Berita Viral

Tak Hanya Keris Sakti, Kerajaan Majapahit Punya Senjata Canggih Seperti Bazooka Buatan Gajah Mada

Sebagai salah satu Kerajaan terbesar dan terkuat di Indonesia, Kerajaan Majapahit memiliki senjata yang legendaris

foto: Tribun Jogja/ Dwi Nourma Handito
Rumah Majapahit di Desa Bejijong. Tak Hanya Keris Sakti, Kerajaan Majapahit Punya Senjata Canggih Seperti Bazooka Buatan Gajah Mada. 

TRIBUNKALTIM.CO - Siapa yang tak tahu kehebatan dan keperkasaan Kerajaan Majapahit.

Pada masanya, Kerajaan Majapahit tidak hanya dikenal di kawasan Asia saja, melainkan hingga ke daratan Eropa.

Konon, hanya Kerajaan Majapahit lah yang telah menggunakan senjata canggih untuk melawan musuh-musuhnya.

Sebagai salah satu Kerajaan terbesar dan terkuat di Indonesia, Kerajaan Majapahit memiliki senjata yang legendaris.

Namun karena Kerajaan Majapahit muncul ribuan tahun yang lalu, tentu saja senjata itu tidak secanggih seperti zaman modern.

Walau begitu, senjata-senjata miliki Majapahit tidak hanya soal tombak dan keris saja.

Baca juga: Tinggal di Pegunungan, Inilah Suku Terakhir Keturunan Kerajaan Majapahit

Baca juga: Kehebatan Kerajaan Majapahit Jadi Inspirasi Sejumlah Bendera Negara di Dunia, Amerika Salah Satunya

Baca juga: Misteri Agama Gajah Mada Terungkap, Ahli Beber Bukti-bukti Pendukung dari Kerajaan Majapahit

Ada juga senjata canggih yang luar biasa, salah satunya Cetbang.

Apa itu Cetbang?

Dilansir dari Intisari.grid.id, semua itu berpusat pada sosok Gajah Mada, sang Mahapatih Majapahit ini begitu terobsesi menyatukan Nusantara.

Selain terkenal karena Sumpah Palapa dan kemampuannya dalam berperang, rupanya Gajah Mada juga sangat ahli di bidang persenjataan.

Ya, bahkan dia mengusai banyak teknik pembuatan senjata.

Karena kehebatannya itu maka terciptalah Cetbang sebagai senjata buatan Gajah Mada.

Apa kehebatannya?

Baca juga: Terjawab Alasan Megawati Merasa Kesepian, Bahas Tokoh Wanita, Penguasa Majapahit Hingga Malahayati

Cetbang merupakan sebuah senapan.

Bukan senapan sembarang, malahan Cetbang mirip seperti bazooka yang akan meledak jika terselut api.

Gajah Mada memang senjata membuat Cetbang, sebuah senjata hebat selain kerisnya yang sakit.

Cetbang, senapan buatan Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.
Cetbang, senapan buatan Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit. (Tribunnews.com)

Tapi tidak semua senjata-senjata itu diminati para Raja Majapahit.

Ada sejumlah Raja Majapahit yang tidak melirik senjata buatan Gajah Mada itu.

Namun nasib berkata lain ketika Tribuana Tunggaldewi menjadi Raja Majapahit.

Baca juga: Pengakuan Sinuhun Totok Raja Keraton Agung Sejagat, dari Keturunan Raja Majapahit hingga Asal Dana

Dia mendukung Gajah Mada sepenuhnya.

Apalagi setelahnya Gajah Mada menjadi seorang Mahapahit, maka kekuasaannya semakin besar.

Pada akhirnya, Gajah Mada diberi mandat untuk membuat Cetbang dalam jumlah banyak.

Tidak hanya jumlahnya yang banyak, tapi juga ukurannya yang beranekaragam.

Ada yang panjangnya 1 meter, ada juga yang 3 meter.

Panjang Cetbang nantinya disesuaikan, apakah senjata itu akan dibawa oleh beberapa orang atau meletakkannya di kapal laut.

Baca juga: Batik Pernah Jadi Pakaian Keluarga Kerajaaan, Mulai Muncul Saat Kerajaan Majapahit

Setelah memasanngya di kapal laut, kemampuan Cetbang sangat mengagumkan.

Sebab Cetbang mampu menyerang kapal-kapal yang sengaja mau datang ke Majapahit tanpa izin.

Alhasil Cetbang mampu membuat bangsa Eropa agak ketakutan.

Sayangnya ketika Kerajaan Majapahit runtuh dan berubah menjadi Kerajaan Demak, keberadaan Cetbang juga mulai hilang.

Ini karenanya tidak ada orang yang mau mengembangkannya.

Majapahit Alami Kemunduran Setelah Hayam Wuruk Wafat

Setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389, Kerajaan Majapahit perlahan mengalami kemunduran.

Beberapa faktor mempengaruhi runtuhnya Kerajaan Majapahit, termasuk karena perang saudara dan kedatangan Bangsa Portugis.

Prabu Brawijaya V dikenal sebagai raja terakhir dari keturunan Raja-raja Majapahit.

Kepemimpinan Majapahit selanjutnya jatuh ke tangan menantunya yang bergelar Brawijaya VI.

Sementara putra Prabu Brawijaya V, Raden Patah, mendirikan Kerajaan sendiri yaitu Kesultanan Demak.

Kesultanan Demak semakin berjaya dengan pengaruh Islam bertambah kuat di Demak maupun di banyak daerah lain di Jawa.

Itu berbanding terbalik dengan pamor Majapahit yang semakin merosot, di mana semakin banyak daerah taklukan yang melawan dan melepaskan diri.

Raden Patah wafat pada 1518, kemudian penerusnya adalah Pati Unus (1518-1521) yang gugur tiga tahun berselang dalam penyerbuan terhadap Portugis di Malaka.

Ketika itu, jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan kota-kota di pesisir utara Jawa ramai dikunjungi pedagang manca negara.

Dilansir dari buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1990) karya Marwati Djoened, para penguasa Jawa melihat Portugis sebagai musuh dan ganjalan dalam perdagangan.

Salah satunya Jepara yang dinilai sebagai saingan utama dalam perdagangan lada. Kemudian Demak sebagai pengekspor beras ke Malaka.

Mereka menjadi rugi setelah kota tersebut jatuh ke tangan Portugis. Hal ini mendorong Demak, Jepara, dan Kudus bersatu untuk menyerang Malaka.

Pada tahun 1513, ekspedisi penyerangan dilakukan di bawah Pati Unus. Namun, penyerangan ini berhasil digagalkan Portugis.

Setelah Pati Unus wafat, ia digantikan Sultan Trenggana sebagai pemimpin Kesultanan Demak ke-3.

Di masa pemerintahan Sultan Trenggana (1521-1546) ini, ia mengirim pasukan untuk menduduki Majapahit.

Tujuan penyerangan itu, selain untuk menaklukan Kerajaan leluhurnya, juga dimaksudkan untuk memutus relasi antara Majapahit dengan Portugis yang sudah mulai terjalin.

Akhirnya serangan tersebut sukses, dan Brawijaya VI terbunuh.

Baca juga: Celengan Bentuk Babi Tertua di Dunia Ternyata Berasal dari Zaman Majapahit

Selain itu, semakin banyak warga Majapahit dan masyarakat Jawa yang menjadi mualaf.

Sementara keluarga dan anak-anak Brawijaya VI yang enggan memeluk Islam, melarikan diri ke Pasuruan dan Panarukan (Situbondo).

Mereka masih tetap beragama Hindu dan tidak pernah tunduk kepada Kesultanan Demak hingga akhir hayat.

Sejak tahun 1527 itulah riwayat Kerajaan Majapahit tamat, dengan Kesultanan Demak di bawah Sultan Trenggana mengakuisisi wilayah-wilayah taklukan yang masih tersisa.

Sementara itu, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara terus menghadapi kekuatan Portugis maupun VOC (Belanda).

Eksistensi Kerajaan-Kerajaan maritim Jawa kecuali banten juga tidak bertahan lama.

Kekuatan mereka sebagai Kerajaan maritim terus merosot seiring munculnya kekuatan baru di pedalaman Jawa, yaitu Mataram. (*)

Berita Viral

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved