Banjir di Kutim
Dinas Lingkungan Hidup Kutai Timur Sebut, Pasang Air Laut dan Curah Hujan Penyebab Banjir Sangatta
Banjir terbesar selama 10 tahun terakhir merendam Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) selama kurang lebih 4 hari.
Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Banjir terbesar selama 10 tahun terakhir merendam Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) selama kurang lebih 4 hari.
Akibatnya, 10 ribu kepala keluarga terdampak dan ribuan lainnya terpaksa mengungsi. Terkait penyebab banjir, banyak ahli yang menyimpulkan berbagai spekulasi mulai dari tanggul jebol hingga kerusakan lingkungan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kutim, Aji Wijaya Effendie dalam pernyatannya menyebutkan bahwa faktor alam yang menjadi sebab utama terjadinya banjir.
Adanya isu tanggul jebol hanya berita bohong dan memang sudah diklarifikasi langsung oleh pihak perusahaan pertambangan terkait.
"Tidak ada tanggul perusahaan pertambangan yang jebol sehingga menyebabkan banjir. Ini untuk meluruskan informasi hoax yang menyebabkan kepanikan dan tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Baca juga: Usai Banjir di Kutai Timur, SDN 001 Sangatta Utara Bersih-bersih Secara Bertahap
Baca juga: PKT Proaktif Salurkan Bantuan Logistik bagi Korban Banjir Sangatta
Baca juga: Telkomsel Salurkan Bantuan bagi Warga Terdampak Banjir di Kutai Timur
Sepanjang 18 Maret 2022, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat, curah hujan di Sangatta mencapai 73 milimeter sehingga masuk kategori deras.
Intensitas curah hujan ini adalah yang tertinggi di Kutai Timur pada tahun 2022 ini.
Dalam rilis yang diterima TribunKaltim.co, Kadis LH mengutip penjelasan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, Erika Mardiyanti, bahwa hujan bermula dari pertemuan angin atau konvergensi.
Kondisi ini memicu peningkatan pertumbuhan awan-awan konvektif atau cumulonimbus. "Hasilnya adalah hujan berintensitas sedang hingga deras yang dapat disertai petir," ujarnya.
Masalahnya adalah, curah hujan yang tinggi tadi bertepatan dengan pasang surut air laut.
Baca juga: Jurnalis Turut Terdampak Banjir di Sangatta Kutai Timur, KPC-AJKT Berbagi Bantuan
Masih menurut BMKG, pasang surut tertinggi di Teluk Sangkulirang terjadi pada 21 hingga 31 Maret 2022.
Pasang tertinggi mencapai 2,3 meter pada pukul 07.00 Wita dan 08.00 Wita sementara pasang terendah 0,4 meter pada pukul 01.00 Wita.
"Prakiraan pasang surut tersebut adalah yang tertinggi pada Maret ini. Untuk bulan sebelumnya, masih dalam pendataan," kata Erika dari BMKG.
Oleh karenanya, sudah bisa dipastikan penyebab banjir merupakan kondisi curah hujan tinggi dan ditambah dengan terjadinya pasang air laut. (*)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.