Berita Internasional Terkini

Penyebab Putin Jalankan Operasi Militer, Ini Pihak yang Dituding Jadi Dalang Perang Rusia vs Ukraina

Perang antara Rusia dengan Ukraina, hingga saat ini masih terus terjadi. Serangan demi serangan masih dilancarkan Rusia ke wilayah Ukraina

Dimitar DILKOFF / AFP
Seorang pria berjalan di depan sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak dalam perang di kota Chernihiv pada 4 Maret 2022. Empat puluh tujuh orang tewas pada 3 Maret ketika pasukan Rusia menyerang daerah pemukiman, termasuk sekolah dan gedung apartemen bertingkat tinggi, di kota Chernihiv di Ukraina utara. 

TRIBUNKALTIM.CO - Perang antara Rusia dengan Ukraina, hingga saat ini masih terus terjadi.

Serangan demi serangan masih dilancarkan Rusia ke wilayah Ukraina.

Akibat perang Rusia vs Ukraina, tak sedikit korban jiwa yang berjatuhan, baik dari pihak militer, maupun masyarakat sipil.

Lalu, apa sebenarnya yang melatarbelakangi terjadinya perang terbuka antara Rusia dengan Ukraina?

Benarkan ada dalang di balik perang yang terjadi saat ini?

Berikut penjelasannya seperti TribunKaltim.co lansir dari Kompas.com:

Baca juga: GAWAT! Percakapan 90 Menit Rusia dan Prancis Bocor, Keputusan Putin Bisa Bikin Ukraina Tambah Parah

Baca juga: Ukraina Makin Kuat, Dapat 16 Ribu Tambahan Sukarelawan Plus Amunisi dan Senjata

Baca juga: Peran Krusial Prabowo Subianto Dibalik Evakuasi WNI dari Ukraina, Lobi Rusia

Pada 24 Februari 2022, Rusia mulai menyerang Ukraina hingga mengakibatkan adanya ledakan di sejumlah kota besar di Ukraina.

Serangan di sejumlah kota besar di Ukraina tersebut dilakukan usai Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidatonya mengenai pendeklarasian operasi militer khusus di Ukraina.

Beberapa saat usai pidato tayang, suara ledakan terdengar di Kramators, Ukraina.

Usai serangan tersebut setidaknya terdapat 137 warga Ukraina yang tewas dan 316 orang mengalami luka.

Dikutip dari BBC, beberapa saat sebelum serangan, Vladimir Putin dalam pidatonya menyebut, alasan Rusia menyerang adalah karena Rusia tak bisa merasa aman, berkembang, dan eksis karena menurutnya Ukraina modern adalah ancaman yang konstan.

Adapun Rusia menolak untuk menyebut serangan sebagai perang ataupun invasi.

Baca juga: Terjawab! Sebenarnya Mengapa Rusia dan Ukraina Perang? Cek Ulasan Penyebab Konflik & Apa Itu Invasi

Putin mengeklaim bahwa tujuannya melakukan perang adalah untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran intimidasi dan genosida.

Selain itu, Vladimir Putin menyebut serangan tersebut bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi.

Meski demikian, alasan tersebut dibantah oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Volodymyr Zelensky mengatakan tak ada genosida di Ukraina.

Volodymyr Zelensky juga menyebut Ukraina adalah negara demokrasi dengan seorang Presiden Yahudi.

“Bagaimana saya bisa menjadi seorang Nazi?” kata Zelensky.

Baca juga: Aksi Sniper Ukraina Buat Putin Gigit Jari, Jenderal Top Rusia Gugur di Pertempuran

Banyak pihak menilai, alasan kuat serangan Vladimir Putin ke Ukraina sebenarnya yang utama adalah akibat rencana Ukraina yang ingin bergabung ke NATO.

Dikutip dari laman CNN, Putin sempat mengatakan bahwa ekspansi NATO adalah ancaman eksistensi dan jika Ukraina bergabung dengan aliansi militer Barat hal ini adalah sebuah tindakan permusuhan yang bisa memberikan ancaman bagi Rusia.

Selama ini, Vladimir Putin telah menekankan pandangannya bahwa Ukraina adalah bagian dari Rusia secara budaya, bahasa, dan politik.

Karena itulah, Putin menentang bergabungnya Ukraina ke NATO.

Rusia bahkan menuntut jaminan hukum bahwa Ukraina tak akan pernah diterima di NATO, meskipun tuntutan tersebut ditolak.

Dalam sebuah esai pada Juli 2021, Vladimir Putin menyebut Rusia dan Ukraina sebagai satu bagian dan mengatakan Barat telah merusak Ukraina dan menariknya keluar dari orbit Rusia.

Baca juga: Perang Masih Berlangsung, Presiden Ukraina Minta Vladimir Putin Duduk Bersama: Aku Tidak menggigit

Namun sejauh ini tampaknya upaya Putin untuk menarik kembali Ukraina ke wilayah Rusia telah mendapat banyak reaksi.

Dalam tiga dekade terakhir, Ukraina telah berusaha merapat ke lembaga-lembaga Barat seperti Uni Eropa dan NATO.

Akibat tindakannya, Rusia mendapat kecaman internasional dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Australia dan Inggris memberikan sanksi terhadap Rusia.

Vladimir Putin Sebut Indonesia Teman Sejati

Berita lainnya, Invasi Rusia terhadap Ukraina masih sorotan publik internasional.

Hingga saat ini, kedua negara belum ada sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

Baca juga: TERJAWAB Alasan Sebenarnya Negara Muslim Ini Bantu Rusia Gempur Ukraina, Ada Kepentingan Lebih Besar

Bahkan, Rusia dikecam banyak negara di dunia.

Terlepas dari itu, ternyata Presiden Rusia Vladimir Putin pernah mengungkap bahwa Indonesia adalah teman sejati dari Rusia.

Hal itu dikatakan Presiden Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Mei 2016 lalu.

Putin menyatakan, Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno sebagai sahabat sejati Rusia.

Putin mengungkapkan, pondasi kerja sama Rusia-RI telah dibangun sejak lama, pada era pemerintahan Presiden Soekarno.

Kerja sama RI-Rusia sudah merupakan hubungan yang dibangun lama. Hubungan ini berawal dari sikap yang ditetapkan Presiden Soekarno yang merupakan teman sejati Rusia.

Baca juga: Ukraina Beber Bunuh 9.000 Tentara, Rusia Tertawa, Beda Klaim Jumlah Prajurit Gugur Akibat Perang

"Hubungan baik ini dibangun oleh teman karib bangsa kami, presiden pertama Indonesia Soekarno. Kami mengingat hari ini, 60 tahun yang lalu, yaitu tahun 1956, beliau berkunjung untuk bertemu pemimpin-pemimpin kita. Pertemuan kami ini dengan Presiden RI Joko Widodo bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral di berbagai bidang," ujar Presiden Putin saat memberikan keterangan pers bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bucherov Rucey, di kediaman resmi Presiden Putin di Sochi, Rusia, Kamis (18/5/2016) lalu, sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Presiden Jokow Widodo.

Presiden Putin mengenang kunjungan bersejarah yang dilakukan Presiden Soekarno pada tahun 1956. Di mana saat perekonomian global mengalami guncangan, terjadi penurunan perdagangan bilateral. Namun, dengan pertemuan (Soekarno degan Nikita Khrushchev) terdapat peningkatan dari segi volume perdagangan bilateral.

“Saya sangat berkeyakinan bahwa yang diperlukan bukan hanya melanjutkan hubungan bilateral, tapi dorongan baru untuk meningkatkan interaksi," kata Putin.

Dikatakan Putin, ada pondasi dorongan kuat dari pihak Rusia untuk meningkatkan kerja sama melalui peningkatan intensitas pertukaran misi dagang pengusaha kedua negara.

Putin juga menyatakan kesediaan Rusia mendukung secara sistematis pengusaha kedua negara untuk menjalin kemitraan erat berdasarkan syarat saling menguntungkan.

“Kami juga membahas tentang gagasan untuk membangun zona perdagangan bebas,” kata putin. dia.

Rusia, lanjut Presiden Putin, juga bertekad unuk mendukung Indonesia mewujudkan program Presiden Jokowi membangun infrastruktur berskala besar, seperti jalur kereta api di Kalimantan dan pembangunan prasarana masa depan.

Dikutip dari Kompas.com, Rusia juga membangun industri pertambangan nikel, perminyakan di Bali dengan nilai investasi US$ 13 miliar, dan menginvestasikan US$ 2,8 miliar untuk pembangkit listrik berkapasitas 1,8 gigawatt.

Lalu, Rusia juga tertarik dalam pengadaan berbagai jenis kapal, termasuk kapal dan berbagai jenis pelabuhan terapung. (*)

Berita Internasional Terkini

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved