Berita Bontang Terkini

Ritual Bekenjong, Pengobatan Tradisional Warga Kutai di Kelinjau Ilir dengan Datangkan Roh Leluhur

Masyarakat Desa Kelinjau Ilir, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur memiliki ritual yang turun-temurun digelar dalam melakukan pengobatan.

Penulis: Syifaul Mirfaqo |
TRIBUNKALTIM.CO/SYIFA'UL MIRFAQO
Ritual Bekenjong, adat istiadat Suku Kutai sebagai prosesi pengobatan tradisional dengan meminta bantuan dari roh leluhur. TRIBUNKALTIM.CO/SYIFA'UL MIRFAQO 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Masyarakat Desa Kelinjau Ilir, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur memiliki ritual yang turun-temurun digelar dalam melakukan pengobatan.

Ritual ini disebut Belian, atau seringkali disebut Bekenjong di mana seorang pawang berkomunikasi kepada arwah leluhur untuk kemudian meminta pertolongan dalam mengobati orang yang sakit.

May Sarah, salah satu pawang Bekenjong di Kecamatan Muara Ancalong, Kutim memaparkan bagaimana ritual yang sudah jadi tradisi turun temurun ini umumnya digelar selama 3 malam.

Pada malam pertama, terdapat dua orang yang berperan utama dalam pelaksanaan Bekenjong, yakni Sang Pawang dan Pengingun.

"Di malam pertama, pawang akan memanggil roh leluhur untuk memberitakan bahwa besok (di malam kedua), akan ada seseorang yang minta disembuhkan penyakitnya," ujarnya.

Baca juga: Adat Bekenjong Asal Kutai Timur Diakui Jadi Warisan Budaya Nasional

Baca juga: Pesta Adat Bontang Kuala 2021, Sajikan Ritual Adat hingga Lomba Balap Kapal

Pawang bertugas memanggil roh leluhur untuk kemudian merasukkan roh tersebut ke dalam dirinya.

Sedangkan Pengingun bertugas untuk melakukan komunikasi dengan roh tersebut secara lisan terkait hal-hal yang memang perlu disampaikan selama ritual berlangsung.

Setelah mengabarkan kepada roh leluhur, rangkaian ritual berlanjut di malam kedua.

Ritual di malam pertama memakan waktu hingga empat jam. Umumnya dimulai pukul 20.00 hingga berakhir pada tengah malam.

Pada malam kedua, roh leluhur akan datang di lokasi ritual dan merasuki pawang secara bergantian.

Kali ini, pasien yang meminta pengobatan dihadirkan untuk kemudian "dilihat" secara langsung oleh roh leluhur di tubuh Sang Pawang.

"Malam kedua itu roh leluhur melihat penyakit si yang punya hajat, untuk memutuskan persyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk pengobatan," ucapnya.

Umumnya, roh leluhur akan memberikan persyaratan tertentu yang harus dihadirkan pada saat pengobatan dilangsungkan.

Baca juga: Dampak Wabah Virus Corona, Pesta Adat Erau di Kukar Terancam Batal Terlaksana Tahun Ini

Malam kedua seakan seperti tahapan "diagnosa", dan obat-obatan yang dibutuhkan harus dikumpulkan di jangka waktu satu hari sebelum ritual pada malam ketiga.

Persyaratan ini biasa bervariasi, sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved