Berita Nasional Terkini

SYARAT Rusia Tak Masuk Akal, Presiden Prancis Beber Gencatan Senjata Dengan Ukraina Mustahil Terjadi

Syarat Rusia tak masuk akal, Presiden Prancis Emmanuel Macron nilai gencatan senjata dengan Ukraina mustahil terjadi.

Kolase Tribunkaltim.co
Rumah Sakit Ukraina yang terkena serangan militer Rusia dan Presiden Prancis. Syarat Rusia tak masuk akal, Presiden Prancis Emmanuel Macron nilai gencatan senjata dengan Ukraina mustahil terjadi. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, dia bersedia mempertimbangkan beberapa kompromi atas permintaan Rusia.

Seperti permintaan agar Ukraina meninggalkan ambisi untuk bergabung dengan NATO dan mengambil posisi netral.

Zelensky juga menginginkan bertemu langsung dengan Putin.

"Hanya setelah pembicaraan langsung antara kedua presiden kita dapat mengakhiri perang ini," katanya.

Kendati demikian, Ukraina bersikeras atas keamanan negaranya kepada sekutu seperti AS, Inggris dan Jerman.

Mereka juga enggan menyerahkan wilayahnya kepada Rusia, sedikitpun.

Hal ini disampaikan Wakil Kepala Staf Zelensky, Ihor Zhovkva, dalam wawancara di Bloomberg TV, Rabu lalu.

"Kami tidak akan menyerahkan "satu inci" dari wilayah Ukraina ke Rusia," kata Ihor Zhovkva dari Kyiv.

"Prasyarat pertama dan terpenting kami untuk melakukan negosiasi semacam itu adalah segera gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia," tambah Zhovkva.

Baca juga: Viral Foto Ibu Hamil yang Selamat Usai Serangan Bom Rusia, Ternyata Rekayasa Ukraina?

Seperti diketahui, ada empat tuntutan Rusia untuk menghentikan aksi militer.

Di antaranya mengubah konstitusi untuk menyegel status netral (tidak bergabung dengan blok atau aliansi militer tertentu seperti NATO), mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia, serta mengakui republik pemberontak di Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.

Hingga Jumat (11/3/2022), terhitung sudah dua pekan Rusia dan Ukraina terlibat perang.

Rusia terlihat sedikit kesulitan untuk memenangkan Ukraina.

Terlebih, saat ini pertahanan Ukraina didukung oleh aliran senjata dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Buntutnya, Presiden Rusia Vladimir Putin berencana mengadopsi taktik serangan yang semakin brutal.

Seperti saat pasukannya menembaki kota-kota di Ukraina demi mematahkan perlawanan.

Di saat yang sama, intensitas respons internasional dalam memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia tampaknya mengejutkan Kremlin.

Terbukti saat ini nilai rubel merosot ke rekor terendah, belasan bisnis asing menarik diri dari Rusia, hingga pasar memperkirakan risiko gagal bayar negara yang semakin besar. (*)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved