Berita Berau Terkini
Januari Masih Menjadi Puncak Fenomena La Nina di Kabupaten Berau, Rawan Bencana
Januari merupakan puncak fenomena La Nina. Forecaster BMKG Berau, Suryadi menyebutkan hal ini membuat hujan dengan intensitas tinggi kerap terjadi
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Januari merupakan puncak fenomena La Nina. Forecaster BMKG Berau, Suryadi menyebutkan hal ini membuat hujan dengan intensitas tinggi kerap terjadi, termasuk di Kabupaten Berau.
Bahkan katanya, kondisi ini diperkirakan masih akan terjadi setidaknya hingga awal April mendatang.
“Saat ini sering terjadi hujan dan cuaca tidak menentu, memang ini adalah puncaknya La Nina,” jelasnya, Minggu (23/1/2022).
Berdasarkan pemantauan terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada dasarian.
Kondisi ini berpotensi terus berkembang, sehingga harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga sedang.
Baca juga: Akses Jalan Utama Kampung Bena Baru Berau Tertutup Longsor
Baca juga: Banjir di Perkotaan, Wabup Berau Gamalis Minta Perhatikan Kondisi di Muara Sungai
Baca juga: Tergerus Air, Jembatan Penghubung Tiga Kampung Kecamatan Segah Berau Butuh Penanganan
Pengalaman pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, juga hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November hingga Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, hingga NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan.
Maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 hingga 70 persen di atas normal.
“Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi,” sambungnya.
Terpisah, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan, Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Berau Nofian Hidayat, mengatakan, terjadinya curah hujan yang tinggi mengakibatkan beberapa titik terjadi banjir hingga masuk ke permukiman masyarakat.
Bahkan katanya, dampak dari fenomena tersebut sempat terjadi di wilayah perkotaan hingga pesisir tahun lalu, di mana terjadi angin kencang disertai hujan.
Baca juga: Hari Ketiga Proses Pencarian Orang Tenggelam di Sungai Segah Berau Belum Buahkan Hasil
“Sempat tahun lalu terjadi fenomena La Nina yakni angin puting beliung disertai hujan yang sangat deras di wilayah pesisir,” ungkapnya.
Saat ini diungkapkannya, ada beberapa wilayah yang harus waspada dampak La Nina. Khususnya di wilayah pesisir seperti Talisayan hingga Bidukbiduk.
Kemudian pesisir utara seperti Pulau Maratua hingga Derawan. Masyarakat setempat diminta waspada dan berhati-hati ketika hujan turun. Pasalnya jika hujan mengguyur sangat berpotensi disertai angin kencang.
“Yang paling riskan itu adalah wilayah Balikukup dan Batu Putih yang sering terjadi angin puting beliung,” katanya.
Di wilayah perkotaan Nofian menyebut, bahaya yang mengintai adalah longsor. Mengingat banyak pegunungan seperti di Kecamatan Teluk Bayur.