Jusuf SK Meninggal
Meninggal di Hari Jumat, Mantan Walikota Tarakan Jusuf SK Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Dwikora
Mantan Walikota Tarakan dr H. Jusuf Serang Karim atau akrab dengan Jusuf SK berpulang ke Rahmatullah tepat di usia 77 tahun.
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Mantan Walikota Tarakan dr H. Jusuf Serang Karim atau akrab dengan Jusuf SK berpulang ke Rahmatullah tepat di usia 77 tahun.
Beliau tutup usia sekitar pukul 11.50 WITA di RSUD Tarakan, Jumat (12/11/2021).
Jusuf SK adalah salah satu tokoh penting yang ikut andil dalam pembangunan Provinsi Kaltara.
Ia juga menjadi Walikota Tarakan pertama dan menjabat sejak tahun 1999 sampai 2009 atau sekitar 2 periode sebelum masa kepemimpinannya dilanjutkan H. Udin Hianggio.
Ratusan pelayat tampak tumpah ruah di rumah duka Jalan Mulawarman mulai siang sampai sore tadi.
Baca juga: Mantan Walikota Tarakan Jusuf SK Berpulang, Norhayati Andris Sebut Sosoknya Ramah dan Mengayomi
Baca juga: Kabar Duka, Jusuf SK Meninggal Dunia, Gubernur Kaltara Sebut Sosoknya Sebagai Ayahanda Tercinta
Baca juga: Walikota Pertama Jusuf SK Sebut Membangun Tarakan Tidak Bisa Seperti Sulap, Ini Maksudnya
Tampak beberapa tokoh besar dan sahabat ikut melayat ke rumah almarhum seperti H. Udin Hianggio, Gubernur Kaltara Zainal Paliwang, Walikota Tarakan dr Khairul, sahabat seperjuangan saat mendirikan Kaltara, provinsi termuda di Indonesia.

Anak almarhum, dr Ari Yusnita mengatakan, sang ayahanda sudah mengalami sakit sejak 6 Juni 2021 sampai hari ini.
Sekitar dua hari lalu, memang sang ayahanda tampak terlihat lemas tak seperti biasa.
"Biasanya kalau lemas gitu, saya curiga natrium kaliumnya turun. Karena aku takut kondisi masih Covid-19, jadi di rumah saja minta pasang infus," beber dr. Ari Yusnita.
"Sudah pasang infus kemarin sudah sempat baikan. Semalam juga masih kondisinya membaik. Masih makan," tuturnya.
Hj. Elisabeth Venny, istri almarhum mengatakan, memang sejak semalam almarhum sempat merasakan gelisah dan sedikit sesak napas.
"Semalam masih sempat ganti tiga kali bantalnya karena basah karena keringatan," ungkapnya.
Namun takdir berkata lain. Pagi tadi ia dilarikan ke RSUD Tarakan sekitar pukul 09.00 WITA dan sekitar pukul 11.50 WITA, pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua IDI Tarakan periode 1984–1995 ini mengembuskan napas terakhirnya di RSUD Tarakan.
Franky Sientoro, Plt Dirut RSUD Tarakan mengatakan, beliau tidak dirawat secara resmi karena masuk di IGD. Dan saat itu, ia tengah mempersiapkan perawatan untuk masuk ruangan.
"Kan masuk persiapan masih di IGD dulu, kondisi memang sudah berat ya sudah mulai sesak lalu kami siapkan infus, PCR. Semua kita lakukan, tiba-tiba sesak lalu kami lakukan tindakan dan kesimpulan dokter yang merawat ahli paru Dokter Nila dinyatakan meninggal pada jam 11.50 WITA," ungkap dr. Franky.
Lebih jauh dr. Franky mengatakan, almarhum meninggal dengan diagnosa kematian, kecurigaan infeksi paru-paru.
Di samping itu, kondisi beliau fisiknya memang sudah terlihat lemah. Di mana, lanjut dr. Franky, fungsi jantung hanya sekitar 37 persen.
"Orang butuhnya untuk hidup normal 70 persen, kalau 37 persen agak berat. Masuk sekitar jam 9 pagi tadi, disiapkan semua lalu jam 11 kondisi menurun. Memang saat masih di IGD sudah pasang infus dan lainnya. Akhirnya kita berupaya seperti biasa dalam keadaan darurat dan 11.50 WITA, kita nyatakan meninggal," ucapnya.
Faktor lainnya, kata dia, memang karena ada penyakit utamanya paru paru dan jantung. Di mana proses infeksi meracuni tubuh, sehingga tekanan darah turun dan fungsi keseluruhannya turun.
"Kematian yang wajar, kita pertimbangan Covid-19, apa tidak harus swab antigen dan selama menunggu hasil kondisi kesehatan turun, proses itu kebetulan ditangani ahli paru, dan ada infeksi paru paru," bebernya.
Almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Dwi Kora Kelurahan Gunung Lingkas setelah sebelumnya disalatkan bersama ratusan jemaah di Masjid Jusuf SK, Bandara Juwata Tarakan.
Sekitar pukul 17.00 WITA tiba di Taman Makam Pahlawan Dwikora dan dimakamkan secara khidmat.
Pemilihan lokasi pemakaman di Taman Makam Pahlawan Dwi Kora karena mengingat andil almarhum dalam membangun Provinsi Kaltara dan Kota Tarakan.
Almarhum memiliki pendidikan SD hingga SMA, ia selesaikan di kampung halamannya.
Ayah tiga putra ini sempat kuliah setahun di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda (1963-1964).
Lalu, ia meneruskan kuliahnya ke Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar (1965-1975).
Ia juga memperdalam ilmu ke Senior Hospital Management Cource di Universitas Birmingham, Inggris tahun 1992.
Ia juga mengikuti pendidikan Lemhanas KSKA II tahun 2000. Kariernya dimulai sebagai Kepala Puskesmas Mamburungan, Tarakan, Kepala RS Bersalin Sarinah Tarakan, Direktur RSU Tarakan.
Selain itu, ia aktif di DPD Golkar Tarakan. Ia juga pernah dipercaya sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI).
Ia lulus di SR Negeri Tarakan (1951–1957), SMP Negeri 1 Tarakan (1957–1960), SMA Negeri 1 Samarinda (1960–1963), Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (1963–1964), Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (1964–1975).
Riwayat Jabatan sebagai Kepala Puskesmas Mambrungan Tarakan (1976-1982), Kepala Sekolah SMA Mulawarman Tarakan (1980), Kepala RS Bersalin Sarinah Tarakan (1979-1981), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan (1979), Dokter Terbang Kabupaten Bulungan (1981-1982).
Kemudian sebagai Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Tarakan (1982-1987), Direktur RSUD Tarakan (1987-1995), Direktur RS Abdul Wahad Syahrani Samarinda (1995-1999), Direktur RSI Samarinda (1998), Direktur RSIA Aisyiyah Samarinda (1998), Wali kota Tarakan (1999–2004), Wali kota Tarakan (2004–2009) dan Ketua Umum BAZ Kota Tarakan (2009).
Ia juga pendiri dan pelaksana JSK Institute Tarakan dari 2009 sampai sekarang.
Riwayat organisasi tak terbilang banyaknya. Ia memulai organisasinya sebagai pendiri Badan Pencari Data Pendidikan Islam (BPDPI) Tarakan 1987.
Kemudian selanjutnya menjadi Ketua KNPI Kotif Tarakan tahun 1979-1986. Lalu menjadi Wakil Ketua KNPI Provinsi Kaltim (1982-1986), Kepala Bidang Pemuda, Tenaga, dan Wanita DPD II Golkar Bulungan (1984–1993), Ketua Yayasan Pendidikan Islam Indonesia (YPII) Tarakan (1984–1995).
Dengan latar belakang sebagai seorang dokter, ia juga sebagai Ketua IDI Tarakan tahun 1984–1995. Lalu kemudian menjadi Dewan Penasehat DPD Golkar Bulungan Korwil Tarakan-Bunyu (1988–1993). Selanjutnya ia juga Ketua dan Pendiri Forum Komunikasi Pendidikan Islam Tarakan (1989–1999).
Selain di Tarakan, ia juga sebagai Ketua DPD Kosgoro Bulungan pada tahun 1989–1995. Kemudian ia juga menjabat sebagai Ketua PMI Kotif Tarakan (1991–1999).
Ia juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Kaltim (1995–1998). Dan juga Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Kaltim (1995–1999).
Di Samarinda, ia juga menjadi penasehat PMI Cabang Samarinda (1995–1999). Kiprahnya di Kaltim juga sangat terkenal sebagai pemrakarsa Kelompok Peduli Kalimantan Timur tahun 1998.
Lalu ia kemudian menjadi Ketua Korinda Kota Tarakan tahun 2001–2008. Kemudian ia menjadi Wakil Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) tahun 2001. Ia juga sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus APEKSI periode 2001 sampai 2008.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Forum Komunikasi Daerah Penghasil Minyak (FKDPM) tahun 2002–2009. Kemudian sebagai Dewan Pengawas Center for Local Government Location (CLGL) pada tahun 2003.
Kiprahnya di dunia politik, ia pernah menjabat sebagai Dewan Penasehat DPD Golkar Kaltim tahun 2008-2014. Lalu Ketua Dewan Pertimbangan Nasihat DPD Golkar Tarakan tahun 2008–2014. Kemudian Ketua Dewan Penasehat Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) tahun 2008.
Ia juga sebagai pendiri dan pelaksana JSK Intitute Tarakan tahun 2009. Kemudian juga sempat menjadi Plt. Ketua DPW Partai Nasdem Kaltara tahun 2014 lalu. Pernah pula menjabat sebagai Ketua Masyarakat Kaltara Bersatu tahun 2010.
Di dunia pendidikan, ia juga turut andil bersama H.Udin Hianggio sahabatnya berjuang menjadikan Universitas Borneo Tarakan yang sebelumnya berstatus swasta menjadi perguruan tinggi negeri. (*)