Mata Najwa
Reaksi Kemenkumham DIY, Eks Napi Lapas Yogyakarta Blak-blakan di Mata Najwa, Ngaku Disiksa
Mantan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta blak-blakan di Mata Najwa mengadukan perlakuan tidak manusiawi yang mereka alami.
TRIBUNKALTIM.CO - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Yogyakarta menjadi sorotan masyarakat setelah muncul kasus dugaan kekerasan yang dilakukan oleh oknum petugas Lapas.
Mantan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta blak-blakan di Mata Najwa mengadukan perlakuan tidak manusiawi yang mereka alami saat masih di penjara.
Dalam program acara Mata Najwa yang dipandu oleh Najwa Shihab, para korban mengaku sudah mengadukan kekerasan yang diterimanya kepada beberapa lembaga seperti Ombudsman, Komnas HAM dan LPSK.
Seperti yang diketahui, tema Mata Najwa edisi Rabu 17 November 2021 mengangkat tema Disiksa di Penjara.
Satu per satu, mantan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta menceritakan apa yang terjadi ketika masih di dalam rutan.
Baca juga: TERBONGKAR di Mata Najwa, Eks Napi Lapas Yogyakarta Ngaku Disiksa Sampai Dipaksa Minum Urine Sendiri
Baca juga: PSSI Sebut Acara Mata Najwa Ada Indikasi Settingan, Ungkap 50 Wasit Liga 1 Mengaku Tak Dihubungi
Baca juga: Mata Najwa Terbaru Malam Ini Live Trans 7: Soroti Dugaan Penganiayaan Napi di Lapas Yogyakarta
Salah satu mantan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Vincentius Titih mengungkapkan bahwa dia meninggalkan lapas pada tanggal 19 Oktober 2021 setalah divonis 1 tahun penjara atas penyalahgunaan narkotika.
Ketika masih berstatus napi di lapas tersebut, Vincentius Titih mengaku mengalami pernyiksaan yang tidak layak oleh oknum-oknum petugas lapas.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Divisi Permasyarakatan Kanwil Kemenkumham DIY, Gusti Ayu Putu Suwardani angkat bicara terkait di Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta.
Gusti Ayu Putu Suwardani menyampaikan permohonan maaf atas viralnya berita yang luar biasa terkait di Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta.
Sebelum menanggapai laporan eks Napi di Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Gusti Ayu mengatakan bahwa ada banyak kendala dalam pembinaan terhadap para pengguna narkotika.
Untuk itu, dengan adanya kasus di Lapas tersebut, menurut Gusti Ayu menjadi salah satu evaluasi yang sangat luar biasa dijajaran Kanwil Kemenkunham.
Terlebih Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta mempunyai prestasi dalam 2 tahun terakhir karena pembinaan yang berjalan cukup baik.
Baca juga: Jadwal Acara TV Hari ini Rabu 17 November 2021, Trans 7 Ada Mata Najwa dan Ikatan Cinta di RCTI
Terkait kekerasan yang pernah menimpa eks Napi oleh oknum petugas Lapas, Gusti Ayu menggaris bahwa jika apa yang sedang dihadapi instansi tersebut itu karena banyaknya pengguna narkoba yang notabene pengguna koplo.
"Memang mungkin yah kalau untuk pembinaan, kita perlu agak sedikit ada tekanan atau ada impress itu ya, karena memang mereka berbeda dengan yang umumnya, narapidana umumnya," kata Gusti Ayu dikutip dari kanal youtube Najwa Shihab, Kamis (18/11/2021).
Menyoal tekanan yang diberikan kepada narapidana narkotika, Najwa Shihab kembali memberi pertanyaan terkait batasan tekanan untuk napi narkoba.
"Tadi anda katakan ini pidana narkotika yang harus diberikan tekanan, batasannya di mana?" tanya Najwa Shihab.
"Mohon maaf, jadi yang saya maksud adalah penerapan disiplin yang agak sedikit ketat, bukan tekanan tapi sedikit ketat," timpal Gusti Ayu.
Tak sampai disitu wanita yang akrab disapa mba Nana kembali memberi pertanyaan terkait interpretasi masing-masing dari sipir,
"Jadi terserah sipir menafsirkannya, agak sedikit ketat, mereka bisa kreatif sendiri, atau adakah panduan atau SOP sebetulnya?," tanya Najwa Shihab.
"Batasannya sebenarnya kami sudah lihat di Lapas Narkotika itu sudah ada peraturan yang ada dimasing-masing bloknya, sejauh apa SOPnya, sudah ada yang harus dilakukan,"ucap Gusti Ayu.
Baca juga: Tema Mata Najwa 17 November 2021 Disiksa di Penjara, Lapas jadi Sorotan Lagi
Terkait pemukulan petugas terhadap napi, Gusti Ayu secara rinci menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi setelah melewati beberapa tahapan.
Seperti dibentak, disuruh squad jump, guling-gulung dan ketika napi masih melawan maka baru masuk pada tahap pemukulan.
Namun berdasarkan investigasi yang dilakukan terhadap oknum petugas Lapas yang melakukan tindak kekerasan, diakui Gusti Ayu pemukulannya masih sebatas tangan dan oknum yang menggunakan selang pada saat itu menurutnya tidak sengaja.
"Memang tidak dibawa mbak, jadi mereka menemukan apa yang ada di sekitarnya, karena sudah saking emosinya menghadapi narapidana narkoba ini. Biasanya memang agak sedikit sulit yah untuk dikendalikan dan itu memang sudah fakta dan nyata, di manapun seperti itu. Kalau mungkin perbandingannya di pusat rehabilitasi, juga penanganan narkoba yang pengguna emang agak sedikit sulit , itu kendala kami mbak," beber Gusti Ayu.
Simak video selengkapnya:
Eks Napi Lapas Yogyakarta Ngaku Disiksa Sampai Dipaksa Minum Urine Sendiri
Sebelumnya, salah satu mantan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Vincentius Titih mengungkapkan bahwa dia meninggalkan lapas pada tanggal 19 Oktober 2021 setalah divonis 1 tahun penjara atas penyalahgunaan narkotika.
Ketika masih berstatus napi di lapas tersebut, Vincentius Titih mengaku mengalami pernyiksaan yang tidak layak oleh oknum-oknum petugas lapas.
"Kita semua dimasukin ke dalam brandgang. Brandgang itu bagian luar dari lapas itu sendiri. Itu kita mendapat cambukan-cambukan dari pakai selang, pakai kabel, pakai kayu.
Bahkan saya sendiri waktu itu sempat disuruh makan kates busuk sekulit-kulitnya, sebiji-bijinya ama ada ulat di situ, saya muntahin.
Akhirnya saya disuruh makan lagi dan itu nggak boleh pakai tangan mbak, saya langsung pakai mulut gitu," kata Vincentius Titih di acara Mata Najwa, dikutip dari kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis (18/11/2021).
Baca juga: EKSPRESI Nadiem Makarim di Mata Najwa saat Mahasiswa Beri Dukungan Permendikbudristek 30/2021
Vincentius menjelaskan bahwa pada 26 April lalu saat bulan puasa, ia bersama dua rekannya yang non muslim disuruh dan dipaksa makan pepaya busuk tersebut dan tidak boleh dimuntahkan.
"Tidak boleh kita muntahin. Saya sempat muntah kan, karena rasanya juga pahit kan kulit-kulit pepaya itu.
Langsung saya dipaksa pokoknya 'Nggak boleh dimuntahin, nggak boleh dibuang, itu harus kamu ambil lagi' kita nggak boleh ambil pakai tangan gini.
Jadi langsung ambil pakai mulut, ambil muntahan kita di tanah lagi," ungkap Vincentius.
Ditanya Najwa Shihab apa yang menjadi penyebab sampai mendapat perlakuan itu, Vincentius mengaku tidak tahu.
Walaupun sebagai resividis, dia dan teman-temannya yang lain tetap mendapat perlakuan yang sama.
Berbeda dengan Vincentius, Yunan Efendi yang juga merupakan eks napi Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta awalnya disiksa lantaran membawa handphone setelah lebaran.
Karena ketahuan, Yunan Efendi mengaku langsung dibawa ke tempat registrasi dan diminta untuk buka baju kemudian dilakukan tes urine.
Pada pemeriksaan itu, terdapat 15 orang petugas yang mendampinginya kemudian dia dipukul, diinjak-injak dan ditampar.
Bahkan, diakui Yunan, karena hasil urinenya negatif, oknum petugas itu memintanya minum urinenya sendiri.
"Saya disuruh minum sama petugas, saya nggak mau, saya lebih milih digebukin lah, daripada saya harus milih minum air seni saya sendiri.
Akhirnya saya disuruh buat cuci muka, di situ saya tetap nggak mau, saya dipukulin lagi, abis itu air kencing saya disiram di muka saya.
Baca juga: Di Mata Najwa, Sebut Soal 3 Putrinya, Nadiem Makarim Ungkap Alasan Permendikbud PPKS Sangat Penting
Habis itu saya cuma disemprot pakai air, nanti kering semprot lagi, kering semprot lagi sambil dipukulin lagi," tutur Yunan Efendi.
Sementara, Mr A menyampaikan hal serupa seperti yang dialami rekan-rekannya di Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta.
Diceritakan bahwa Mr A pernah bersama 60 orang napi disuruh guling-guling di jalanan aspal saat sedang hujan.
Alasan petugas menyiksanya lantaran dituding malas bersih-bersih.
Alhasil salah satu temannya mengalami penggeseran pada tulang.
Lebih lanjut, karena ada yang mengalami cedera, akhirnya penyiksaan itu diberhentikan dan petugas meminta mereka untuk tutup mulut.
"Tapi nggak berselang lama, petugas ini mutar masuk ke dalam kamar, sambil bilang 'Nanti kalau ada yang tanya kalian sampai kenapa kayak begini, guling-guling, bilang olahraga, minta sendiri'.
Nggak lama setelah itu, ada pejabat dari lapas juga yang datang, 'Kok bisa sampai kayak gitu, itu kenapa mas?' ditanyain gitu.
Terus salah satu teman saya tuh jawab 'Kita pengen olahraga pak', gitu.
Ya karena kalau kita jawab apa adanya, bisa jadi nasib yang buruk buat kita semua," beber Mr A. (*)