PKI di tubuh TNI 

TRIBUNKALTIM.CO - Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo kembali jadi perbincangan.

Jelang peringatan G30S/PKI, Gatot Nurmantyo kembali melontarkan isu terkait komunis di Indonesia.

Tak main-main, pendiri Koalisi Aksi Masyarakat Indonesia ( KAMI) ini menyebut internal TNI sudah disusupi paham komunis.

Pengamat Politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti pun membongkar motif Gatot Nurmantyo kembali memainkan isu PKI.

Sebelumnya, Gatot Nurmantyo juga mewajibkan jajarannya menonton film G30S/PKI saat masih menjabat sebagai Panglima TNI.

Baca juga: Pelaku Penembakan Tokoh Agama di Tangerang Sudah Intai Korbannya, Fadli Zon Kaitkan dengan G30S/PKI

Baca juga: Mata Kuliah Pancasila Dihapus, Fadli Zon Bongkar Jajaran Nadiem Makarim Disusupi Pendukung PKI

Baca juga: Tanggapi Tudingan Gatot Nurmantyo Soal Komunisme di Tubuh TNI, Panglima Sebut Tidak Mau Berpolemik

Gatot Nurmantyo kerap mengingatkan bahaya komunis di Indonesia.

Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Ada 2 Target yang Disasar Gatot Nurmantyo Saat Mainkan Isu Komunismemantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo kembali menjadi sorotan karena melontarkan pernyataan yang menyebut paham komunisme telah menyusup di tubuh TNI.

Hal itu berkaitan dengan pembongkaran sejumlah patung para tokoh militer di Museum Dharma Bhakti Kostrad.

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai ada dua target yang sedang disasar oleh Gatot Nurmantyo.

Pertama, kata Ray, pernyataan Gatot Nurmantyo itu guna membuat namanya kembali jadi perbincangan.

Setelah hampir beberapa bulan tidak ada isu yang membuat Gatot Nurmantyo diperbincangkan.

"Setidaknya isu ini akan mencuatkan nama beliau," kata Ray saat dihubungi Tribunnews, Salasa (28/9/2021).

Kedua, lanjut Ray, seturut dengan itu, Gatot Nurmantyo sedang menanamkan diri sebagai tokoh anti komunis.

Dimana, satu peran yang senantiasa menjadi daya tarik di dunia politik.

Karena, selalu tersedia jumlah pemilih yang isunya berkutat pada bangkitnya komunisme.

Tapi, Ray juga melihat dua arus balik dari isu yang berkembang saat ini.

Yakni, makin banyak yang memahami bahwa isu komunisme atau PKI terkadang hanya sebagai isu politik.

"Pada kenyataannya, isu ini tetap kalah populer dibandingkan dengan perlindungan HAM, demokrasi, pemberantsaan korupsi dan tentu ekonomi," ucap Ray.

"Segmen pemilih isu bangkitnya PKI makin menipis dan sendirinya makin kurang signifikan," tambahnya.

Lalu, Ray mengatakan perlu pembuktian fakta yang kuat jika institusi TNI disebut telah disusupi paham komunisme.

Pasalnya, kata Ray, selama ini TNI dikenal sebagai salah satu garda terdepan melawan PKI.

"Jadi menyebut institusi TNI dimasuki oleh PKI membutuhkan data yang kuat.

Bukan sekedar mengaitkan satu peristiwa lalu membuat kesimpulan," jelas Ray.

Baca juga: Novel Tak Tinggal Diam, Terduga Teroris Dikaitakan dengan FPI, Bocorkan Kerja Komunis Pecah Belah

Isu yang Dilemparkan Gatot Nurmantyo

Dilansir dari TribunSolo.com dengan judul Gatot Nurmantyo Tuding Komunisme Telah Menyusup di Tubuh TNI, Hadi Tjahjanto Bereaksi, Ini Katanya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan tidak mau berpolemik terkait hal tersebut.

Hal itu karena menurutnya isu tersebut tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.

"Saya tidak mau berpolemik terkait hal yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.

Tidak bisa suatu pernyataan didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat.

Dan sebenarnya masalah ini sudah diklarifikasi oleh institusi terkait," kata Hadi ketika dikonfirmasi wartawan pada Senin (27/9/2021).

Sebelumnya, Gatot Nurmantyo menyatakan bukti komunis masih ada di Indonesia, terkhusus di institusi TNI dapat dilihat dari hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (Jakpus).

Barang-barang yang dihilangkan, menurut Gatot, adalah yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme di Tanah Air pada era Orde Lama.

"Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu.

Di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI, di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO," ungkap Gatot pada acara webinar yang berjudul 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9/2021) kemarin.

Pihak Kostrad lalu mengklarifikasi adanya pemberitaan dalam diskusi bertajuk “TNI Vs PKI” yang digelar pada Minggu malam itu.

Dalam keterangan tertulis Kapen Kostrad Kolonel Inf Haryantana disebutkan dalam diskusi yang digelar secara daring tersebut diputar sebuah klip video pendek yang memperlihatkan Museum Dharma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.

Museum itu disebut berada di bekas ruang kerja Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayjen Soeharto ketika peristiwa G30S/PKI terjadi.

Di dalam museum itu juga disebut tadinya terdapat diorama yang menggambarkan suasana di pagi hari, 1 Oktober 1965, beberapa jam setelah enam Jenderal dan seorang Perwira muda TNI AD diculik PKI yang ada di tubuh pasukan kawal pribadi presiden, Cakrabirawa.

Adegan yang digambarkan itu disebut merupakan saat Mayjen Soeharto menerima laporan dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

Baca juga: Bukan Hanya Rizieq Shihab, UAS Ditawari Posisi di Masyumi Reborn, Cholil: Komunis Gaya Baru Pingsan

Respon Panglima TNI

Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution yang selamat dari upaya penculikan PKI beberapa jam sebelumnya juga disebut duduk tidak jauh dari Soeharto dan Sarwo Edhie.

Dalam ruang kerja Pak Harto juga disebutkan ada patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang menggambarkan saat kritis (setelah penculikan enam Jenderal TNI AD) dan rencana menyelamatkan negara dari pengkhianatan PKI, sekaligus peran utama Panglima Angkatan Darat, Pangkostrad, dan resimen Parako yang kini menjadi Kopassus.

Oleh karena itu Haryantana menyatakan bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.

Pada Hari Senin tanggal 30 Agustus 2021, kata Haryantana, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut.

"Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 sampai dengan 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut," kata Haryantana dalam keterangan tertulisnya pada Senin (27/9/2021).

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, kata dia, meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk di bongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilahkan.

Ia menegaskan bahwa tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI).

Pembongkaran patung-patung tersrbut, kata dia, murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide.

"Disimpulkan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad, tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin," kata dia. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved