Berita Samarinda Terkini

Kenali Hipnotis dan Cara Menghindarinya, Praktisi Hipnosis dan Hipnoterapi Samarinda Beri Edukasi

Terungkapnya kasus penipuan dengan modus pengobatan alternatif seperti gendam dan hipnotis di Kota Samarinda pada Selasa (12/4/2022) lalu, mengundang

Penulis: Rita Lavenia |
HO/PRIBADI
Aditya Lesmana, Cht (kiri, jas hitam), Praktisi hipnosis dan hipnoterapi Indonesia. HO/PRIBADI 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Terungkapnya kasus penipuan dengan modus pengobatan alternatif seperti gendam dan hipnotis di Kota Samarinda pada Selasa (12/4/2022) lalu, mengundang banyak reaksi dari berbagai kalangan.

Salah satunya, Aditya Lesmana selaku praktisi hipnosis dan hipnoterapis dari Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia mengatakan, masyarakat memang perlu diberikan edukasi terkait hipnotis itu sendiri.

Ia menjelaskan hipnotis adalah orang yang menggunakan keahlian hipnosis yang biasanya disematkan kepada orang yang berprofesi di dunia hiburan.

"Seperti Kang Ferdian yang sering dijumpai di televisi itu bisa disebut hipnotis," jelasnya saat dikonfirmasi Jumat (15/4/2022).

Sedangkan hipnosis sendiri, lanjutnya, merupakan kondisi mental tertentu (keadaan hampir tidur) di gelombang otak Alpha dan atau Theta, memiliki pengertian lain tertembusnya faktor kritis sehingga orang tersebut menjadi reseptif atau mudah menerima sugesti.

Baca juga: Seorang Remaja Putri di Jateng Dihipnotis, Baru Sadar Usai Disuruh Ngamen di Kota Tua Jakarta

Baca juga: Warga Tenggarong Dihipnotis, Uang dan Perhiasan Sekitar Rp 4 Juta Raib

Tetapi, ia menjelaskan penembusan pikiran bawah sadar di sini tidak hanya bisa dilakukan dengan hipnosis, ada banyak cara, beberapa di antaranya:

1. Figur otoritas

Orang yang memiliki otoritas tinggi cenderung gampang mempengaruhi orang lain.

Sehingga ucapannya diterima oleh akal dan perasaan seseorang, contohnya guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, komandan, atasan, orang tua dan lainnya.

2. Repetisi atau pengulangan

Sesuatu yang diulang sangat bisa memengaruhi seseorang, contoh iklan di TV yang berulang-ulang.

3. Emosi intens

Aditya Lesmana mengatakan, ini yang sering dilakukan penipu atau penjahat, memanfaatkan perasaan atau emosi, misal emosi kasihan dan emosi tamak.

Baca juga: Beda Ilmu Hipnotis dan Gendam, Begini Penjelasan Praktisi di Balikpapan

Lalu, lanjutnya, mungkin orang bertanya, bagaimana bisa hal tersebut mempengaruhi orang lain?

Ia memberi contoh, ada orang datang membawa anak kecil dengan wajah sedih, dan beralasan mau pulang kampung namun tidak memiliki ongkos, yang menyebabkan masyarakat terpengaruh dengan mudah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved