Berita Nasional Terkini

Dampak Negatif Hidrometeorologi Ekstrim Bagi Petani dan Nelayan

Pada tahun 1997-1998, Indonesia mengalami El Nino yang cukup kuat karena berbarengan dengan fenomena di Samudra Hindia

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
Ilustrasi kawasan pesisir di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada awal Oktober 2021. Sedang musim angin kencang. TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO 

“Kita mengalami kondisi La Nina tahun ini dan tahun lalu juga, yang itu cukup meningkatkan berbagai bencana hidrometeorologis yang ada di Indonesia. Banjir-banjir yang juga kita catat ada sebagian yang sebelumnya tidak ada,” ujarnya.

Baca juga: Waspada! Peringatan Dini BMKG Sabtu, 20 Februari 2021, 21 Wilayah Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem

Faqih mengatakan, IPB pernah melakukan kajian terkait curah hujan di seluruh Indonesia.

Untuk kejadian El Nino atau kekeringan misalnya, setiap tahun Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda.

Sebagian contoh El Nino pada rentang waktu tahun 1991-1994, saat itu merupakan El Nino yang cukup lama dengan kategori yang lemah dan paling berpengaruh pada curah hujan di bagian selatan Indonesia, termasuk Jawa.

“Saat itu kita mengalami penurunan produksi hasil padi karena kekeringan yang lama,” katanya.

Berbeda jika dibandingkan El Nino pada tahun 1997-1998.

Pada tahun 1997-1998, Indonesia mengalami El Nino yang cukup kuat karena berbarengan dengan fenomena di Samudra Hindia, tapi efeknya tidak berpengaruh signifikan pada pertanian.

“Efeknya pada pertanian tidak separah tahun 1991-1994, tapi kita mengalami kondisi yang lebih parah di sektor kehutanan karena kebakaran hutan,” ujarnya.

Saat ekstrim kering, tangkapan ikan menurutnya justru lebih banyak ketimbang saat ekstrim basah.

Ketika La Nina, karena ombak yang tinggi, nelayan lebih susah untuk melaut.

Faqih mengatakan setiap kejadian El Nino maupun La Nina memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung bagaimana intensitasnya dan durasinya.

Dengan perubahan iklim, hal ini tentu menjadi ancaman yang semakin besar, baik itu di sektor pertanian maupun di sektor kelautan.

Pemanfaatan informasi ini bisa dimaksimalkan untuk memperkuat sektor yang satu dan lainnya.

Khususnya menjadi panduan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam menghadapi perubahan iklim. 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dosen IPB: Bencana Hidrometeorologi Ekstrim Picu Gagal Panen Hingga Turunnya Tangkapan Ikan

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved