Rektor ITK Viral
Ketua MUI Kecam Tulisan Rektor ITK Prof Budi Santosa: Universitas Harus Dibersihkan dari Orang Rasis
Hebohnya postingan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko di akun Facebook pribadinya memicu reaksi,
TRIBUNKALTIM.CO - Hebohnya postingan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko di akun Facebook pribadinya memicu reaksi dari banyak pihak.
Rektor Prof Budi Santosa dinilai rasis dan tak layak menyandang gelar akademik guru besar.
Ya, tulisan Prof Budi Santosa di akun media sosialnya viral karena dianggap mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dirinya menunjukkan sikap kurang setuju kepada mahasiswa yang mengucapkan kalimat dalam ajaran Islam.
Prof Budi Santosa juga dinilai diskrimitatif pada perempuan berhijab dalam postingan tersebut.
Baca juga: Bikin Gaduh, Tulisan Rektor ITK Prof Budi Santosa Purwokartiko yang Dianggap Diskriminatif dan SARA
Baca juga: Akademisi Unmul Sayangkan Guru Besar Institut Teknologi Kalimantan Bersikap Rasis
Baca juga: ITK Gelar Konferensi Pers Pemilihan Rektor, Harapkan Calon yang Berwawasan Global
Tak ayal, tulisan Prof Budi yang dibuat pada 27 April 2022 viral di medsos, dan memicu reaksi netizen.
Termasuk komentar dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis.
Menurut Cholil Nafis, Budi Santosa harus diberi tindakan dan pelajaran.
Karena menurutnya, gelar rektor yang disandang tidak mencerminkan bagaimana pemimpin instansi pendidikan tinggi.
"Harus diberi tindakan dan diberi pelajaran orang semacam ini. Tak layak dg gelar akademik guru besar dan penyeleksi beasiswa LPDP yg uangnya berasal dari rakyat.
Dia Terjangkit penyakit hasud dan premitif. Seharusnya dibersihkan perguruan tinggi dari orang rasis itu," tulis Cholil Nafis di akun Twitter seperti dilansir TribunKaltim.co, Sabtu (30/4/2022).

Dosen di UIN Syarif Hidayatullah dan Universitas Indonesia ini juga meminta kampus ITK diselidiki.
"Coba ada yg menyelidiki di kampus itu apakah pengajaran agama dikurangi atau bahkan tak boleh ada kajian agama," terusnya.
Menurut Cholil Nafis, Budi Santosa sebaiknya mundur dari jabatannya sebagai rektor kampus ITK.
"Klo tak diakui sebagai rektor begini bagusnya mundur aja dari rektor ya sehingga tak ada keterkaitan antara Prof. Budi dg kampus ITK," tambahnya.
Tak cuma Cholil Nafis, Mantan Sekretaris BUMN Said Didu turut berkomentar terkait pernyataan Rektor ITK Prof Budi Santosa.
Said Didu melalui akun twitter pribadinya setuju jika Prof Budi Santosa diberi tindakan tegas.
Komentar ini ditulis Said Didu dengan mengutip tweet Cholil Nafis sebelumnya yang mengomentari postingan viral tersebut.
Menurut Said Didu, rektor ITK berjiwa SARA dan Islamphobia.
Dan akan berbahaya jika diberi jabatan karena akan memecah belah bangsa.
"Persoalan ini sangat serius krn seorang rektor ITK berjiwa SARA dan Islamphobia. Jika orang2 seperti mereka diberikan jabatan maka bangsa ini bisa pecah," tulisnya.
Baca juga: Tak Perlu Semua Kampus Pindah, ITK Jadi Harapan Pendidikan di Calon IKN
Tulisan Prof Budi Santosa yang Viral:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa.
Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen.
Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.
Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi.
(TribunKaltim.co)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel