Berita Internasional Terkini
Perang Rusia dengan Ukraina Makin Meluas, Kini Hubungan Amerika dan China Memanas
Amerika Serikat terus menebar ancaman kepada negara-negara yang membantu Rusia, hal ini membuat hubungannya dengan China memanas.
TRIBUNKALTIM.CO - Perang antara Rusia dengan Ukraina kini bukan hanya menjadi urusan kedua negara saja, namun jadi masalah bagi banyak negara.
Amerika Serikat jadi salah satu negara yang aktif terlibat dalam perang di Ukraina melawan Rusia.
Walaupun Amerika Serikat tidak turun langsung dalam perang, namun sanksi dan bantuannya ke Ukraina, membuat Rusia geram.
Setelah hubungan Amerika Serikat dengan Rusia terus memanas, kini AS juga mengancam China.
Departemen Perdagangan AS telah menambahkan lima perusahaan China ke daftar hitam perdagangan pada hari Selasa (28/6/2022) karena diduga mendukung pangkalan industri militer dan pertahanan Rusia saat Moskow melakukan invasinya ke Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Jumat (1/7/2022) para pejabat AS telah memperingatkan konsekuensi, termasuk sanksi jika China menawarkan dukungan material untuk upaya perang Rusia, tetapi secara konsisten mengatakan mereka belum mendeteksi dukungan militer dan ekonomi China yang terbuka dari Moskow.
"China tidak memberikan dukungan material. Ini adalah tindakan penegakan bisnis yang normal terhadap entitas yang telah membantu Rusia," kata seorang pejabat senior administrasi AS.
"Kami belum melihat RRC (Republik Rakyat China) terlibat dalam penghindaran sistematis atau memberikan peralatan militer ke Rusia," imbuh pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Baca juga: Bertemu Jokowi di Rusia, Kenapa Putin Tak Pakai Meja Panjang? Simak Filosofi hingga Pembuatnya
Baca juga: Prediksi NATO dan Barat soal Kapan Perang di Ukraina akan Berakhir, Rusia Tegaskan Tujuan Invasinya
Sementara itu, AS dan sekutunya telah sepakat untuk menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasi yang disebut Moskow sebagai operasi khusus, dengan memberikan sanksi kepada sejumlah perusahaan dan oligarki Rusia serta menambahkan lainnya ke daftar hitam perdagangan.
Namun, China telah menolak untuk mengutuk tindakan Rusia dan telah mengkritik sanksi Barat terhadap Moskow.
Beijing juga mengatakan bahwa pihaknya belum memberikan bantuan militer ke Rusia atau Ukraina, tetapi akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak perusahaannya.
Terpisah, Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan segera mengelontorkan paket bantuan militer baru senilai 800 juta dolar AS ke Ukraina.
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (1/7/2022) dengan tambahan paket bantuan ini, menjadikan total dukungan AS untuk Ukraina menjadi 7 miliar dolar AS.
Biden mengatakan, bantuan yang akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang akan mencakup sistem pertahanan udara canggih dan dukungan artileri saat Ukraina terus menghadapi serangan Rusia di wilayah Donbas timur.
"Amerika Serikat mengajak dunia untuk mendukung Ukraina," kata Joe Biden, seraya menambahkan dukungan akan berlanjut selama diperlukan.
Selain itu, Joe Biden juga mengumumkan pada awal pekan ini bahwa AS akan meningkatkan kehadiran militernya di Eropa untuk mendukung NATO.
Washington akan membuat pangkalan militer di Polandia, mengirim 5.000 tentara tambahan ke Rumania, mengerahkan dua skuadron F-45, dan meningkatkan jumlah kapal perang yang dimiliki oleh angkatan laut AS di Spanyol.
Joe Biden memuji KTT NATO sebagai langkah menggalang aliansi untuk menghadapi ancaman langsung yang diajukan Rusia ke Eropa dan tantangan sistemik yang ditimbulkan China terhadap tatanan dunia.
Baca juga: Makin Mesra dengan Putin, Akankah Cina Membantu Rusia dan Polemik Apa yang Ditimbulkan bagi Dunia?
Joe Biden kemudian mengapresiasi undangan resmi Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO, yang akan meningkatkan perbatasan blok itu dengan Rusia sejauh 1.287 km (800 mil) melalui Finlandia.
Selama KTT NATO, Joe Biden juga mengadakan pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membicarakan penjualan jet tempur F-16 ke Ankara.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa 'Tirai Besi' baru sedang turun di antara Moskow dan Barat.
Lavrov berujar, hal ini terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
"Sejauh menyangkut Tirai Besi, pada dasarnya itu sudah turun," kata Lavrov kepada wartawan selama konferensi pers di ibukota Belarusia, Minsk, pada Kamis (30/6/2022).
"Prosesnya sudah dimulai," imbuhnya, dikutip dari The Moscow Times.
Lavrov juga mengklaim bahwa hubungan antara Rusia dan Uni Eropa telah berakhir.
"(Uni Eropa) telah menghancurkan hubungan yang telah dibangun selama beberapa dekade antara kami dan UE," kata Menlu Rusia ini.
Namun ia menambahkan bahwa Moskow masih terbuka untuk negosiasi.
Lavrov juga mengatakan bahwa Kremlin sudah tidak mempercayai Barat.
Baca juga: Bertemu Vladimir Putin, Jokowi Soroti Gandum Ukraina, Pupuk Rusia, dan Sanksi G7 untuk Rusia
"Saya hanya bisa mengatakan bahwa mulai sekarang, kami tidak akan mempercayai baik Amerika maupun UE."
"Kami akan melakukan semua yang diperlukan agar tidak bergantung pada mereka di sektor-sektor kritis," kata Lavrov.
Dalam konferensi pers bersama mitranya Vladimir Makei dari Belarusia, Lavrov juga menyinggung KTT NATO di Madrid.
TASS melaporkan, Lavrov mengatakan bahwa KTT NATO di Madrid sekali lagi menunjukkan bahwa negara-negara anggota NATO mengharapkan kepatuhan tanpa syarat atas keinginan mereka dari semua negara.
"Saya percaya bahwa jelas bagi semua orang apa yang mereka harapkan. Mereka tidak menghindar untuk membicarakannya, dan mereka mengatakannya sekali lagi kemarin selama KTT NATO di Madrid."
"Mereka mengharapkan kepatuhan tanpa syarat dari semua negara atas keinginan mereka, yang mencerminkan kepentingan egois mereka - terutama, kepentingan AS," kata Lavrov.
Dia menggarisbawahi bahwa Eropa modern, yang diwakili oleh UE, kehilangan kemerdekaannya atau tanda-tanda kemerdekaan yang dulu dimiliki, dan sepenuhnya tunduk pada AS.
Moskow meluncurkan operasi militer skala penuh di Ukraina pada 24 Februari.
Hal ini memicu sanksi ekonomi dan diplomatik yang berat dari Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa terhadap lembaga-lembaga negara Rusia, perusahaan dan sejumlah pejabat dan pengusaha Rusia. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Amerika Peringatkan China untuk Tidak Berikan Bantuan Material kepada Rusia
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Amerika Siap Beri Bantuan Tambahan Senilai 800 Juta Dolar AS untuk Ukraina