Natal dan Tahun Baru

Dari Mana Asalnya Tradisi Menghias Pohon Natal? Berikut Sejarahnya

Sebuah pohon Natal dihiasi dengan ornamen dan lampu adalah pusat dari musim perayaan.

abc.net.au
Sejarah asal usul pohon Natal 

TRIBUNKALTIM.CO - Sebuah pohon Natal dihiasi dengan ornamen dan lampu adalah pusat dari musim perayaan.

Namun pernahkah Anda bertanya-tanya dari mana asalnya tradisi menghias pohon natal tersebut?

Pohon cemara dan tanaman lain telah digunakan untuk merayakan festival musim dingin selama ribuan tahun, jauh sebelum munculnya agama Kristen.

Orang-orang pagan di Eropa menggunakan cabang-cabang pohon cemara yang selalu hijau untuk menghiasi rumah mereka dan mencerahkan semangat mereka selama titik balik matahari musim dingin.

Orang Romawi awal menggunakan pohon cemara untuk menghias kuil mereka di festival Saturnalia.

Sementara orang Mesir kuno menggunakan pohon palem hijau sebagai bagian dari pemujaan mereka kepada dewa Ra (Dewa Matahari).

"Ide membawa tanaman hijau ke dalam rumah mewakili kesuburan dan kehidupan baru di kegelapan musim dingin, yang lebih merupakan tema pagan," kata Dr Dominique Wilson dari University of Sydney, dilansir abc.net.au.

"Itu juga di mana ide tentang holly dan ivy dan mistletoe berasal karena mereka adalah beberapa tanaman berbunga di musim dingin, jadi karena itu mereka memiliki arti khusus."

"Jadi ide membawa pohon cemara ke dalam rumah dimulai dari sana dan akhirnya berkembang menjadi pohon Natal."

Dari kebiasaan pagan ke agama Kristen

Ada beberapa teori dan legenda tentang bagaimana pohon cemara yang selalu hijau menjadi simbol Kekristenan.

Salah satunya dikreditkan ke biarawan Benediktin Inggris Boniface, terkenal karena pekerjaan misionarisnya di Jerman selama abad kedelapan.

"Cerita umum berlanjut bahwa [Boniface] bertemu dengan beberapa penduduk asli Jerman yang melakukan pengorbanan di depan pohon ek atau oak yang perkasa - pohon ek yang disucikan untuk dewa Thor," kata Dr Wilson.

"Boniface mengambil kapaknya dan menebang pohon untuk menghentikan orang-orang kafir yang menyembah berhala palsu dan orang-orang kafir menunggu dia disambar petir, tetapi itu tidak terjadi."

"Jadi pada tahap ini dia mengambil kesempatan untuk mengubah mereka."

Saint Boniface menebang pohon ek raksasa di Jerman pada awal abad kedelapan.
Saint Boniface menebang pohon ek raksasa di Jerman pada awal abad kedelapan. (abc.net.au)
Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved