Ternyata Ada Makna Khusus di Balik Nama Jembatan Semanggi, Diungkap Oleh Presiden Soekarno
Jembatan Semanggi adalah jembatan layang yang berada di persimpangan Jalan Sudirman dan Jalan Gatot Subroto di Jakarta Selatan.
Presiden Soekarno mengibaratkannya sebagai ‘suh’ atau pengikat sapu lidi.
Tanpa suh, sebatang lidi akan mudah patah.
Sebaliknya jika lidi-lidi diikat menggunakan suh, maka akan menjadi kokoh dan bisa bermanfaat menjadi alat pembersih.
Persatuan membuat kita jadi kuat, seperti Jembatan Semanggi yang menyatukan berbagai wilayah di Jakarta.
Ibaratnya, sama seperti bangsa yang bersatu menjadi kuat, teman-teman.
Baca juga: Setiap Orang Sidik Jarinya Berbeda-beda, Ini Fakta Unik Sidik Jari, Tidak Bisa Menempel di Kain
Tujuan Pembangunan Jembatan Semanggi
Dahulu, Presiden Soekarno berencana membangun stadion olahraga di kawasan Senayan.
Namun Ir. Sutami yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum mengusulkan untuk membangun jembatan.
Menurut Ir. Sutami, jembatan bisa mengatasi kemungkinan adanya kemacetan lalu lintas.
Ini karena Jalan Gatot Subroto dan Jalan Sudirman adalah jalan besar yang sibuk.
Akhirnya, Presiden Soekarno menyetujuinya, teman-teman.
Awalnya, pembangunan jembatan ini sempat ditentang oleh banyak pihak, nih.
Masyarakat menganggap proyek pembangunan jembatan itu menghamburkan uang negara, sementara masih ada banyak orang yang kesusahan karena kemiskinan.
Namun, menurut Presiden Soekarno saat itu, pembangunan jembatan itu bertujuan untuk kepentingan yang besar.
Akhirnya, Jembatan Semanggi dibangun pada 1961.