Berita Viral
Cikal Bakal Brimob Polri Berasal dari Organisasi Jepang, Berperan Besar Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia memiliki satuan yang betugas menegakkan huku, serta menjaga keamanan, yakni Polri atau polisi
TRIBUNKALTIM.CO - Indonesia memiliki satuan yang betugas menegakkan huku, serta menjaga keamanan, yakni Polri atau polisi.
Di dalam tubuh Polri, terdapat sejumlah satuan elite yang memiliki spesifikasi tugas yang berbeda-beda.
Salah satunya korps Brimob.
Tapi, tahukah kalian Brimob berasal dari sebuah organisasi Jepang?
Berikut ini penjelasan cikal bakal Brimob di Indonesia berdasarkan bukti-bukti dan catatan sejarah yang ada.
Dilansir dari Intisari.grid.id, sejarah Brimob dimulai sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Baca juga: Penemuan Bom di Tarakan, Satuan Brimob Polda Kaltara Imbau Warga Lapor Jika Lihat Benda Mirip Bom
Baca juga: Kapolda Kaltim Cup 2021 di Balikpapan, Dansat Brimob Sabet Juara 1 Kejuaraan Menembak
Baca juga: Diperingati Setiap 14 November, Korps Brimob Polri Kini Berusia 76 Tahun, Begini Sejarahnya
Jepang pada April 1944 membentuk sebuah organisasi dan barisan militer bernama Tokubetsu Kaisatsu Tai.
Melansir Kompas.com, pembentukan Tokubetsu Kaisatsu Tai sebagai bagian dari strategi perang Asia Timur Raya Jepang.
Tokubetsu Kaisatsu Tai menjadi tenaga cadangan yang dapat digerakkan dengan cepat dan memiliki mobilitas tinggi.
Tokubetsu Keisatsu Tai memiliki anggota para polisi muda yang didirikan di setiap karisedanan di seluruh Jawa, Madura, dan Sumatera.
Tokubetsu Keisatsu Tai mempunyai persenjataan yang lebih lengkap dari pada polisi biasa.
Para calon anggotanya pun diasramakan dan memperoleh pendidikan serta latihan kemiliteran dari tentara Jepang.
Baca juga: Sejarah Brimob Lengkap 25 Link Twibbon untuk Meriahkan HUT Brimob Ke-76 juga Cara Menggunakannya
Disebutkan pula bahwa anggota Tokubetsu Keisatsu Tai adalah pasukan polisi yang terlatih, memiliki disiplin tinggi dan terorganisasi dangan rapi.
Ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan kemudian Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, saat itu pula masa penggemblengan Tokubetsu Keisatsu Tai berakhir.
Bersama-sama dengan rakyat dan berbagai kesatuan lainnya, anggota Tokubetsu Keisatsu Tai lalu bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejak Jepang menyerah kepada sekutu, seluruh satuan semi militer dan militer di Indonesia dibubarkan.
Satu-satunya kesatuan yang masih boleh memegang senjata adalah Tokubetsu Keisatsu Tai.
Hal ini lantas membuat anggota-anggota Tokubetsu Keisatsu Tai menjadi pioneer dalam perebutan senjata mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca juga: Fakta Baru Tewasnya 6 Laskar FPI, Brimob Lihat Benda Mematikan di Mobil Pengawal Habib Rizieq Shihab
Satuan ini juga yang mensponsori pembukaan gudang-gudang senjata secara paksa.
Selanjutnya, senjata-senjata itu dibagi-bagikan kepada mantan anggota semi militer dan militer serta para pejuang lainnya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Tokubetsu Keisatsu Tai kemudian berubah nama menjadi Polisi Istimewa.
Pada 21 Agustus 1945, saat apel pagi yang diikuti semua anggota Polisi Istimewa dan pegawai lainnya di Markas Kesatuan Polisi Istimewa, Inspektur Polisi Tingkat I Mohammad Jasin, membacakan teks Proklamasi Polisi Istimewa yang berbunyi:
"Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Poelisi sebagai Poelisi Repoeblik Indonesia".
Setelah menyatakan proklamasi, Polisi Istimewa memperbanyak dan menyebarluaskan teks proklamasi tersebut dengan cara ditempelkan di tempat-tempat yang ramai, dapat dibaca dan dapat dikunjungi orang.
Baca juga: NEWS VIDEO Personel Brimob Polda Siap Amankan Atlet PON Kaltara Selama di Papua
Selain menempelkan teks Proklamasi Kepolisian, Polisi Istimewa juga menempelkan teks Proklamasi Kemerdekan Republik Indonesia.
Tindakan selanjutnya adalah mengganti pimpinan Polisi Istimewa dari Jepang yaitu Sidookan Takata dan Fuko Sidookan Nishimoto.
Kepemimpinan di Markas Polisi Istimewa kemudian berada di bawah kendali Inspektur Polisi Tingkat I Mohammad Jasin.
Pada 14 November 1946, Barisan Polisi Istimewa dan Pasukan Polisi Istimewa dilebur menjadi Mobile Brigade (Mobrig) atau sekarang terkenal dengan sebutan Brimob.
Patung Gajah Mada di Mabes Polri
Berita lainnya, masih seputar Polri, dari buku-buku sejarah, kita mengetahui bagaimana kebesaran Kerajaan Majapahit yang berhasil menyatukan Nusantara.
Baca juga: Demi Keselamatan, Atlet Kaltara Dapat Pengawalan Melekat dari Brimob di Ajang PON XX Papua
Mahapatih Gajah Mada, disebut-sebut sebagai orang yang berjasa dalam menyatukan Nusantara tersebut.
Ternyata, belum ada bukti bahwa Majapahit memiliki kekuasaan hingga seantero Nusantara, tetapi kisah tersebut sudah telanjur beredar dan diyakini masyarakat.
Dan itu semua sebenarnya salah kaprah.
Mengapa terjadi demikian?
Dari mana anggapan bahwa Nusantara itu adalah wilayah Majapahit?
Menurut Hasan Djafar, ahli arkeologi, epigrafi, dan sejarah kuno, “Barangkali karena The Founding Fathers kita ingin menyatukan negara ini.”
Baca juga: Satbrimob Polda Kaltim Kerahkan 200 Personel untuk Pengamanan PON XX Papua
“Muhammad Yamin, sebagai salah satu tokoh pendiri negara Indonesia, juga menggunakan gagasan Nusantara sebagai bentuk negara kesatuan.”
Muhammad Yamin, pernah menulis sebuah buku, Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara, yang terbit pertama kali pada 1945 dan telah dicetak ulang belasan kali.
Dalam buku tersebut dikisahkan epos kepahlawanan Gajah Mada sebagai Patih Kerajaan Majapahit.
Di dalam lampiran buku tersebut terdapat secarik peta Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabai sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud dengan judul “Daerah Nusantara dalam Keradjaan Madjapahit”.
Mengenai peta tersebut, Djafar mengungkapkan bahwa ‘gagasan persatuan ini oleh para sejarawan telah ditafsirkan sebagai wilayah Majapahit sehingga seolah ada penaklukan, itu salahnya!’
Dalam buku tersebut, Yamin juga menampilkan foto sekeping terakota yang mewujudkan sosok wajah lelaki dengan pipi tembem dan bibir tebal.
Baca juga: Atlet Kaltara yang Berlaga di PON XX Papua Dikawal Ketat 12 Personel Brimob
Yamin dengan keyakinan ilmu firasatnya, dia menuliskan, “Gajah Mada… Rupanya penuh dengan kegiatan yang mahatangkas dan air mukanya menyinarkan keberanian seorang ahli politik yang berpemandangan jauh.”
Melansir dari National Geographic Indonesia, belakangan menyaksikan kepingan terakota itu di Museum Trowulan yang sejatinya bagian dari celengan kuno, dan tidak ada kaitannya dengan Gajah Mada.
Buku Yamin itu secara tidak disadari telah menjadi panutan dari sekolah-sekolah dasar di Indonesia hingga lembaga pemerintahnya.
Bahkan patung lelaki bertubuh gempal dengan wajah seperti dalam buku Yamin itu berdiri di halaman Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Kebayoran Baru.
“Skandal ilmiah dalam sejarah,” ujar Hasan Djafar. (*)