Berita Internasional Terkini

Zelensky Tuding Rusia Lakukan Kejahatan Perang, Jerman Setujui Sanksi Baru, Rusia Tak Gentar

Di hari ke-39 perang Rusia-Ukraina, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia telah melakukan kejahatan perang.

Sergei SUPINSKY / AFP
Polisi Ukraina membawa mayat dari sebuah bangunan perumahan lima lantai yang sebagian runtuh setelah penembakan di Kyiv pada 18 Maret 2022, ketika tentara Rusia mencoba mengepung ibukota Ukraina. 

TRIBUNKALTIM.CO – Di hari ke-39 perang Rusia-Ukraina, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia telah melakukan kejahatan perang.

Rusia membantah tudingan tersebut.

Kremlin bahkan menuding balik, bahwa Ukraina melakukan provokasi.

Meski Rusia membantah, sanksi ekonomi baru untuk Rusia pun menanti.

Jerman mengatakan bahwa Barat akan setuju untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia dalam beberapa hari mendatang.

Baca juga: Update Perang Rusia vs Ukraina: Skema Kudeta Terhadap Vladimir Putin, Tewas Karena Serangan Jantung

Baca juga: 39 Hari Digempur Pasukan Vladimir Putin, Ukraina Akhirnya Bersedia Penuhi 5 Tuntutan Rusia

Langkah terbaru tersebut diumumkan Jerman setelah Ukraina menuding pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di dekat Kyiv, sebagaimana dilansir Reuters.

Pada Minggu (3/4/2022), Rusia membantah pasukannya bertanggung jawab atas kematian warga sipil di Kota Bucha.

Moskwa justru menuding Ukraina melakukan provokasi.

Reuters melihat mayat-mayat berserakan di seluruh kota.

Salah satu mayat tampak dengan tangan terikat dengan kain putih dan tertembak di mulut.

Dilansir dari Kompas.com, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia melakukan genosida.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan para pendukungnya akan merasakan konsekuensi dari tindakannya.

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht bertutur, Uni Eropa harus berbicara tentang mengakhiri impor gas Rusia.

Sebelumnya, Jerman menolak seruan untuk memberlakukan embargo impor energi dari Rusia.

Baca juga: Update Perang Rusia vs Ukraina: Putin Tarik Mundur Pasukannya & Lepas Kyiv, Tanda-tanda Kalah?

Berlin kerap menuturkan bahwa perekonomian dan negara-negara Eropa lainnya terlalu bergantung pada gas Moskwa.

Rusia memasok 40 persen kebutuhan gas Eropa.

Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio mengatakan, peristiwa di Bucha melepaskan gelombang kemarahan yang akan mengarah pada sanksi baru.

Asap mengepul setelah serangan Rusia di pusat perbelanjaan Retroville dan distrik perumahan Kyiv pada 21 Maret 2022. - Sedikitnya enam orang tewas dalam pemboman semalam di sebuah pusat perbelanjaan di ibukota Ukraina, Kyiv, kata seorang wartawan AFP, dengan tim penyelamat. menyisir puing-puing untuk mencari korban lainnya. (Photo by ARIS MESSINIS / AFP)
Asap mengepul setelah serangan Rusia di pusat perbelanjaan Retroville dan distrik perumahan Kyiv pada 21 Maret 2022. - Sedikitnya enam orang tewas dalam pemboman semalam di sebuah pusat perbelanjaan di ibukota Ukraina, Kyiv, kata seorang wartawan AFP, dengan tim penyelamat. menyisir puing-puing untuk mencari korban lainnya. (Photo by ARIS MESSINIS / AFP) (AFP/ARIS MESSINIS)

Di Maio juga tidak mengesampingkan bahwa dalam beberapa jam ke depan, mungkin ada perdebatan tentang masalah impor energi fosil dari Rusia.

Dia juga menuturkan bahwa negaranya tidak akan memveto jika Eropa membuat paket sanksi lainnya kepada Rusia.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mengatakan, mereka yang melakukan kejahatan perang harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

Selain itu, Inggris mengatakan pihaknya meningkatkan sanksi kepada Rusia sedangkan Perancis mengutuk pelanggaran besar-besaran oleh pasukan Rusia di Ukraina.

Baca juga: CARA Vladimir Putin Pukul Balik Sanksi Barat, Rubel Rusia Menguat, Uni Eropa Pusing Soal Pasokan Gas

Sanksi

Kremlin mengatakan, sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada Barat sama dengan deklarasi perang ekonomi.

Rusia mengatakan, Moskwa sekarang akan melihat ke arah timur untuk mitra seperti China dan India. Rusia menghadapi kontraksi ekonomi terbesar selama beberapa dekade terakhir akibat sanksi dari Barat.

Putin menuturkan, Barat tidak mengerti apa-apa tentang Rusia jika menganggap Moskwa akan menyerah pada sanksi.

Pemutusan gas dari Rusia ke Eropa akan menghapus pertumbuhan di ekonomi terbesar “Benua Biru”, membuat harga energi melambung dan mendorong gelombang inflasi yang tinggi.

Baca juga: 37 Hari Perang Rusia-Ukraina, Dukungan untuk Putin Naik, Biden Terpaksa Lepas Cadangan Minyak Mentah

Di sisi lain, Rusia, yang telah memasok gas ke Eropa sejak 1970-an, akan kehilangan pendapatan senilai ratusan miliar dollar AS jika aliran gas ke Eropa diputus.

“Dunia jauh lebih besar dari Eropa, dan faktanya Rusia jauh lebih besar dari Eropa. Jadi, cepat atau lambat kami akan berdialog tidak peduli apa yang diinginkan orang-orang di seberang lautan," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada televisi pemerintah Channel One. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved