Berita Internasional Terkini

Perang dengan Ukraina, Rusia Gunakan Bom Tandan yang Bisa Berubah Jadi Ranjau, Putin Siagakan Nuklir

Gempuran terus dilakukan Rusia ke wilayah Ukraina, dengan menggunakan berbagai jenis senjata

Genya SAVILOV / AFP
Pemandangan mobil-mobil yang dihancurkan oleh penembakan baru-baru ini di pinggiran Kyiv pada 28 Februari 2022. Kepala hak asasi manusia PBB mengatakan pada 28 Februari 2022 bahwa setidaknya 102 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak, telah tewas di Ukraina sejak Rusia meluncurkan misinya, invasi lima hari yang lalu, memperingatkan jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. 

TRIBUNKALTIM.CO - Gempuran terus dilakukan Rusia ke wilayah Ukraina, dengan menggunakan berbagai jenis senjata.

Bahkan, Rusia dikabarkan menggunakan senjatanya di rumah sakit dan sekolah, yang dinilai merupakan sebuah kejahatan perang.

Ya, perang Rusia dengan Ukraina makin panas, setelah pihak Rusia menggunakan bom tandan atau cluster munitions.

Kendati demikian, banyak yang mengkawatirkan Rusia akan mengeluarkan senjata nuklir, sebagai senjata pamungkas.

Terkait dengan bom tandan, Amnesty International meminta Rusia berhenti menggunakan bom tandan di Ukraina.

Bom tandan adalah jenis senjata yang didesain untuk menyelimuti kawasan dengan suatu kekuatan ledakan yang dihasilkan oleh ratusan bom-bom kecil.

Baca juga: NEWS VIDEO Menggunakan Bus, 31 WNI Berhasil Dievakuasi dari Ukraina

Baca juga: Siapa Anastasiia Lenna? Foto Mantan Miss Grand Ukraina Angkat Senjata Viral, Fakta dan Pengakuannya

Baca juga: Di Tengah Perang Rusia vs Ukraina, Volodymyr Zelensky Tandatangani Dokumen Penting untuk Uni Eropa

Organisasi non-pemerintah yang fokus pada Hak Asasi Manusia (HAM) itu mengatakan serangan fatal menggunakan senjata sembarangan di rumah sakit dan sekolah bisa merupakan kejahatan perang.

Amnesty International mengatakan bom tandan menghantam sebuah preschool di timur laut Ukraina pada Jumat (25/2/2022), yang digunakan untuk melindungi warga sipil, menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak.

Mereka mengatakan serangan di Kota Okhtyrka mungkin merupakan kejahatan perang, setelah gambar menunjukkan bom tandan menghantam setidaknya tujuh lokasi di atau dekat sekolah.

Amnesty mengatakan serangan itu tampaknya dilakukan oleh pasukan Rusia, yang beroperasi di dekatnya, dan yang memiliki catatan menggunakan bom tandan di daerah berpenduduk.

"Tidak ada pembenaran yang mungkin untuk menjatuhkan bom tandan di daerah berpenduduk, apalagi di dekat sekolah," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard dalam sebuah pernyataan, Minggu (27/2/2022), dikutip dari AFP.

Lebih dari 100 negara telah menandatangani Konvensi 2008 tentang bom tandan yang melarang produksi dan penggunaan senjata, tetapi tidak Rusia atau Ukraina.

Baca juga: Imbas Invasi ke Ukraina, FIFA Jatuhkan Sanksi untuk Timnas Rusia, Ditangguhkan dari Piala Dunia 2022

Rudal yang membawa bom tandan akan meledak di udara dan mengirim lusinan atau ratusan bom kecil ke area yang luas.

Bom ini sering gagal meledak pada benturan, sehingga menjadi ranjau darat bagi siapa saja yang menemukannya.

Human Rights Watch (HRW) mengatakan pada Jumat, bahwa bom tandan Rusia telah menghantam sebuah rumah sakit di Vuhledar di Ukraina timur, menewaskan empat warga sipil dan melukai 10 orang, enam di antaranya petugas kesehatan.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved