Berita Nasional Terkini

Profil Anies Baswedan dan Kontroversinya, Terkuak Alasan Bakal Capres NasDem Dicopot dari Mendikbud

Ini biodata dan profil Anies Baswedan yang menguat jadi calon Presiden (Capres) Partai NasDem dan sederet kontroversinya.

Editor: Doan Pardede
Instagram Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendampingi Presiden Jokowi mengecek sirkuit Formula E. Inilah biodata dan profil Anies Baswedan yang menguat jadi calon Presiden (Capres) Partai NasDem dan sederet kontroversinya. 

TRIBUNKALITM.CO - Inilah biodata dan profil Anies Baswedan yang menguat jadi calon Presiden (Capres) Partai NasDem dan sederet kontroversinya.

Selain soal biodata dan profil  simak juga alasan Anies Baswedan dicopot dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud).

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kini tengah menjadi sorotan lantaran menjadi satu dari 3 nama yang menguat menjadi bakal calon presiden (capres) Pemilu 2024 pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem.

Dua nama lainnya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Baca juga: Rocky Gerung Bongkar Anies Baswedan Diasuh Jusuf Kalla, Jokowi Halangi Gubernur DKI Jakarta

Baca juga: Djayadi Hanan: Chemistry Anies Baswedan pada Nasdem Lebih Kuat Dibanding Ganjar Pranowo

Baca juga: Rocky Gerung Akui Potensi JK Dukung Anies Baswedan Jadi Capres 2024 Dibatalkan Reshuffle Kabinet

Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengungkapkan alasan dipilihnya tiga nama untuk menjadi bakal calon presiden (capres) Pemilu 2024 pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem.

Willy mengatakan, alasan Anies dan Ganjar dipilih lantaran keduanya memiliki elektabilitas yang kuat di banyak survei.

"Ya itu lah rasionalitas berpolitik, bagaimana dua besar itu hampir di semua survei yang kami lakukan, dalam survei dapil yang kami lakukan, dua nama itu sangat dominan. Sehingga itu menjadi pilihan yang rasional bagi kami Partai Nasdem," ujar Willy kepada wartawan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jumat (17/6/2022) malam, seperti dilansir Kompas.com.

Sedangkan untuk Andika Perkasa, Willy menjelaskan, pengusulan Panglima TNI itu berdasarkan pertimbangan variabel yang lebih kualitatif.

"Bagaimana komitmen menjaga negara bangsa, bagaimana komitmen menjaga stabilitas, dan kemudian keseimbangan antara representasi sipil dan militer," tuturnya.

Setelah mengusulkan ketiga nama tersebut, Willy mengatakan, Nasdem akan menjalin komunikasi dengan Anies, Ganjar, dan Andika.

Nasdem akan terlebih dahulu mendengar respons dari ketiga nama bakal capres tersebut.

"Komunikasi kultural, komunikasi emosional, personal approach, tentu akan kami bangun dengan tiga kandidat tersebut," imbuh Willy.

Sebelumnya, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Jenderal Andika Perkasa menjadi nama yang diusulkan Partai Nasdem menjadi kandidat capres Pemilu 2024.

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yakin tim Steering Comittee Rakernas Nasdem telah merenungkan ketiga nama capres itu dengan serius sebelum menyerahkan nama-nama itu kepadanya.

"Rekomendasi yang ditujukan kepada saya, dengan amanah rakernas ini memutuskan menetapkan rekomendasi nama-nama bakal capres RI yang akan diusung Partai Nasdem pada Pemilu 2024 yang akan datang dari tiga nama. Tiga nama ini adalah pilihan saudara-saudara," kata Surya Paloh.

"Saya akan bacakan, penetapan rekomendasi bakal capres pada Pemilu 2024. Pertama, Anies Rasyid Baswedan, kedua Muhammad Andika Perkasa, ketiga Ganjar Pranowo," kata Surya. 

Baca juga: Koalisi Semut Merah Duetkan Muhaimin-Anies di Pilpres 2024, Politisi PKB: Masih Penjajakan

Ditanya Soal Capres, Anies Baswedan Lempar Senyum

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hanya melempar senyum saat ditanya oleh awak media soal hasil Rakernas Partai Nasdem, dimana banyak DPW yang mengusulkan namanya untuk menjadi calon presiden.

Anies tak mengeluarkan sepatah kata apa pun usai memberikan sambutan di acara Silatnas Jaringan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI) pada Jumat, (17/6/2022).

Disaat yang sama, Anies juga ditanya mengenai banyak hal, seperti harga cabe yang sedang meroket hingga soal Formula-E.

Simak selengkapnya dalam video berikut KLIK

Anies Baswedan, dari Rektor Termuda hingga Kontroversi di Panggung Politik

Siapa tak kenal dengan Anies Baswedan.

Pria bernama lengkap Anies Rasyid Baswedan mulai dikenal publik ketika menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina periode 2007-2015.

Kala itu, Anies tercatat jadi rektor termuda di Indonesia dengan usia 38 tahun. Karir Anies di bidang akademis memang tak perlu diragukan.

Dia lahir dari keluarga akademisi.

Anies dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid.

Sang ayah, Rasyid Baswedan, merupakan Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia (UII).

Sedangkan ibunya, Aliyah, adalah Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Dari garis ayahnya, Anies juga merupakan cucu dari pejuang nasional Abdurrahman Baswedan.

Tumbuh di tengah keluarga yang sangat menjunjung tinggi pendidikan membuat Anies juga menempuh pendidikan sampai jenjang tertinggi.

Baca juga: Anies & Ganjar, Nama Capres yang Paling Banyak Diusulkan dalam Rakernas Nasdem, Ada Nama 2 Jenderal

Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Anies melanjutkan kuliah S2 di University of Maryland.

Sementara itu, dia menamatkan S3 di Northern Illinois University.

Darah akademisi juga membuat Anies menggulirkan program Indonesia Mengajar yakni sebuah gerakan inspirasi kaum muda mengajar di pelosok-pelosok daerah terpencil di Indonesia.

Masuk ke politik lewat konvensi

Tak puas berkarir di bidang pendidikan, Anies mulai masuk ke dunia politik.

Tahap pertama upayanya terjun ke dunia politik adalah dengan mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat.

Anies menerima undangan dari partai besutan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono itu bersama 11 orang lainnya pada Agustus 2013.

Anies pun memulai rangkaian konvensi dengan melakukan kampanye ke berbagai daerah.

Dia juga membentuk sebuah komunitas relawan bernama "turun tangan" untuk memuluskan langkahnya dalam konvensi.

Kandidat lain juga melakukan hal yang sama.

Saat itu para pesaing Anies yakni Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo dan Sinyo Harry Sarundajang.

Namun, sayangnya, konvensi ini tak berlanjut sampai kontestasi pemilihan presiden 2014 gara-gara suara Partai Demokrat merosot drastis setelah dihantam kasus korupsi sejumlah kadernya.

Jadi menteri dan kena reshuffle

Anies tampaknya juga tidak muluk-muluk menyasar untuk langsung menjadi calon presiden saat mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat.

Pelan tapi pasti, nama Anies mulai dikenal publik setelah mengikuti konvensi itu.

Hal ini langsung dilirik oleh pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang sudah mendapatkan dukungan sejumlah partai untuk maju dalam Pilpres 2014.

Jokowi langsung merekrut Anies untuk masuk dalam tim suksesnya.

Tak tanggung-tanggung, Anies ditunjuk sebagai juru bicara paslon Joko Widodo - Jusuf Kalla pada Pilpres 2014.

Posisi strategis itu semakin membuat nama Anies kian berkibar.

Anies pun lebih dikenal luas, apalagi selalu bersama Jokowi dalam setiap aktivitas kampanye di berbagai daerah.

Jokowi-JK akhirnya memenangi Pilpres 2014.

Anies lalu dipercaya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikbud) dalam Kabinet Kerja 2014-2019.

Namun, jabatan menteri tak bertahan lama.

Anies harus terpental dari kabinet karena terkena reshuffle pada Juli 2016.

