Kaltim akan Ambil Air dan Tanah dari Kutai Lama untuk Prosesi Pengisian Kendi IKN Nusantara

Rencananya nanti akan ada ritual adat istiadat dalam menyambut pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN Nusantara),

Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Budi Susilo
HO/CAMAT SEPAKU
Persiapan kemah di kawasan titik nol IKN Nusantara untuk kedatangan Presiden Joko Widodo dan 34 Gubernur seluruh Indonesia di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser, Provinsi Kalimantan Timur.  

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Rencananya nanti akan ada ritual adat istiadat dalam menyambut pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN Nusantara) di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur

Seperti halnya, nanti setiap kepala daerah yang diundang harus membawa air dan tanah dari daerah masing-masing. 

Lalu bagaimana dengan daerah Kalimantan Timur sendiri? Mau diambil dari manakah untuk prasyarat tersebut. 

Untuk Pemprov Kaltim sendiri, rencananya akan mengambil air dan tanah dari kawasan Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Baca juga: Gubernur Seluruh Indonesia Diundang ke IKN Nusantara oleh Presiden Joko Widodo

Baca juga: IKN Nusantara di Kaltim Terapkan Smart City, Berikut Agenda Pelatihan SDM Bidang Siber

Baca juga: Emak-emak Kebayoran Siap Diajak ke IKN Nusantara: Hidup di Jakarta Semakin Susah

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi Kaltim sekaligus Juru Bicara Gubernur Kaltim, HM Syafranuddin

Mengapa mengambil air di Kutai Lama, pria yang akrab disapa Ivan ini, turut menjelaskan bahwa selama dalam catatan sejarah Kutai Kartanegara, kawasan Kutai Lama menjadi pusat Kerajaan Kutai Kertanegara selama 4 abad sejak tahun 1300 Masehi sebelum berpindah ke Jembayan dan terakhir di Tenggarong.

"Kutai Lama tonggak awal berdirinya Kerajaan Kutai Kartanegara yang didirikan oleh Batara Agung Dewa Sakti pada sekitar Abad ke-14," ungkap Ivan, Jumat (11/3/2022).

Terpilihnya pengambilan air dan tanah di Kutai Lama karena melihat dari segi historis (sejarah).

Baca juga: Plt Bupati Hamdam Inginkan Penajam Paser Utara Tetap Ada Ikatan dengan Ibu Kota Negara

Dilanjutkan Ivan, Kesultanan Kutai Kartanegara, sebelum melakukan Erau terlebih dahulu mengambil air dari Sungai Kutai Lama.

Sebelum akhirnya dibawa ke Keraton untuk digunakan dalam berbagai prosesi Erau.

"Ritual Ngalak Aer mengandung pesan filosofis agar selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang diwariskan," terangnya.

"Meski Ibu Kota Kesultanan Kutai berpindah ke Tenggarong. Namun keluarga Kesultanan Kutai tetap menganggap Kutai Lama sebagai kampung halaman dan asal-usul nenek moyang mereka," sambung Ivan.

Baca juga: IKN Nusantara Pilih di Kalimantan Timur, Masyarakatnya Terbuka, Heterogen dan Multikultur

Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Pemkab Kukar untuk segera berkomunikasi dengan Kesultanan Kutai Kartanegara, Camat serta Kepala Desa Kutai Lama untuk melancarkan rencana pengambilan air dan tanah di Kutai Lama.

"Biasanya, untuk mengambil air Tuli ini, dibawa kelengkapan ritual seperti beras wija kuning, wijen hitam yang dicampur dupa, air tepong tawar, arang yang membara, kembang, dan beberapa butir telur. Namun untuk kegiatan IKN, ini bisa disederhanakan namun tidak mengurangi maknanya," beber Ivan.

Sesuai pesan Protokol Istana Negara, semua air dan tanah yang dibawa seluruh Gubernur se-Indonesia, harus memiliki cerita.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved