Berita Nasional Terkini
SYARAT Rusia Tak Masuk Akal, Presiden Prancis Beber Gencatan Senjata Dengan Ukraina Mustahil Terjadi
Syarat Rusia tak masuk akal, Presiden Prancis Emmanuel Macron nilai gencatan senjata dengan Ukraina mustahil terjadi.
Berbicara tentang permintaan Ukraina untuk masuk Uni Eropa secepatnya, Macron mengatakan kepada wartawan, “Dengan negara yang berperang? Saya rasa tidak. Haruskah kita menutup pintu dan berkata 'tidak pernah'? Itu tidak adil.”
Baca juga: Negosiasi Gagal, Serangan Rusia Makin Brutal, Ukraina Tak Lagi Minat Gabung NATO
Presiden Prancis mengatakan perang di Ukraina adalah tragedi kemanusiaan, politik dan kemanusiaan.
Dia juga menambahkan peristiwa ini akan mengarah pada pendefinisian ulang arsitektur Eropa sepenuhnya.
“Ini adalah diskusi yang strategis dan bersejarah. Mereka akan mengarah pada, hari ini, dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, keputusan bersejarah untuk Eropa kita,” kata Macron.
Pemimpin Prancis mengatakan dia terganggu berat melihat foto-foto serangan bom mematikan di sebuah rumah sakit bersalin di Mariupol Ukraina selatan pada hari Rabu.
Macron mengatakan sejak awal perang Rusia di Ukraina, “Tragedi kemanusiaan semacam ini terjadi pada beberapa kesempatan.”
“Senjata-senjata itu, sangat mematikan, tanpa pertimbangan, digunakan tepat di tengah kota,” lanjut Macron.
Baca juga: MIRIS! Serangan Rusia Sasar Rumah Sakit di Ukraina, Ada Ibu Hamil Berlumuran Darah Gendong Anak
Ukraina Ogah Gabung NATO?
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan, pertemuan bersama Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov itu berlangsung sekitar 90 menit.
Namun, pembicaraan keduanya gagal untuk mencapai kesepakatan damai.
Kuleba menyebut, Rusia akan melanjutkan serangan sampai tujuannya tercapai.
"Narasi luas yang dia sampaikan kepada saya adalah bahwa mereka akan melanjutkan agresi mereka sampai Ukraina memenuhi tuntutan mereka, dan tuntutan ini paling tidak adalah menyerah," kata Kuleba, dikutip Tribunnews dari Bloomberg.
Setelah pertemuan itu, Lavrov menyampaikan Rusia terbuka dengan pembicaraan serius antara kedua presiden.
Namun, ia menginginkan pembicaraan tersebut harus menguntungkan.
Lavrov juga menegaskan, Rusia sedang mengupayakan demiliterisasi untuk Ukraina.