Ibu Kota Negara
Songsong IKN Nusantara, Budayawan Dukung Bahasa Kutai jadi Mata Pelajaran di Sekolah
Kebijakan bahasa Kutai yang masuk ke dalam kurikulum pembelajaran mendapat dukungan dari budayawan Kalimantan Timur
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Kebijakan bahasa Kutai yang masuk ke dalam kurikulum pembelajaran mendapat dukungan dari budayawan Kalimantan Timur, Awang Rifani.
Pemerhati Budaya Kukar itu menjelaskan, berdasarkan penelitian 2019 lalu, bahasa Kutai termasuk ke dalam kategori bahasa yang terancam punah.
Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi. Bahasa daerah masuk ke dalam mata pelajaran di satuan pendidikan, sebab ini merupakan salah satu program skala nasional.
Adapun pada tingkat Provinsi Kaltim, bahasa yang masuk ke dalam program nasional yakni bahasa Kutai, Paser dan Kenyah.
Baca juga: Bahasa Kutai yang Masuk Kurikulum Mulok di Kukar Akan Segera Diterapkan
Baca juga: Gagal di Kaltim, Putin Tawarkan Russian Railways ke Jokowi Bangun IKN Nusantara
Baca juga: Kuasai Empat Bahasa, Putri Pariwisata Kaltim Aie Natasha Masih Ingin Belajar Bahasa Dayak & Perancis
"Dulu ada 1990-an Mulok, tapi berhenti karena tidak diikuti dengan peraturan yang lebih tinggi. Sekarang telah dibuat perangkat aturannya, termasuk aturan di bawahnya,” ujarnya, Senin (4/7/2022).
Rifani membeberkan, bahwa pemerintah saat ini tengah berproses untuk menyusun kurikulum mata pelajaran serta menyiapkan buku belajar untuk siswa.
Menurutnya, mulok Bahasa Kutai bisa masuk dalam beberapa mata pelajaran seperti layaknya Bahasa Indonesia.
Misalnya, membuat pantun ataupun menyampaikan pidato menggunakan bahasa Kutai.
Dengan begitu Rifani berharap, pembelajaran Bahasa Kutai bisa segera diterapkan di sekolah-sekolah meskipun secara bertahap.
Jika memungkinkan, bisa dimulai tahun ajaran baru 2022-2023 ini.
Mengingat, revitalisasi berbagai bahasa daerah juga sudah dilakukan di wilayahnya masing-masing.
Apalagi, dalam songsong kehadiran Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara di Kalimantan Timur.
“Daerah lain itu sudah berlaku sekian puluh tahun. Sebenarnya kami ini sudah terlambat, tapi lebih bagus daripada tidak,” tutup Rifani. (*)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.