Berita Nasional Terkini
3 Jenderal TNI Masuk Bursa Pilpres 2024, Andika Perkasa Ungguli Gatot Nurmantyo
3 Jenderal TNI masuk bursa Pilpres 2024, Andika Perkasa ungguli Gatot Nurmantyo
Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Faizal Amir
Oleh karena itu, Arya melihat tokoh-tokoh kepala daerah dari sipil, justru memuncaki posisi atas elektabilitas survei.
Ia mencontohkan, bagaimana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersaing memuncaki posisi atas pada beberapa survei nasional.
"Jadi memang bukan melulu soal publik inginkan capres berlatar militer.
Enggak juga. Karena yang tinggi itu kan Pak Ganjar dari sipil, Pak Anies sipil, Ridwan Kamil sipil," ujarnya.
Terkait nama Prabowo yang memuncaki elektabilitas dalam Survei Litbang Kompas, Arya berpendapat bahwa hal tersebut bukan lantaran latar belakang militernya.
Menurut dia, tingginya elektabilitas Prabowo disebabkan karena pengalamannya dalam kontestasi politik, utamanya pemilihan presiden (pilpres).
Prabowo yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra itu justru mendapatkan suara dominan, hasil dari basis-basis pendukung pada pemilu sebelumnya.
Diketahui, Prabowo sudah tiga kali gagal memenangkan kontestasi pilpres dalam kurun tiga pemilu terakhir.
"Nah itu lebih kepada faktor bahwa ada pemilih-pemilih yang memang sejak pemilu sebelumnya.
Itu sisa-sisa kekuatan Pak Prabowo di 2014, mungkin sejak 2009 ketika berpasangan dengan Ibu Mega," imbuh Arya.
Selain itu, Prabowo juga dinilai mampu membangun investasi politiknya sejak lama.
Sehingga dukungan dari masyarakat terhadap dirinya pun ikut meningkat.
Arya menjelaskan, Prabowo bahkan sudah membangun investasi politiknya sejak 2004 ketika ikut konvensi Partai Golkar.
"Dia masuk konvensi Golkar, meski dia kalah kan? 2009 pasangan sama Bu Mega sebagai wakil kalah, 2014 maju sendiri, 2019 dia kalah juga. Dia sudah ikut 4 kali kontestasi," tuturnya.
"Nah, jadi bukan karena dia tinggi karena orang dukung militer.
Enggak, dia tinggi karena punya investasi politik lama.
Karena dia punya pemilih, sisa-sisa pemilih lama," sambung Arya. (*)