Berita Internasional Terkini
Tolak Kembali ke Ukraina, Kota Kherson Pilih Gabung Rusia Secara Sukarela Tanpa Referendum
Rusia berhasil menguasai sejumlah wilayah di Ukraina, melalui perang yang telah berlangsung kurang lebih dua bulan
"Masalah ini membutuhkan alasan yang sah dan sah, mirip dengan kasus Krimea," kata Dmitry Peskov dalam konferensi pers di Moskow.
Baca juga: AKHIRNYA Ukraina Berhasil Pukul Mundur Pasukan Rusia di Kharkiv, Zelenskyy Bersiap Fase Baru Perang
"Pada akhirnya, rakyat Kherson harus memutuskan apakah merger dengan Rusia harus dilakukan. Rakyat Kherson akan menentukan masa depan mereka sendiri," kataanya.
"Tentu saja, masalah ini perlu dibahas secara jelas dan hati-hati. Perlu ada landasan hukum yang jelas," jelas Peskov.
Ketika ditanya lebih lanjut tentang apakah Kremlin menganggap benar untuk mengadakan referendum di Kherson.
Peskov menjawab, "Saya mengatakan apa yang ingin saya katakan. Saya tidak menyebutkan referendum sebagai ide".
Pada tanggal (26/4), militer Rusia mengumumkan "pembebasan" Kherson, sebuah kota berpenduduk sekitar 300.000 di Ukraina selatan.
Kontrol Kherson memiliki arti strategis bagi militer Rusia karena kota itu bisa menjadi sumber air bersih bagi semenanjung Krimea.
Kherson juga merupakan penghubung penting di koridor darat strategis yang menghubungkan Krimea ke Donbass militer Rusia.
Mykhailo Podolyak, seorang penasihat Presiden Ukraina Zelenskyy, mengatakan pada 11 Mei bahwa Kiev menentang setiap keputusan Kherson untuk bergabung dengan Rusia.
"Jika mereka mau, mereka bisa bergabung menjadi Mars atau Jupiter. Namun, pasukan Ukraina akan merebut kembali kota itu," kata Podolyak di media sosial.
Sementara itu, Kepala Intelijen Militer Ukraina Mayor Jenderal Krylyo Budanov mengungkapkan, perlawanan terhadap Rusia berjalan dengan baik.
Baca juga: Kisah Warga Indonesia Lolos dari Maut di Ukraina, Mungkin Belum Takdir untuk Mati
Budanov menegaskan, penyerangan Rusia akan usai di akhir tahun ini.
Ia juga memprediksi, puncak perubahan dalam serangan Rusia akan terjadi pada pertengahan Agustus.
Sejauh ini, itu merupakan prediksi paling optimistis dari seorang pejabat senior Ukraina.
“Saya optimistis. Puncak perubahan akan terjadi pada pekan kedua Agustus,” katanya dikutip dari Sky News.