Berita Nasional Terkini

Peneliti CSIS Arya Fernandes Sebut KIB Dibutuhkan untuk Dinamika Politik Jelang Pemilu 2024

Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai keberadaan Koalisi Indonesia Bersatu strategis dan dibutuhkan untuk dinamika politik

Editor: Mathias Masan Ola
(Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim)
Peneliti CSIS Arya Fernandes di Kantor CSIS. Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai keberadaan Koalisi Indonesia Bersatu strategis dan dibutuhkan untuk dinamika politik nasional menjelang Pemilu 2024.

Peneliti CSIS Arya Fernandes menuturkan, langkah KIB yang diinisiasi Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PAN, dan Ketum PPP menarik sehingga bisa merebut perhatian publik setelah DPR mengumumkan tahapan pemilu 2024.

Arya menyebut manuver yang dilakukan ketiga partai untuk membentuk KIB sejak dini, berpotensi diikuti partai lainnya. Menurutnya, munculnya KIB akan membuat perubahan tren perilaku partai dalam berkoalisi.

Ia memprediksi, pascakeberadaan KIB, partai-partai lain akan menggabungkan diri dalam koalisi.

CSIS mencermati ada sejumlah dampak pembentukan KIB yang merupakan koalisi strategis. Pertama, KIB sudah memenuhi persyaratan dukungan 20 persen pencalonan pasangan presiden dan wakil presiden. Gabungan suara tiga partai tersebut mencapai 25,7 persen.

Baca juga: PKS & PKB Bentuk Koalisi Semut Merah, Golkar Sebut Terbuka Jika Ingin Gabung dengan KIB, Sikap PDIP

Baca juga: Airlangga Sebut KIB Punya Kader Sendiri, Tak Mungkin Usung dari Partai Luar

Baca juga: Ketua Umum Projo Sebut KIB Lakukan Manuver Cerdas di Tengah Kebekuan Politik

Kedua, di dalam KIB, Golkar, PAN, dan PPP memiliki banyak waktu untuk mendiskusikan platform kebijakan yang ingin dibawa pada kontestasi pemilu.

"Waktu yang cukup lama untuk mengelaborasi kepentingan politik masing-masing partai dan memiliki potensi untuk menciptakan koalisi permanen yang berlandaskan pada ide dan gagasan, setidaknya menuju momen pemilihan,” tutur Arya dalam keterangan, Jumat (10/6/2022).

CSIS memprediksi Pilpres dan Pileg pada 14 Februari 2024 akan berlangsung kompetitif dan ketat. Menurutnya, ada tiga hal yang membuat pesta demokrasi lima tahunan ini berlangsung sengit.

Pertama, jarak elektabilitas di antara tokoh-tokoh populer pada hasil survei cukup dekat. Kedua, masih cairnya koalisi antar partai.

"Ketiga, tidak adanya petahana dalam pemilu 2024 tersebut,” tegas Arya.

Baca juga: Golkar Sebut Ketum Projo Hadir di Silatnas KIB Hanya Silaturahmi, Pengamat Politik: Simbol Politik

Arya menambahkan, koalisi dini yang dilakukan KIB memberikan partai anggotanya memiliki daya tawar politik bagi calon yang dianggap potensial untuk diusung di Pilpres 2024.

Ketiga partai juga memiliki kesempatan dan keleluasaan untuk melakukan uji publik kandidat potensial untuk menjadi calon presiden. Selain itu, keberadaan KIB akan mendorong partai-partai lain untuk juga melakukan konsolidasi serupa.

“Artinya, pembentukan lebih dari dua poros politik menjelang 2024 dapat terealisasi,” ujarnya. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved