Berita Internasional Terkini
Saat Ini Ada 100 Ribu Pasukan Amerika Serikat di Eropa untuk Menahan Invasi Rusia
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyampaikan, NATO telah meningkatkan dukungan kepada Ukraina.
TRIBUNKALTIM.CO - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyampaikan, NATO telah meningkatkan dukungan kepada Ukraina.
Caranya dengan memberikan senjata mematikan serta bahan bakar dan amunisi penting untuk melawan Rusia.
Dalam wawancara pada Kamis (17/3/2022), dia menyebut militer Ukraina saat ini "jauh lebih kuat" daripada tahun 2014.
Terlebih, ketika instruktur NATO mulai tiba di Ukraina untuk melatih pasukan lokal mereka.
Baca juga: Digempur Rusia 3 Pekan, Ukraina Sadar Tak Bisa Gabung NATO, Zelensky Minta Bantuan
Baca juga: Sampah dan Pengkhianat, Kata Vladimir Putin Terhadap Warga Rusia yang Anti Perang, NATO Terseret
Baca juga: Minggu ke-3 Perang Rusia-Ukraina, Sejumlah Hal Terjadi Mulai Ancaman Nuklir hingga Media Dibungkam
"(Dukungan) yang telah kami berikan kepada mereka selama bertahun-tahun telah terbukti sangat penting," ujarnya.
Stoltenberg mengatakan, saat ini ada 100.000 pasukan Amerika Serikat (AS) di Eropa untuk menahan invasi Rusia.
Pasukan tersebut disiagakan NATO untuk meningkatkan kehadirannya di sisi timur blok itu di tengah invasi Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.
Stoltenberg menyebut, jumlah tentara AS di Eropa telah meningkat sekian ribu orang selama beberapa minggu terakhir.
Baca juga: 4 Dampak Terbesar yang Dirasakan Rusia Setelah Invasi Ukraina, Salah Satunya Alami Kelangkaan Obat
Ia menambahkan, tentara AS tersebut berada dalam tingkat waspada yang tinggi.
Menurutnya, pengerahan tentara AS tersebut merupakan langkah NATO untuk mengirim pesan kepada Moskow bahwa serangan terhadap satu sekutu akan memicu tanggapan dari seluruh aliansi.
Ia juga mengklaim, pengerahan pasukan tersebut bukan tindakan provokasi, tetapi justru menjaga perdamaian.
"Pencegahan pertahanan bukan tentang memprovokasi konflik tetapi mencegah konflik. Ini tentang menjaga perdamaian," kata kepala NATO, dikutip dari Sputnik News.
Serangan Udara Rusia Kian Dekati Wilayah NATO
Diberitakan sebelumnya, sejumlah ledakan dilaporkan terjadi di dekat bandara Lviv, kota sebelah barat Ukraina, Jumat (18/3/2022) pagi waktu setempat.
Sejumlah ledakan tersebut berawal dari serangan rudal Rusia, yang mengakibatkan alarm serangan udara berbunyi di pagi hari.
Serangan tersebut tentu mengkhawatirkan karena semakin dekat dengan wilayah NATO, mengingat Lviv berbatasan langsung dengan Polandia.
Baca juga: NEWS VIDEO Vladimir Putin Kerahkan 75% Militer Rusia dalam Invasi Ukraina
Kepulan asap pun terlihat di atas Lviv saat layanan gawat darurat merespons ledakan tersebut.
Wali Kota Lviv Andriy Sadoviy seperti dikutip dari ABC News, mengungkapkan rudal Rusia mengenai area di dekat bandara.
Tetapi ia menegaskan, serangan tak mengenai bandara tersebut.
Ia menambahkan, beberapa rudal menghancurkan bangunan di pabrik perbaikan pesawat.
Operasi pabrik tersebut telah dihentikan sebelum serangan terjadi, dan tak ada korban jiwa akibat serangan tersebut.
Baca juga: Soal Sanksi Barat, Putin Sesumbar Amerika dan Sekutunya Tak Mampu Kalahkan Rusia
Lviv, hanya berjarak 70 km dari perbatasan Polandia dan menjadi salah satu tujuan dari warga Ukraina yang melarikan diri dari serangan Rusia.
Menurut Sadoviy, saat ini sekitar 200.000 orang yang mengungsi secara internal berada di Lviv.
Pada Senin (14/3/2022), Sadoviy mengungkapkan, Lviv telah mencapai kapasitas maksimalnya.
Ia pun meminta organisasi kemanusiaan internasional untuk memberikan bantuan.
Sedangkan sekitar 50.000 orang melewati stasiun kereta Lviv dalam sehari.
Sementara itu, sebuah ledakan dan asap juga terlihat dari sebelah utara ibu kota Ukraina, Kiev, pada Jumat pagi. Tapi tak ada informasi resmi mengenai serangan tersebut.
Vladimir Putin Digulingkan
Putin memperketat cengkeramannya atas masyarakat Rusia. Menurut Aljazeera, tindakan keras terhadap media independen dan penyedia berita asing telah memperkuat dominasi media pemerintah Rusia yang sangat setia.
Ribuan demonstran anti-perang telah ditangkap, sementara undang-undang baru mengancam hingga 15 tahun penjara karena menyebarkan “berita palsu” tentang tentara.
Ada tanda-tanda keretakan di elit penguasa, dengan beberapa oligarki, anggota parlemen, dan bahkan kelompok minyak swasta Lukoil secara terbuka menyerukan gencatan senjata atau diakhirinya pertempuran.
Seorang editor Rusia mengacungkan papan bertuliskan “No War” selama siaran berita prime-time di TV pemerintah minggu ini.
Baca juga: NEWS VIDEO Vladimir Putin Kerahkan 75% Militer Rusia dalam Invasi Ukraina
Meskipun tidak terlihat mungkin pada tahap ini, kemungkinan Vladimir Putin dijatuhkan dalam reaksi populer atau bahkan kudeta istana tidak dapat dikesampingkan begitu saja.
“Meskipun, keamanan pribadinya sangat baik dan akan sangat baik sampai saat ini. Jadi saya melihatnya sangat kecil kemungkinan itu,” kata Eliot A Cohen dari Center for Strategic and International Studies, sebuah think-tank yang berbasis di Washington.
Keberhasilan militer Rusia
Mengingat senjata superior Rusia, kekuatan udara dan penggunaan artileri yang menghancurkan, analis pertahanan Barat mengatakan pasukan Moskow akan mampu bergerak maju.
Seorang pejabat senior militer Eropa pada Rabu memperingatkan agar tidak meremehkan kemampuan Rusia untuk mengisi kembali kekuatan dan menyesuaikan taktik mereka.
"Rusia tampaknya memiliki masalah logistik dan moral, dengan pasokan diesel dan bahkan pelumas mesin yang terbatas," kata pejabat itu.
“Tapi Anda harus tetap dalam perspektif. Semua itu tidak mengubah superioritas militer Rusia,” katanya.
Moskow secara terbuka merekrut tentara bayaran dari Suriah untuk melengkapi pasukannya, sementara juga menggunakan Wagner Group, sebuah perusahaan keamanan swasta Rusia.
Baca juga: SEDERET FAKTA 18 Hari Invasi Rusia di Ukraina, Zelenskyy Sebut Putin tak Sanggup Taklukan Negaranya
Tetapi bahkan jika mereka merebut kota-kota strategis seperti Kyiv atau pelabuhan selatan Odesa, Putin kemudian akan menghadapi tantangan untuk menduduki mereka.
Rusia memiliki perbatasan dengan tiga negara bekas Soviet yang sekarang menjadi anggota aliansi militer NATO pimpinan AS, yang menganggap serangan terhadap satu anggota sebagai serangan terhadap semua.
Nostalgia Vladimir Putin untuk Uni Soviet dan janjinya untuk melindungi minoritas Rusia – yang ditemukan di negara-negara Baltik – telah meninggalkan pertanyaan terbuka tentang ambisi teritorialnya.
Sedikit yang mengharapkan Vladimir Putin untuk secara terbuka menyerang anggota NATO, yang akan menghadapi risiko serangan nuklir, tetapi analis telah memperingatkan tentang provokasi yang berarti memicu perang.
Putin telah memerintahkan pasukan pencegah nuklir Rusia untuk siaga tinggi dan Menteri Luar Negeri Lavrov juga memperingatkan bahwa “Perang Dunia III hanya bisa menjadi perang nuklir”.
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kepala NATO Sebut Ada 100.000 Pasukan AS Siaga Tinggi di Eropa untuk Menahan Invasi Rusia