Benarkah di Luar Angkasa Sama Sekali Tak Ada Gravitasi? Ternyata Begini Fakta Sebenarnya
Benarkah di luar angkasa sama sekali tak ada gravitasi? simak fakta sebenarnya.
TRIBUNKALTIM,CO - Benarkah di luar angkasa sama sekali tak ada gravitasi? simak fakta sebenarnya.
Luar angkasa adalah sebuah ruang yang kosong dari jagat raya.
Di luar angkasa seringkali tampak bahwa seorang astonaut bisa melayang-layang.
Tetapi, benarkah bahwa di luar angkasa tidak ada gravitasi?
Simak ulasannya seperti dilansir Bobo.id di artikel berjudul Di Luar Angkasa Tidak Ada Gravitasi?
Baca juga: KUNCI Jawaban Tema 9 Kelas 6 SD Halaman 76-79, Belajar tentang Tokoh Penjelajah Ruang Angkasa
Baca juga: Teleskop Hubble Temukan Fakta Mengejutkan di Luar Angkasa, Ada 6 Galaksi Mati Secara Misterius
Baca juga: KUNCI JAWABAN Buku Tematik Kelas 6 Tema 9 Halaman 75-79, Menjelajah Angkasa Luar
Gravitasi di luar angkasa
Sebagian orang mungkin meyakini bahwa di luar angkasa tidak ada gravitasi.
Padahal, sebenarnya ada lo, teman-teman.

Hanya saja, gravitasi di luar angkasa cenderung sangat lemah sehingga seluruh pergerakan seorang astronaut menjadi sangat lambat.
Penyebab lemahnya gravitasi di luar angkasa
Jika teman-teman pernah melihat buah yang jatuh dari pohonnya, hal itu disebabkan oleh gravitasi bumi.
Bahkan tidak hanya buah, tetapi seluruh benda yang ada di bumi dipengaruhi juga oleh gravitasi ini, termasuk laut, hewan, tumbuhan, mobil, danau, gunung, gedung, dan berbagai benda lainnya.
Gravitasi bumi membuat seluruh isi bumi memiliki berat tertentu sehingga bisa berjalan serta beraktivitas dengan normal, tidak melayang-layang ke sembarang arah.
Nah, semakin jauh jarak suatu benda dari bumi, maka gravitasinya akan terasa semakin kecil.
Itulah alasannya mengapa seorang astronaut terlihat melayang-layang dan gerakannya tampak lambat ketika berada di luar angkasa.
Baca juga: Sinyal Aneh dari Luar Angkasa, Diterima Bumi Berulang Tiap 16 Hari, Misteri Belum Terpecahkan
Karena semakin menjauhi bumi, maka seorang astronaut sama saja dengan menjauhi gravitasi, hingga ia sama sekali tidak memiliki berat lagi.
Namun astronaut tidak selamanya melayang-layang.
Ia tetap akan jatuh karena ditarik gravitasi, namun dalam rentang waktu yang agak lama.
Jika benar-benar tidak ada gravitasi
Memiliki gravitasi yang lemah berbeda dengan tidak punya gravitasi, lo!
Coba teman-teman bayangkan bila di luar angkasa benar-benar tidak ada gravitasi sama sekali.
Maka astronaut dan pesawat luar angkasanya bisa terlempar ke mana-mana, sehingga sulit sekali bagi astronaut untuk bisa pulang kembali ke bumi.
Teleskop Hubble Temukan Fakta Mengejutkan di Luar Angkasa, Ada 6 Galaksi Mati Secara Misterius
Pada awal 2021, Teleskop Hubble mendeteksi adanya enam galaksi yang diketahui telah mati secara misterius.
Penemuan ini mengejutkan para ilmuwan yang meneliti peristiwa-peristiwa ruang angkasa.
Enam galaksi besar tersebut tampaknya telah mati selama periode aktif kelahiran bintang-bintang di angkasa.
Mengutip Bobo.id di artikel berjudul Mengejutkan Para Ilmuwan, Teleskop Hubble Temukan 6 Galaksi Mati Secara Misterius, enam galaksi tersebut kehabisan gas hidrogen dingin yang dibutuhkan untuk membuat bintang-bintang.
Baca juga: Tabrakan Antar Galaksi Awal Terjadi Kiamat, Waktunya Diperkirakan 5 Miliar Tahun Lagi
Kate Whitaker, seorang asisten profesor astronomi dari Universitas Massachusetts dan para penulis penelitian menyatakan pendapatnya melalui siaran pers NASA.
Katanya, pada masa ini seharusnya setiap galaksi membentuk banyak bintang karena ini adalah zaman puncak pembentukan bintang.
Tanpa adanya gas hidrogen dingin yang membentuk bintang-bintang baru dan sebagai bahan bakar bintang, galaksi-galaksi tersebut bisa dikatakan mati.

Penelitian ini sudah dipublikasikan melalui Jurnal Nature pada 22 September 2021.
Namun, galaksi-galaksi juga bisa melakukan peremajaan atau terbentuk kembali dengan cara menyerap galaksi-galaksi kecil dan gas awan di sekitarnya.
Mengenai penyebab kematian galaksi-galaksi tersebut, para peneliti dan ilmuwan masih belum mengetahui alasannya.
Teleskop Hubble yang membantu para ilmuwan mengerjakan tugasnya ini memiliki fungsi untuk mendeteksi galaksi-galaksi.
Baca juga: Ditemukan Ribuan Lubang Hitam di Pusat Galaksi Bima Sakti, Melahap Seluruh Planet di Sekitarnya
Namun, galaksi-galaksi yang ada di ruang angkasa tersebut jaraknya sangat jauh, sehingga harus menggunakan teknik pelensaan gravitasi.
Artinya, tim peneliti menggunakan teleskop alami yang berasal dari gugus galaksi supermasif yang lebih dekat dengan bumi.
Cahaya dari objek yang jauh tersebut dapat diperbesar dengan bantuan gravitassi dari gugus galaksi supermasif tersebut.
Dengan menggunakan pelensaan gravitasi dari teleskop alami ini, para peneliti dapat melihat galaksi yang jaraknya jauh, supermasif, dan pertama menghentikan pembentukan bintang.
Para peneliti dari NASA berpendapat, mungkin di masa depan seperti pada tahun 2030 hingga 2040-an, manusia bisa membuat teleskop yang lebih canggih.
Namun, untuk saat ini hasil pekerjaan dari Teleskop Hubble dan pelensaan gravitasi sudah memberikan hasil yang kuat.
Faktanya, Teleskop Hubble yang berhasil diperbaiki pada 16 Juli 2021 ini tadinya mengalami kerusakan yang terdeteksi pada 13 Juni 2021.
Dalam sepuluh tahun belakangan, kerusakan yang dialami Teleskop Hubble termasuk kategori kerusakan terparah.
Setelah melewati tiga minggu penelitian, penyebab kerusakan pada teleskop baru ditemukan.
NASA mulai menggunakan perangkat cadangan pada 30 Juni tahun ini, dilanjutkan dengan simulasi kesiapan komponen pada 6 Juli.
Setelah simulasi berjalan sukses, NASA mulai melakukan pengalihan operasi pada 15 Juli.
Sehingga keesokan harinya, pada tanggal 16 Juli, Teleskop Hubble sudah bisa diaktifkan kembali.(*)