FAKTA UNIK Zebra, Penyebab Warna Tubuhnya Belang hingga Kenapa Tak Bisa Ditunggangi seperti Kuda

Zebra bisa berlari kencang seperti kuda, tapi tidak pernah dipelihara manusia sebagai hewan tunggangan, apa penyebabnya?

Editor: Doan Pardede
Pixabay
Zebra. Zebra bisa berlari kencang seperti kuda, tapi tidak pernah dipelihara manusia sebagai hewan tunggangan, apa penyebabnya? 

Zebra, bersama kuda dan keledai, adalah anggota genus Equus. Tiga spesies zebra hidup di Afrika timur dan selatan dengan rambut hitam dan belang-belang putih tanpa pigmen.

Selain mereka, tidak ada lagi anggota keluarga kuda yang bertubuh belang.

Pola belang dan intensitasnya bervariasi antar spesies dan lokasi. Perbedaan ini, ditambah tantangan yang dihadapi zebra di lingkungan mereka, menuntun pemahaman kita tentang fungsi belang pada tubuh zebra.

Meskipun para ilmuwan masih berdebat tentang asal-usul dan fungsi pasti dari belang zebra, upaya terbaru mereka berfokus pada tiga kemungkinan: melindungi dari gigitan lalat, termoregulasi, dan melindungi dari predator.

Lalat yang menggigit dan mengisap darah adalah ancaman yang umum bagi satwa di Afrika.

Pikat dan lalat tsetse juga menularkan penyakit seperti penyakit tidur, penyakit kuda Afrika, dan influenza kuda yang bisa berakibat fatal.

Rambut zebra yang tipis bukan hambatan bagi lalat-lalat pengisap darah. Tapi analisis terhadap makanan lalat tsetse tidak menemukan sisa-sisa darah zebra.

Selama hampir seabad, bukti anekdot dan eksperimen dengan model tak bergerak berkali-kali menunjukkan bahwa lalat cenderung tidak mendarat di permukaan yang belang.

Lalat adalah ancaman yang umum bagi satwa di Afrika, memunculkan teori bahwa belang pada tubuh zebra mungkin merupakan mekanisme pertahanan terhadap serangga.

Bukti skala besar dalam studi yang dilakukan Caro dan koleganya pada tahun 2014. Mereka mengumpulkan data cuaca, kehadiran singa, dan ukuran kawanan zebra, kemudian membandingkan faktor ini dengan belang zebra yang hidup di wilayah sekitar.

Belang-belang lebih menonjol di lingkungan yang menguntungkan bagi lalat pikat, menurut Caro.

"[Studi pada 2014] menunjukkan sesuatu yang sungguh luar biasa bagi kami," kata Caro. "Kami juga sama sekali tidak menemukan bukti yang mendukung hipotesis lainnya."

Penelitian di Peternakan Hill awal tahun ini memberi pemahaman baru bagi tim Caro. Mereka mengamati lalat pikat di antara zebra dan kuda biasa; beberapa kuda mengenakan mantel berwarna hitam, putih, atau belang.

Lalat-lalat itu terbang mengitari zebra dan kuda dalam jumlah yang sama, namun jauh lebih sedikit lalat yang mendarat di zebra — atau kuda yang mengenakan mantel belang.

Lalat mencoba mendarat di permukaan belang, tapi kemudian gagal mengurangi kecepatan terbangnya seperti yang mereka lakukan ketika mendekati permukaan yang tidak belang, dan terbang menjauh.

"Seakan-akan mereka tidak bisa mengenali permukaan hitam-putih sebagai lokasi pendaratan yang baik," kata Caro.

Caro mengatakan timnya bekerja dengan "banyak data yang belum dipublikasikan" dari video lalat mendekati berbagai pola untuk mempelajari bagaimana pola belang bisa mengacaukan pendaratan lalat.

Mendinginkan badan

Namun, peneliti lainnya, seperti teknisi laboratorium hewan yang sudah pensiun Alison Cobb dan ahli zoologi Stephen Cobb dari universitas Oxford di Inggris, tidak yakin dengan penjelasan bahwa belang pada tubuh zebra berfungsi menghalangi parasit. Mereka percaya bahwa garis-garis zebra berfungsi utama membantu termoregulasi.

Meskipun Alison setuju dengan temuan Caro, ia berpikir lalat penghisap darah "sepertinya efek yang tidak begitu penting" untuk mendorong evolusi belang-belang zebra.

"Setiap zebra harus mencegah tubuhnya kepanasan, dan lalat yang menggigit akan datang di tempat-tempat tertentu, dan waktu-waktu tertentu dalam setahun, tetapi ancaman mereka tidak separah atau sesering kepanasan (overheating)," kata Cobb.

Termoregulasi telah sejak lama diyakini para ilmuwan sebagai fungsi belang-belang pada zebra. Ide dasarnya adalah garis-garis hitam akan menyerap panas di pagi hari dan menghangatkan zebra, sedangkan garis-garis putih lebih memantulkan cahaya dan karenanya dapat membantu mendinginkan zebra saat mereka merumput selama berjam-jam di bawah terik matahari.

Bagaimanapun, tidak semua ilmuwan mendukung logika yang tampaknya jelas ini.

Caro dan timnya menemukan tumpang tindih spasial yang lemah antara pola belang dan suhu maksimum. Setahun kemudian, sebuah studi pemodelan spasial terhadap zebra dataran – spesies dengan populasi terbanyak yang hidup dari Afrika timur ke selatan – dipimpin oleh Brenda Larison dari University of California, Los Angeles, menemukan pola garis-garis yang lebih kuat di daerah yang lebih hangat atau menerima lebih banyak sinar matahari. .

Bagi mata kita, garis-garis hitam dan putih zebra adalah pola yang tidak biasa di lingkungan hijau-kecoklatan savana Afrika.

Seperti kuda dan manusia, zebra mendinginkan badan dengan berkeringat. Keringat menguap menghilangkan banyak panas, tapi penguapan harus terjadi dengan cepat; kalau tidak, keringat akan memerangkap panas layaknya sauna.

Keluarga kuda-kudaan memiliki protein yang disebut latherin, berfungsi membantu menyebarkan keringat ke ujung rambut, meningkatkan paparan terhadap udara dan penguapan.

Pada bulan Juni, Cobbs melaporkan dalam Journal of Natural History bahwa selama jam-jam yang lebih hangat, temperatur garis-garis hitam pada zebra secara konsisten 12-15 Celcius lebih tinggi daripada garis-garis putih. Mereka berpendapat bahwa perbedaan suhu yang stabil antara garis-garis akan mendorong "gejolak udara ringan".

Mereka lebih lanjut menemukan bahwa rambut di garis-garis hitam tegak selama dini hari dan siang hari. Rambut-rambut yang tegak ini dapat memerangkap panas di pagi yang dingin dan memfasilitasi penguapan keringat di siang hari.

Sembunyi dari predator

Adapun mengenai hipotesis terakhir, bahwa belang zebra merupakan bentuk perlindungan dari predator, Caro skeptis. Dalam makalahnya pada tahun 2016, Zebra Stripes (Belang Zebra), Caro membuat daftar bukti-bukti yang menentang gagasan bahwa zebra menggunakan belang untuk bersembunyi dari atau membingungkan predator.

Zebra menghabiskan banyak waktu mereka di padang rumput terbuka; dan di sana, tubuh belang mereka sangat mencolok. Mereka juga cenderung lari dari ancaman alih-alih bersembunyi. Sementara singa tampaknya tidak kesulitan memakan banyak zebra.

Namun Daniel Rubenstein, pakar biologi evolusi di Princeton University, masih berkutat dengan hipotesis predasi ini, yang ia sebut sebagai hipotesis "paling sulit" diuji dibandingkan hipotesis lainnya. Ia menekankan bahwa penelitian-penelitian sebelumnya hanya mengetes apakah belang bisa membingungkan manusia, bukan singa.

"Dalam hal serangan [terhadap zebra], kita tidak tahu seberapa sukseskah [singa] atau malah tidak sukses," ujarnya.

Timnya tengah mempelajari bagaimana singa menyerang objek belang dan tidak belang.

Jadi, menjawab pertanyaan mengapa zebra punya belang ternyata sangat sulit dan cukup berisiko — Stephen Cobb pernah digigit di bagian lengan dan dirawat di rumah sakit dua kali. Namun jawabannya masih belum pasti.

Jadi mungkin zebra berevolusi menjadi belang untuk mengatasi berbagai masalah. Belang telah terbukti melindungi zebra dari lalat pengisap darah, dan bisa jadi berperan penting dalam mencegah kepanasan. Yang bikin sulit memastikannya, lalat pengisap darah cenderung paling melimpah di tempat yang hangat dan lembap.

"Bagaimana Anda memisahkan dua faktor itu? Itu susahnya," kata Rubenstein. "Saya bisa menerima kalau kedua fungsi itu berjalan bersamaan.(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved