Ibu Kota Negara
Adik Prabowo Sebut Belum Ada Kontrak di IKN Baru, Daftar Bisnis Hashim Djojohadikusumo di Kaltim
Adik Prabowo sebut belum ada kontrak terkait IKN. Daftar bisnis Hashim Djojohadikusumo termasuk yang ada di Kaltim
Namun, jauh sebelum Arsari, putra bungsu begawan ekonomi Indonesia Sumitro Djojohadikusumo tercatat sebagai salah taipan Indonesia sukses. Gurita bisnis mengular panjang.
Sepulang dari pendidikannya di luar negeri sejak SMP, Hashim kembali ke Indonesia awal 1978, sesaat ayahnya tak lagi menjadi Menteri Negara Riset.
Saat itu, Hashim langsung bergabung di PT Indoconsult Associates sebagai direktur. Ini adalah perusahaan bidang konsultasi manajemen yang didirikan ayahnya.
Saat itu, usia Hashim baru sekitar 24 tahun. Dua tahun setelah itu, Hashim mulai merintis usaha di sektor perdagangan lewat perusahaan yang didirikannya, PT Era Persada.
Dari situ, kiprahnya di dunia bisnis terus berlanjut hingga sekarang. "Di usia 30-an tahun, saya memulai bisnis internasional. Saya berbisnis ke Rusia, negara-negara Arab, Myanmar, Vietnam dan banyak lagi," ujarnya.
Berdasarkan riset KONTAN, debutnya di dunia bisnis makin kencang saat ia masuk bisnis semen pada tahun 1988.
Lewat Grup Tirtamas, PT Tirta Mas mengambil alih saham mayoritas PT Semen Cibinong. Akusisi di industri semen berlanjut dengan mengakuisisi PT Semen Nusantara Cilacap pada tahun 1993.
Dua tahun berikutnya, Hashim Djojohadikusumo mengambil alih PT Semen Dwima Agung, perusahaan semen yang belum beroperasi namun memiliki 800 hektare lahan di tuban, Jawa Timur.
Pilihannya masuk bisnis semen bukan tanpa perhitungan. Sebagai komoditas dasar, Hashim Djojohadikusumo sangat yakin semen akan dibutuhkan banyak orang.
Nyatanya, belum genap tiga tahun Hashim Djojohadikusumo terjun ke industri ini, krisis pasokan semen terjadi di seluruh pelosok negeri ini.
Alhasil, dari bisnis semen ini, ia sukses menambah pundi-pundi kekayaannya. Ia pun merambah sektor-sektor lain.
Lewat PT Tunasmas Paduarta, salah satu anak perusahaan Grup Tirta Mas, Hashim merambah bisnis perbankan dengan mengambil alih Bank Niaga pada tahun 1997.
Sebelumnya, pada tahun 1995, Hashim Djojohadikusumo mengambil alih 19,8% saham (senilai Rp 66 miliar lebih) milik pengusaha Yopie Wijaya di Bank Papan Sejahtera.
Selain itu, ia juga memiliki masing-masing 100% saham di Bank Pelita serta Bank Kredit Asia.
Sejak saat itu, daftar bisnis Hashim Djojohadikusumo bertambah panjang, tak hanya di sektor perbankan dan industri semen. Ada puluhan jenis usaha dimilikinya, mulai dari sektor perdagangan hingga ke industri migas.