Berita Kubar Terkini
Sejarah Masjid Sabilussalam di Melak Kubar, Dibangun Sejak Zaman Kerajaan Mulawarman
Kabupaten Kutai Barat tidak hanya memiliki kearifan lokal dan budaya yang masih kental, tetapi juga tempat-tempat bersejarah
Penulis: Zainul | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SENDAWAR - Kabupaten Kutai Barat tidak hanya memiliki kearifan lokal dan budaya yang masih kental, tetapi juga tempat-tempat bersejarah, termasuk di antaranya adalah rumah ibadah berupa masjid.
Menurut sejarahnya, Masjid Sabilussalam yang terletak di Jl. 17 Agustus, Melak Ilir merupakan masjid pertama.
Sekaligus masjid tertua di Melak. Hal ini dikarenakan masjid tersebut dibangun pada tahun 1912-an atau sejak zaman Kerajaan Mulawarman.
Sampai saat ini, masjid tersebut masih ramai dikunjungi umat muslim meski telah beberapa kali direnovasi.
Baca juga: Masjid Tertua di Nigeria yang Dibangun Tahun 1891, Inilah Sejarah Masjid Shitta Bey
Baca juga: Ada Jejak Presiden Soeharto di Masjid As-Syifa Ulinnas RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda
Baca juga: Pernah Dijatuhi Bom Kala Perang Dunia, Masjid Jami Al Ula Balikpapan Masih Berdiri Kokoh
Bahkan saat bulan Ramadan masjid tersebut menjadi pilihan utama sebagian masyarakat untuk melaksanakan sholat tarawih.
Hal ini membuktikan bahwa Bumi Tanaa Purai Ngeriman (Julukan Kutai Barat), ternyata juga memiliki warisan budaya Islam yang penuh dengan nilai sejarah. Masjid Sabilussalam berdiri megah di atas tanah seluas 20x20 meter persegi.
"Setiap waktu salat, masjid ini selalu didatangi ratusan umat Islam," kata H Imansyah Said, Ketua Takmir Masjid Sabilussalam, Jumat (8/4).
Dia menjelaskan bahwa masjid tersebut awalnya hanya berukuran 10x10 M2 dengan tinggi atap 3,5 meter dibangun sejak tahun 1958.
"Saat ini telah direnovasi dan diperluas menjadi 20x20 M2. Masjid tak pernah sepi dari pengunjung," jelasnya.
Sementara itu, masyarakat yang tinggal tak jauh dari lokasi masjid tersebut menuturkan masjid Sabilussalam sudah ada sejak zaman Kerajaan Mulawarman.
Saat itu Melak merupakan satu dari sekian banyak daerah di bawah kekuasaan Raja Mulawaman. Penduduk Melak merupakan keturunan Aji (sebutan Raja-raja Kutai).
Saat itu keturunan Aji yang mendiami Melak mendirikan masjid berukuran 10x10 dari bahan kayu di tepi Sungai Mahakam. Di bawah masjid terdapat makam.
"Entah itu kuburan siapa, yang jelas itu merupakan kuburan keturunan raja," jelasnya.
Namun pada 1958 masjid tersebut runtuh akibat abrasi Sungai Mahakam.
Saat itu juga para keturunan Aji kembali membangun masjid, berukuran 10 x 10 terletak 100 meter dari tepi Sungai Mahakam. Di atas tanah yang diwakafkan warga bernama Pakar dan Ocon.
"Setelah itu nenek kami kembali mewakafkan tanah seluas 10x12 meter persegi," jelasnya.
Setelah mendapat restu dari warga yang dermawan, ketua masjid yang saat itu bermana H Muhammad Said serta pengurus lainnya, yakni Syahrun dan Salman merenovasi masjid dan memperluas bangunannya.
Tahun 1970-an cucu dari Pakar bernama Kubi dan Nurdin kambali mewakafkan tanah seluas 20x20 M2.
Seiring berjalannya waktu, dan beberapa kali melakukan pergantian ketua masjid.
"Akhirnya 2006, Imansyah Said, anak dari M Said ditunjuk sebagai Ketua Masjid Sabillussalam," jelasnya. (*)