Ibu Kota Negara

Sejarawan Kaltim Beber Sejarah Ngalak Aer yang Akan Dilakukan Isran Noor untuk IKN Nusantara

Presiden Joko Widodo yang akan melawat ke Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara pada 13 dan 14 Maret 2022 mendatang turut akan dihadiri

Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Budi Susilo
IndonesiaKaya.com
Pengambilan air dari Kutai Lama mengandung pesan filosofis untuk selalu mengingat asal muasal leluhur. Permintaan khusus Presiden Joko Widodo kepada seluruh kepala daerah yang hadir untuk membawa sebuah air dari provinsi masing-masing yang memiliki filosofi sejarah dan cerita untuk nantinya dituangkan ke sebuah kendi bernama Nusantara. 

"Dari petunjuk ini, berarti erau sudah ada ketika topinimi gugusan pulau-pulau kecil di kawasan Kutai Lama masih bernama Nusantara," sebutnya.

Dihikayatkan pula bahwa ibunda leluhur orang Kutai, yakni Putri Karang Melenu, kelahirannya muncul dari dalam perairan Sungai Mahakam, dengan diusung oleh satwa mitologis bernama lembu suwana.

Mitologi kemunculan bayi Putri Karang Melenu dari Mahakam ini bisa diinterpretasikan secara historis, bahwa tokoh ini merupakan keturunan penduduk lokal. 

Baca juga: Tindak Tambang Ilegal di Tahura Kaltim, Upaya Mengamankan Hutan Sekitar Kawasan Ibu Kota Negara

Dengan kata lain, ia bukan pendatang atau keturunan pendatang. 

Menurut Muhammad Sarip, dalam sejumlah mitologi klasik warisan Hindu, eksistensi sungai sering diasosiasikan dengan kesucian dan keagungan nenek moyang. 

Secara global di belahan dunia manapun, air adalah sumber kehidupan dan titik awal peradaban manusia.

Misalnya epos Mahabharata yang menarasikan Sungai Gangga di India sebagai tempat bersemayamnya Dewi Gangga, ibu dari Bhisma sekaligus leluhur dinasti Kuru.

Baca juga: Inti Pusat Pemerintahan IKN Nusantara di Kaltim, Perlu Dekat Pangkalan Udara

Adapun di timur Kalimantan, berhubung ibu kota Kerajaan Kutai dipindahkan dari Kutai Lama, maka untuk terus memelihara memori kolektif perihal asal muasal leluhur, rangkaian erau menggunakan air dari Kutai Lama sebagai satu dari komponen ritual.

Kata dia, kebudayaan itu dinamis. Dalam tradisi di timur Kalimantan, termasuk Kutai, terjadi negosiasi kultur.

"Masuknya Islam dan penerimaan Islam oleh Kutai tetap mengakomodasi warisan tradisi Hindu," jelasnya.

"Begitu pula untuk konteks masa kini. Suatu hal yang lumrah dan lazim apabila ritual-ritual leluhur mengalami transformasi dan pengembangan fungsi," bebernya. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved