Berita Pemprov Kalimantan Timur

Kaltim Sumbang 33 Persen Pengurangan Emisi Karbon Indonesia pada Tahun 2030

Pemprov Kaltim berkomitmen untuk mengurangi emisi dari kegiatan lahan hingga 23 juta ton CO2e untuk periode 2019-2020 setelah pengurangan buffer

Editor: Diah Anggraeni
Humasprov Kaltim/Syafranuddin
Gubernur Kaltim H Isran Noor saat menjadi narasumber pada COP 26 UNFCCC di Glasgow, pekan lalu. 

TRIBUNKALTIM.CO - Pemprov Kaltim berkomitmen untuk mengurangi emisi dari kegiatan lahan hingga 23 juta ton CO2e untuk periode 2019-2020 setelah pengurangan buffer pembalikan.

Jika konsisten setiap tahun, kata Gubernur Isran Noor, maka pada 2030 Kaltim akan memberikan kontribusi sebesar 164 juta ton CO2e pengurangan emisi ke negara atau mencapai 33 persen dari total target nasional yang sebanyak 485 juta ton CO2e di bawah sektor AFOLU.

Baca juga: Paggadi Angka Lapan sampai Inggris

Saat menjadi narasumber talk show di Paviliun Indonesia pada COP 26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia, Jumat (12/11/2021) lalu, gubernur menyebutkan jika dana karbon FCPF terwujud seperti dijanjikan sejumlah negara, diakui membantu daerah dalam menyejahterakan rakyat.

"Kaltim memiliki tambahan 18 juta ton CO2e, karenanya Kaltim berencana untuk menjual ER ekstra ke negara donor lain untuk menghargai upaya masyarakat, kalangan swasta, dan publik dalam mengurangi emisi melalui kompensasi untuk dimanfaatkan pada peningkatan kapasitas, peningkatan teknologi, dan akses ke pasar internasional untuk produk hutan dan pertanian," tandas Isran dalam acara yang dipandu Stepi Hakim, staf khusus gubernur.

Bersama Bupati Berau Sri Juniarsih, Isran mengungkapkan, ekonomi Kaltim yang bakal menjadi ibu kota negara RI pada tahun 2024, biaya yang dikeluarkan sebesar USD 32,7 miliar di mana 19 persen dari APBN.

Sisanya diharapkan kerja sama pemerintah swasta dan investasi swasta.

Baca juga: Mampu Bertahan saat Pandemi Covid-19, Gubernur Isran Noor Promosi Anjat di London

Kaltim, lanjut Isran, merupakan provinsi dengan produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita tertinggi ketiga di Indonesia yang mencapai USD 11.191 per kapita.

Perekonomian Kaltim, ungkapnya, bergantung pada industri pertambangan dan perkebunan yang tidak berkelanjutan.

"Mengejar pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, Pemprov Kaltim mereformasi secara bertahap menuju industri manufaktur dan turunannya berdasarkan komoditas paling kompetitif yang tersedia di Kaltim, di mana pariwisata berperan sebagai sumber pendapatan menjanjikan di masa mendatang," beber Isran dalam acara yang diikuti sejumlah pegiat lingkungan dan wartawan.

Isran mengakui COP 26 UNFCCC merupakan sarana tepat bagi Kaltim untuk lebih mengenalkan program penanganan perubahan iklim. (adv)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved