Mata Najwa

Selain Ditawari Masuk Partai, Cinta Laura Blak-blakan Pernah Mendapat Tawaran sebagai Anggota DPR

Cinta Laura mengatakan bahwa setelah lulus kuliah dari Columbia University Amerika Serikat, dirinya sudah pernah mendapat tawaran masuk partai.

Editor: Ikbal Nurkarim
Instagram @claurakiehl
Potret Cinta Laura di Instagram @claurakiehl, Artis cantik ini blak-blakan pernah ditawari masuk dalam partai politik dan jadi calon anggota DPR. 

TRIBUNKALTIM.CO - Cinta Laura blak-blakan ternyata pernah ditawari untuk jadi calon anggota DPR dari salah satu partai di Tanah Air.

Meski demikian wanita berparas cantik ini enggan menyebutkan partai apa yang menawari dirinya.

Hal itu disampaikan artis berusia 28 tahun itu dalam acara Mata Najwa yang dipandu presenter Najwa Shihab.

Bermula saat ditanya apakah berminat terjun ke dunia politik?

Cinta Laura mengatakan bahwa setelah lulus kuliah dari Columbia University Amerika Serikat, dirinya sudah pernah mendapat tawaran untuk masuk sebagai anggota DPR dan ikut partai.

Baca juga: Cinta Laura tak Bergeming Bahas RUU PKS di Mata Najwa, Sorot Beda Amerika-Indonesia hingga soal Nama

Baca juga: Bahas Hari Sumpah Pemuda Di Mata Najwa, Cinta Laura Blak-blakan Beber Anak Muda Diglorifikasi

Baca juga: Cinta Laura Rela Begadang Sampai Jam 3 Pagi demi Video Klip Lagu Markisa

Tetapi diakui Cinta Laura, masih merasa butuh pengalaman sebelum masuk ke dunia politik yang sesungguhnya.

"Karena aku tidak ingin menjadi pemimpin yang buta dalam arti tidak punya cukup informasi untuk benar-benar membuat perubahan yang positif dan signifikan," ucap Cinta Laura pada program Mata Najwa edisi "Muda Bersuara" yang tayang di Trans 7, Rabu (27/10/2021).

Walaupun demikian, secara tegas Cinta Laura tidak mengatakan untuk tidak berniat menjadi seoarang politikus.

"Never say never, right. Kita nggak pernah tahu karena hidup kadang-kadang bisa benar-benar surprising dan kita enggak bisa memprediksi. Tapi kemungkinannya ada. Tapi apakah pasti, I don't know," beber Cinta Laura.

Diketahui, akhir-akhir ini selain sibuk syuting dan menyayi, Cinta Laura juga aktif menyuarakan tentang isu-isu sosial khususnya tentang RUU PKS.

Artis berusia 28 tahun itu mengaku bahwa saat Ia speak-up, seringkali banyak politisi yang akhirnya mengajaknya untuk melaksanakan ide-idenya.

Walaupun memiliki ide-ide yang cemerlang, Cinta Laura mengaku tidak mau mencoba menjadi seorang politisi.

"Sebenarnya sebagai anak muda dengan bersuara dan mengambil aksi dan tidak takut untuk bersuara tentang suatu kebenaran itu sudah sebuah bentuk ikut turun tangan dalam berpolitik. So, I think it's different for everyone," kata Cinta Laura dilansir dari kanal youtube Najwa Shihab, Jumat (29/10/2021).

Baca juga: Cinta Laura tak Bergeming Bahas RUU PKS di Mata Najwa, Sorot Beda Amerika-Indonesia hingga soal Nama

Apa yang menjadi unek-uneknya selama ini dan disampaikan kepada para elit dan pejabat, bagi Cinta Laura itu dilakukan semata-mata hanya karena peduli pada masyarakat.

Cinta Laura tak Bergeming Bahas RUU PKS di Mata Najwa

Cinta Laura tak bergeming di acara Mata Najwa saat membahas Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang kini berganti nama menjadi RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).

Sebagai Duta Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, Cinta Laura mengkritik sulitnya korban dalam mendapat bantuan terutama dalam kasus kekerasan seksual.

Pendapat Cinta Laura itu disampaikan pada program Mata Najwa edisi "Muda Bersuara" yang tayang di Trans 7, Rabu (27/10/2021).

Menurut Cinta Laura, korban kekerasan seksual di Indonesia sangat sulit mendapatkan bantuan baik dari segi hukum maupun mental.

Padahal, kasus kekerasan seksual dapat mengubah bahkan menimbulkan trauma mendalam bagi korbannya.

Cinta Laura lantas membandingkan penanganan kasus kekerasan seksual di Amerika Serikat dan Indonesia.

Di Amerika Serikat, kata Cinta Laura, pemerintah ikut serta dan pro aktif dalam menangani korban.

Korban tidak hanya mendapat penanganan hukum gratis, tapi juga penanganan mental dan fisik secara gratis.

Sementara di Indonesia, penanganan seperti itu dirasa belum maksimal.

Baca juga: Alasan Chef Juna Belum Menikah dan Tolak Punya Anak, Ungkap Soal Kesetaraan pada Cinta Laura

Belum lagi framing media terhadap korban kekerasan seksual yang diakui bisa berdampak terhadap stigma di masyarakat.

Stigma ini lantas membuat korban takut akan sanksi sosial yang didapatkan.

Begitu pula di lingkungan keluarga. Terkadang keluarga korban tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana.

"Mereka malu akan dampak sosialnya di keluarga mereka," kata Cinta Laura.

Perbedaan lain yang dapat dilihat, kata Cinta, adalah dari segi pendanaan.

Menurut Cinta, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sebagai lembaga yang harusnya menjadi ujung tombak penanganan korban kasus kekerasan seksual, hanya mendapat dana senilai Rp 250 miliar.

Sementara di Amerika Serikat, kementerian atau organisasi yang sama mendapatkan dana USD 1,3 trilun.

"Lihat saja berapa kali lipat bedanya. Dari perbedaan dana ini saja sudah terlihat bagaimana Indonesia memandang (kasus) kekerasan seksual," ungkap Cinta Laura.

Sementara itu, Peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW) Lalola Easter Kaban mengatakan, adanya budaya patriarki yang terlalu memihak pria dinilai merupakan suatu hal yang memengaruhi peningkatan kasus kekerasan seksual di Indonesia.

"Betapa perempuan sebagai individu dan sebagai kelompok selalu mendapatkan beban yang lebih daripada porsinya. Dalam identitas gender tentu kita (perempuan) sudah punya porsi tertentu, perempuan harusnya begini, perempuan enggak perlu terlalu tinggi sekolah misalnya.

Baca juga: Tarra Budiman Bongkar Kelakuan Nakalnya dengan Raffi Ahmad, Pernah Taruhan Dekati Cinta Laura

Dalam kondisi keluarga yang ekonominya terbatas yang memiliki anak laki-laki dan perempuan, yang cenderung dilanjutkan sekolahnya itu laki-laki, perempuan diburu-buru untuk menikah," ujar Lalola.

Kasus seperti ini merupakan salah satu faktor memburuknya kekerasan seksual di Indonesia.

Pentingnya kasus kekerasan seksual akhirnya diangkat menjadi RUU PKS yang sempat ditarik ulur oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam pengesahannya.

Dokter sekaligus politisi muda PKS, Gamal Alibinsaid menuturkan bahwa dirinya dan Cinta Laura memiliki kesamaan dalam memandang isu kekerasan seksual dan RUU PKS.

Namun menurutnya, banyak ruang lingkup yang belum dijangkau oleh RUU PKS.

Oleh sebab itu, RUU PKS yang dinilai kurang komprehensif harus diganti menjadi sesuatu yang lebih luas maknanya.

Mengganti nama dari penghapusan kekerasan seksual, menjadi tindak pidana kejahatan seksual.

Namun menurut Cinta Laura, kekerasan dan kejahatan merupakan hal yang berbeda. Kejahatan bersifat subjektif.

Baca juga: Kenakan Kostum Hudoq, Penampilan Cinta Laura di Jember Fashion Carnaval 2019 Disorot

Mengenai penggantian nama RUU PKS menjadi RUU TPKS, Cinta Laura pun memberikan pandangannya.

Menurutnya, RUU PKS benar-benar membantu korban dan menjamin pendampingan, penanganan, bahkan pemulihan.

Namun sebaliknya, RUU TPKS hanya peduli tentang aspek hukumnya saja.

Simak video selengkapnya;

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved