Virus Corona
Ada Apa dengan China? Saat Dunia Mulai Berdamai dengan Corona, 340 juta Warganya Masih Kena Lockdown
Saat sebagian besar negara di dunia telah memutuskan untuk hidup senormal mungkin dalam menghadapi kasus covid-19, kondisi berbeda terlihat di China
TRIBUNKALTIM.CO - Saat ini, sebagian besar negara di dunia saat ini telah memutuskan untuk hidup senormal mungkin dalam menghadapi kasus covid-19.
Namun, hal ini tidak berlaku di Cina.
Diperkirakan 340 juta orang dalam 46 kota di Cina sedang melakukan pembatasan atau lockdown karena kasus muncul di beberapa provinsi.
Pada hari Kamis (28/04/22) pihak berwenang Guangzhou menghentikan ratusan penerbangan setelah deteksi kasus yang dicurigai.
Baca juga: Tekan Penyebaran Covid-19, Seluruh Sekolah di Ibu Kota China Beijing Ditutup
Di Hangzhou, semua penduduk telah diberitahu untuk melakukan tes setiap 48 jam jika ingin berkeliling kota.
Di Shanghai, beberapa penduduk melakukan protes dengan memukul-mukul panci dan wajan di depan jendela mereka karena mereka telah dilanda kekurangan makanan akibat penerapan lockdown selama berminggu-minggu.
Di sisi lain, warga ibukota Cina Beijing telah mempersiapkan makanan dengan menimbunnya.
Hal itu diantisipasi jika nantinya akan ada pemberlakuan lockdown seperti di Shanghai.
Lebih dari dua tahun pandemi, Cina menetapkan varian Omicron yang dapat ditularkan melalui uber akan dikendalikan melalui pengujian massal, pembatasan perjalanan, dan lockdown.
Hal lain diungkapkan oleh Analis asing dan pakar kesehatan yang mengungkapkan bahwa Cina belum bisa terbuka.
Mereka juga mempertanyakan kemanjuran vaksin dalam negeri, dan penolakan pemerintah untuk menyetujui vaksin buatan luar negeri.
dan juga para analis khawatir bahwa Cina tidak akan bergabung dengan dunia berdamai dengan covid bahkan ketika kondisinya lebih baik.
Mereka mengatakan zero-covid sangat terkait dengan legitimasi politik partai Komunis Cina dan pemimpinnya, Xi Jinping, sehingga tidak ada jalan keluar.
Sebagai dampak dari nol-covid mengganggu keinginan rakyat dan kesehatan ekonomi, dan wabah yang berkembang di ibukota, legitimasi itu mungkin terancam.
“Legitasi kekuasaan politik PKC terletak pada kemampuannya untuk menyediakan mata pencaharian, keamanan dan kesehatan. Mereka harus menunjukkan kompetensi mereka,” kata Prof Chi Chunhuei, direktur pusat kesehatan global Universitas Negeri Oregon dikutip TribunKaltim.co dalam berita Guardian.