Apa Itu Asteroid? Lengkap Pengertian, Ciri-ciri dan Kejadian Mengerikan yang Pernah Terjadi di Bumi
Apa itu asteroid? berikut pengertian, ciri-ciri hingga kejadian mengerikan yang pernah terjadi di bumi.
TRIBUNKALTIM.CO - Apa itu asteroid? berikut pengertian, ciri-ciri hingga kejadian mengerikan yang pernah terjadi di bumi.
Asteroid adalah benda berbatu yang berputar mengelilingi Matahari.
Ia juga disebut sebagai planetoid atau planet minor, namun ukurannya terlalu kecil untuk disebut planet.
Terdapat jutaan asteroid dengan ukuran yang sangat beragam. Secara total, massa semua asteroid lebih kecil dibandingkan massa Bulan Bumi.
Baca juga: Terjawab Sudah Kenapa Benua Amerika Sering Disebut sebagai Benua Merah, Ada Fakta Unik di Baliknya
Dilansir dari Space, terlepas dari ukurannya, asteroid bisa berbahaya.
Banyak di antaranya yang telah menabrak Bumi di masa lampau dan mungkin masih banyak lagi yang akan menghantam Bumi di masa mendatang.
Oleh sebab itu, seperti dilansir Kompas.com, para ilmuwan terus mempelajari mengenai jumlah, orbit, dan karakter fisik asteroid.
Ciri-ciri asteroid
Dilansir dari Sumber Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), berikut adalah ciri-ciri asteroid:
1. Asteroid memiliki bentuk yang tidak beraturan
Bentuk asteroid tampak seperti batu-batuan yang bulat, lonjong, namun bersudut-sudut.
Permukaan asteroid juga tidak rata dan terdapat lubang atau kawah di permukaannya.
2. Asteroid mengorbit Matahari
Asteroid mempunyai lintasan yang berbentuk lonjong untuk mengorbit Matahari.
Dalam orbitnya, asteroid terkadang berputar dan terjatuh.
Keadaan ini yang dapat membahayakan karena asteroid bisa saja mengantam Bumi dan menimbulkan kerusakan.
3. Asteroid tersusun dari debu dan es
Asteroid tersusun dari elemen debu dan es.
Debu-debu tersebut membeku karena adanya es, terlebih lagi jarak yang jauh dari Matahari.
Debu dan partikel ini sangat keras sehingga asteroid pun merupakan benda yang sangat keras.
4. Asteroid berukuran lebih kecil dibandingkan planet kerdil
Ukuran asteroid lebih kecil dibandingkan planet kerdil. Ukuran asteroid ini hanya berdiameter sekitar 1 hingga 60 mil.
5. Asteroid tidak aktif
Meski asteroid dapat bergerak bebas di ruang angkasa, benda ini hanya mengorbit Matahari dan tidak aktif seperti meteor.
6. Jumlah asteroid terbanyak berada di sabuk asteroid
Asteroid tersebar di seluruh tata surya, namun yang paling banyak memiliki asteroid adalah sabuk asteroid, yakni di antara orbit Mars dan Jupiter.
Adapun jumlah asteroid di sabuk asteroid adalah sekitar 750.000.
Bertahan dari Hantaman Asteroid, Nenek Moyang Manusia Tinggalkan Pohon
Ketika asteroid menghantam Bumi 66 juta tahun yang lalu dan memusnahkan dinosaurus serta tiga perempat kehidupan di planet, nenek moyang awal primata dan marsupial menjadi satu-satunya mamalia penghuni pohon (arboreal) yang bertahan.
Padahal, spesies arboreal sebenarnya sangat berisiko tak selamat karena kebakaran hutan yang disebabkan tumbukan asteroid itu.
Lalu bagaimana mereka selamat?
Mengutip Science Daily, Senin (18/10/2021) dalam studi terbaru peneliti menemukan, jika sebagian besar mamalia yang masih hidup itu rupanya tak bergantung pada keberadaan pohon.
Mereka, termasuk nenek moyang manusia cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan hilangnya pepohonan.
Mengutip Kompas.com, temuan ini menunjukkan pengaruh peristiwa kepunahan, yang dikenal sebagai batas Kapur-Paleogen (K-Pg), dalam membentuk evolusi awal dan diversifikasi mamalia.
"Satu penjelasan yang mungkin tentang bagaimana primata bertahan hidup melintasi batas K-Pg mungkin karena beberapa fleksibilitas perilaku," ungkap Jonathan Hughes, peneliti yang terlibat dalam studi.
Hughes menjelaskan, mamalia paling awal muncul kira-kira 300 juta tahun yang lalu dan mungkin telah terdiversifikasi bersamaan dengan perluasan tanaman berbunga sekitar 20 juta tahun sebelum peristiwa K-Pg.
Namun, saat asteroid menghantam banyak dari garis keturunan mamalia ini mati.
"Pada saat yang sama, mamalia yang bertahan hidup terdiversifikasi ke semua relung ekologi baru yang terbuka ketika dinosaurus dan spesies lain punah," kata Hughes.
Dalam studi ini para peneliti menggunakan filogeni yang diterbitkan untuk mamalia.
Filogeni adalah diagram yang menunjukkan keterkaitan evolusi di antara kelompok organisme.
Peneliti kemudian mengklasifikasikan setiap mamalia hidup pada filogeni ke dalam tiga kategori yaitu arboreal, semi arboreal, dan non arboreal, berdasarakan habitat mereka.
Peneliti juga merancang model komputer yang merekonstruksi sejarah evolusi mamalia.
Lalu untuk menginterpretasikan preferensi habitat hewan, peneliti membandingkan informasi yang diketahui dari mamalia hidup dengan fosil mamalia untuk membantu memberikan konteks tambahan untuk hasil analisis mereka.
Secara umum, model menunjukkan bahwa spesies yang bertahan melalui peristiwa kepunahan K-Pg sebagian besar adalah non arboreal.
Jadi kemungkinan kelompok hewan telah berubah dari waktu ke waktu.
"Kami dapat melihat menjelang peristiwa kepunahan K-Pg ada lonjakan besar dalam transisi dari mamalia arboreal dan semi arboreal menjadi non arboreal," tambah Hughes.
Studi ini dipublikasikan di jurnal Ecology and Evolution.
(*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.