Anies ungkap alasan dicopot dari Mendikbud

Presiden Joko Widodo mencopot Anies Baswedan dari jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu (27/7/2016) lalu.

Anies dicopot bersama tujuh menteri Kabinet Kerja lainnya.

Pencopotan Anies ini lalu mengundang reaksi netizen.

Dari delapan menteri yang dicopot, pencopotan Anies-lah yang paling dipertanyakan, mengapa Anies diganti?

Kepada Kompas.com di kediamannya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (28/7/2016), Anies tidak banyak berkomentar soal spekulasi alasan mengapa Presiden mencopot dirinya.

Namun, dengan tegas ia menampik jika pencopotan disebut-sebut lantaran kementeriannya tidak memiliki prestasi alias kinerja yang baik.

"Jadi ini bukan karena kinerja saja, tetapi mungkin ada kepentingan lain yang harus diakomodasi, mungkin ya. Ada keperluan lain yang mengharuskan ada orang berbeda di tempat saya dahulu.

Saya percaya apa yang dilakukan Presiden untuk memastikan pemerintahan berjalan baik," ujar Anies.

Ia menegaskan, kementeriannya telah mencapai hasil yang baik, meski diakui memang masih ada kekurangannya.

Panggung Pilkada 2017

Dua kali karir politiknya tak berujung mulus.

Pertama dalam konvensi dan kedua saat menjadi Menteri Pendidikan.

Setelah keluar dari kabinet, Anies sementara waktu tak masuk hingar bingar perpolitikan tanah air.

Namun, tak butuh waktu lama baginya untuk kembali menjadi sorotan.

Tanpa disangka, Anies memutuskan maju dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Meskipun saat itu dia tak memiliki partai, elektabilitas Anies menjanjikan.

Namanya dilirik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra, dua partai yang sebelumnya berseberangan dengan Anies saat Pilpres 2014.

Di dalam politik, tak ada musuh yang abadi dan tak ada kawan yang kekal.

Dua partai itu pun sepakat mengusung Anies bersama Sandiaga Uno untuk bisa mengalahkan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Mendapatkan nomor urut 3 dalam Pilkada DKI, Anies berhasil menang dari pasangan Ahok-Djarot di putaran kedua.

Sementara pada putaran pertama, satu pasangan tersingkir karena mendapat suara lebih rendah dibanding Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, yakni pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Silvyana Murni.

Pilkada DKI Jakarta 2017 termasuk pilkada yang dramatis karena salah satu calon yakni Ahok berakhir di penjara karena tersandung kasus penistaan agama.

Di tengah kegaduhan politik yang tercipta selama pelaksanaan Pilkada 2017, proses pelantikan Anies-Sandiaga Uno berlangsung mulus di Istana Kepresidenan pada 16 Oktober 2017.

Namun, belum genap setahun memimpin roda kepemimpinan di Ibu Kota, Anies kemudian harus ‘berjalan satu kaki’.

Pasalnya, Sandiaga mengundurkan diri pada Agustus 2018 karena mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019.

Kemudian, posisi Sandiaga digantikan kader Partai Gerindra Ahmad Riza Patria yang resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta di Istana Negara pada 15 April 2020.

Kontroversi selama menjabat Gubernur seperti dilansir Kompas.com:

1. Normalisasi vs Naturalisasi

Menjabat sebagai orang nomor satu di Ibu Kota memang tak mudah sehingga setiap gerak gerik Anies selalu diawasi warga.

Kontroversi pun tak lepas dari kepemimpinan Anies. Kontroversi yang paling ramai dibicarakan adalah pengendalian banjir Ibu Kota.

Saat awal menjabat sebagai orang nomor satu di Ibu Kota, Anies berani mengubah istilah normalisasi menjadi naturalisasi.

Anies pertama kali mengenalkan istilah naturalisasi sebagai pengendalian banjir Ibu Kota pada 7 Februari 2018.

Istilah tersebut menggantikan istilah yang kerap dipakai sebelumnya yakni normalisasi sungai sebagai upaya mengembalikan Kali Ciliwung seperti sedia kala.

Adapun naturalisasi yang dimaksud Anies adalah menghidupkan ekosistem sungai.

Selain itu, airnya akan dijernihkan sehingga bisa menjadi habitat hewan. Anies kemudian menerbitkan Peraturan Gubernur ( Pergub) Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pembangunan dan Revitalisasi Prasarana Sumber Daya Air Secara Terpadu dengan Konsep Naturalisasi.

Di dalam aturan itu, makna naturalisasi adalah cara mengelola prasarana sumber daya air melalui konsep pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) dengan tetap memperhatikan kapasitas tampungan, fungsi pengendalian banjir, serta konservasi.

Sedangkan normalisasi awalnya merupakan program pengendalian banjir yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Khusus Ibu Kota DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perda itu mengamanatkan pengembangan prasarana pengendalian banjir dan drainase, salah satunya dilakukan dengan normalisasi aliran 13 sungai.

Aturan kegiatan normalisasi kemudian kembali ditegaskan di dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 dan Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

Dalam aturan tersebut, normalisasi didefiniskan sebagai sebuah metode penyediaan alur sungai dengan kapasitas mencukupi untuk menyalurkan air, terutama air yang berlebih saat curah hujan tinggi.

Kegiatan ini dilakukan karena kapasitas sungai yang mengecil akibat pendangkalan dan penyempitan badan sungai, dinding yang rawan longsor, aliran air yang belum terbangun dengan baik, dan penyalahgunaan untuk permukiman.

2. Stop reklamasi di Teluk Jakarta

Seolah tak gentar dengan cibiran warga, Anies kembali membuat kontroversi dengan mengumumkan penghentian proyek reklamasi di Teluk Jakarta pada 26 September 2018.

Penghentian proyek reklamasi di Teluk Jakarta dilakukan dengan mencabut izin 13 pulau yang belum dibangun, salah satunya pulau M.

Izin 13 pulau itu dicabut karena para pengembang yang mengantongi izin reklamasi tidak melaksanakan kewajiban mereka.

Surat keputusan (SK) Anies terkait pencabutan izin prinsip reklamasi Pulau M digugat oleh PT Manggala Krida Yudha pada 27 Februari 2019.

Berbeda dengan 13 pulau yang belum dibangun, izin empat pulau reklamasi yang lainnya tidak dicabut.

Empat pulau itu yakni Pulau C, D, G, dan N. Anies tidak mencabut izin keempat pulau itu karena sudah telanjur dibangun.

Anies memastikan, pulau-pulau reklamasi yang sudah dibangun akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik.

Prestasi tertinggi selama menjabat Gubernur DKI Jakarta Kendati demikian, kepemimpinan Anies juga tak lepas dari prestasi.

Baru-baru ini, Jakarta sukses meraih penghargaan sebagai Sustainable Transport Award (STA) 2021. STA adalah ajang penghargaan tahunan yang menilai perbaikan mobilitas dan inovasi perbaikan sistem transportasi suatu kota.

Penilaian STA berdasarkan visi, konsep, dan eksekusi yang dijalankan setiap kota dalam mengembangkan sistem transportasi.

Penilaian kota-kota yang mengikuti ajang STA dilakukan oleh komite juri yang terdiri dari lembaga internasional seperti Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), Bank Dunia, International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI).

Jakarta berhasil mengalahkan 27 kota lainnya yang juga mengikuti ajang STA di antaranya San Fransisco.

Padahal tahun lalu, Jakarta hanya mampu mendapatkan juara dua pada ajang yang sama. Jakarta juga menjadi satu-satunya kota di wilayah Asia Tenggara yang mendapat predikat juara pada ajang STA.

Jakarta ditetapkan sebagai juara karena adanya peningkatan jumlah pengguna transportasi publik di Ibu Kota selama satu tahun terakhir.

Bahkan jumlah pengguna TransJakarta pada Februari 2020 lalu sempat mencapai rekor baru 1 juta pelanggan harian. Walaupun tengah menghadapi pandemi, TransJakarta tetap melayani pelanggan dengan mengutamakan protokol kesehatan.

Intermoda antara transportasi seperti MRT, LRT, dan TransJakarta juga dinilai memudahkan mobilitas antar penumpang.

(*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved