Ibu Kota Negara

Luhut Bantah Softbank Minta Jumlah Penduduk 50 Juta Orang di IKN Nusantara, Enggak Ada Urusan Itu

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut membantah Softbank minta jumlah penduduk 50 juta orang di IKN Nusantara

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNNEWS/PRESIDENTIAL PALACE/Agus Soeparto
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berdiri di samping tenda untuk menginap di kawasan IKN, Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022). Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut membantah Softbank minta penduduk 50 juta orang di IKN Nusantara 

TRIBUNKALTIM.CO - Proyek Ibu Kota Negara ( IKN ) terus jadi perhatian apalagi menyusul batalnya investasi senilai 100 miliar dolar AS dari Softbank

Dalam pernyataannya Softbank tidak menyebutkan alasan pastinya batal berinvestasi di IKN Nusantara yang berlokasi di Penajam Paser Utara ( PPU ), Kalimantan Timur ( Kaltim ). 

Banyak yang kemudian menyoroti alasan Softbank mundur dari proyek investasi di IKN Nusantara ini.

Kini beredar kabar ada syarat Softbank yang tak dapat dipenuhi terkait IKN Nusantara ini.

Syarat tersebut adalah jumlah penduduk 50 juta di IKN Nusantara.

Benarkah kabar seputar syarat Softbank terkait penduduk di IKN Nusantara?

Kabar soal syarat Softbank terkait jumlah penduduk 50 juta di IKN Nusantara ini dibantah langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Menko Marves Luhut membantah kabar bahwa Softbank akan mengucurkan dananya asalkan penduduk yang tinggal di IKN Nusantara sebanyak 50 juta orang.

Baca juga: Profil Singkat Muhammad Nurdin, Tokoh Kaltim Masuk Radar Kandidat di Deputi Otorita IKN

Selain itu, Menko Luhut juga menepis kabar yang menyebutkan bahwa investasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tidak menguntungkan bagi investor.

"Enggak ada urusan itu, dia masalah dia. Murni masalah dia.

Kita dapatkan 20 miliar dollar AS dari UEA kan.

Itu masuk lewat Indonesian Investment Fund," kata dia di Jakarta, Kamis (17/3/2022) seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com

Luhut menjelaskan, mundurnya Softbank terlibat pembiayaan IKN Nusantara lantaran dana yang ada di Vision Fund berkurang.

Awalnya, Arab Saudi dan Abu Dhabi ingin menempatkan dananya di Softbank Vision Fund tersebut.

Namun ternyata, keduanya malah mengurungkan niatnya.

Meski begitu, Luhut berharap anggaran yang dimiliki Arab Saudi dan Abu Dhabi ini bisa disalurkan ke Indonesia lewat investasi.

Baca juga: Softbank Mundur dari Proyek IKN Nusantara, Kini Abu Dhabi dan China Disebut Bakal Investasi

"Saya beritahu, Softbank itu bukan bilang bangkrut. Dia punya (dana) turun.

Dia bikin Vision Fund kan 100 miliar dollar AS. Harusnya kan masuk itu dari Abu Dhabi dan Arab Saudi," kata  Luhut.

"Karena dia punya masalah, Vision Fund-nya collapse, ya enggak jadi.

Enggak masuk kita. Sekarang kita harapkan Vision Fund dari Abu Dhabi dan Saudi itu bisa masuk, enggak usah lewat SoftBank lagi," sambung mantan Kepala Staf Kepresidenan itu.

Belum lama ini, SoftBank Group mengonfirmasi bahwa mereka tidak berinvestasi dalam proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Padahal sebelumnya Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyebut SoftBank tertarik untuk berinvestasi di IKN Nusantara 100 miliar dollar AS.

Abu Dhabi-China Buat Konsorsium

Baca juga: Pemerintah Kejar Dana 100 miliar Dolar AS untuk Ibu Kota Negara, Awalnya Akan Dipakai Softbank

Kendati Softbank mundur, ada beberapa investor lain yang berkomitmen menanam modal, sebut saja Abu Dhabi dan Arab Saudi.

Abu Dhabi bakal membenamkan dana senilai 20 miliar dollar AS.

Dana tersebut akan masuk dalam Sovereign Wealth Fund/SWF Indonesia, Indonesia Investments Authority.

Luhut mengungkapkan, Abu Dhabi memiliki konsorsium sehingga dana tersebut berasal dari beberapa negara, salah satunya China.

"Abu Dhabi bilang ke saya, "Kami itu konsorsium kami macam-macam negaranya, bukan kami sendiri, karena kami mau efisien," kata Luhut seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com

Abu Dhabi itu punya partner mana-mana saja, termasuk ada juga China," ucap dia.

Selain Abu Dhabi, Arab Saudi juga menyatakan ketertarikannya melalui Putera Mahkota Mohammed bin Salman. Namun, besaran pasti investasi masih terus digodok.

"Crown Prince Mohammed bin Salman itu juga minta untuk dia masuk ke situ.

Kalau beliau angkanya berapa sedang kita godok karena kami terus pertemuan secara virtual dengan timnya Mohammed bin Salman," tandas Luhut.

Baca juga: Tahap Pertama 60 Ribu ASN, TNI dan Polri Akan Pindah ke IKN 2024, Ini Asal Instansi Mereka

(*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved